Pembantu Idaman
Keributan besar terjadi di sebuah rumah besar tak bertingkat. Tepatnya di area makan ketika rumah besar itu pagi-pagi sudah dikunjungi Mama Puspa. Mama dari Erlangga Saputra Wijaya. Suami dari Marina Salsabila.
"Ini yang benar saja, Marina. Hanya ada susu tanpa makanan yang lain? Anak-anak dan suami kamu tidak bawa bekal dari rumah?. Kalau begini Mama akan meminta Putri untuk mengurus mereka berempat. Mama tidak ingin mereka terlantar karena pekerjaan kamu. Diberi kebebasan bukannya tahu diri malah ngelunjak."
Sudah hampir satu tahun ini Mama Puspa selalu mendapat cerita dari semua cucunya tentang kebutuhan mereka yang selalu terabaikan oleh kesibukan Marina sebagai designer terkenal. Mereka selalu jajan dan makan di luar tanpa adanya pengawasan dari Marina.
Ini sudah sangat keterlaluan dan tidak bisa ditolerir lagi oleh Mama Puspa. Sebagai seorang ibu dan seorang nenek ia ingin memberikan yang terbaik untuk anak dan cucu-cucunya. Maka ia akan menempatkan Putri di rumah besar itu.
"Maaf, Ma. Aku sangat sibuk. Tapi Mas Erlangga sama anak-anak tidak pernah mempermasalahkan." Marina membela diri.
"Iya, itu betul, Ma. Aku dan anak-anak sangat mengerti dengan kesibukan Marina. Jadi kami semua tidak apa-apa. Iya 'kan anak-anak?"
Sebagai seorang suami, Erlangga juga harus bisa melindungi istri di depan Mama Puspa. Walau pun, iya memang Marina telah abai terhadap mereka karena pekerjaan.
"Iya...Eyang sayang. Kita bertiga tidak apa-apa." Ketiga anak mereka menyahut kompak.
"Alah, itu cuma alasan kamu aja, Marina. Seharusnya kamu bisa menempatkan diri bukan seenaknya aja begini. Pokoknya Mama akan meminta Putri untuk bekerja di sini. Biar Mama yang gaji kalau kalian tidak sanggup bayar." Ketus Mama Puspa sambil segera menghubungi Putri untuk secepat datang ke rumah Erlangga di antar supir.
Marina Salsabila seorang designer yang harus mengubur mimpinya karena kehamilan pertamanya yang begitu payah. Sehingga ia harus benar-benar istirahat di rumah tanpa bisa turun dari tempat tidur hingga ia melahirkan Briana Oktaviani Wijaya (11 tahun).
Berlanjut pada kehamilan kedua dan ketiga yang sama persis seperti itu. Hingga lahir Britney Oktaviana Wijaya (10 tahun) dan Bryan Oktaviano Wijaya (6 tahun). Kemudian ia membesarkan mereka bertiga sampai waktu yang cukup untuk bisa ditinggal bekerja.
Maka sudah satu tahun ini Marina kembali membangun mimpinya untuk menjadi seorang designer besar seperti cita-citanya dulu. Pernikahan, anak-anak dan pekerjaan bisa sejalan beriringan.
.....
Bau wangi makanan tercium hidung mereka setelah membuka pintu. Ketiga orang itu saling melempar pandang terhadap satu sama lain.
"Mbak Putri" ujar mereka bertiga dengan raut wajah senang.
Briana, Britney dan Bryan langsung berlari ke arah meja makan. Benar saja di sana sudah ada Putri yang sedang menata piring, sendok dan garpu.
Ada banyak makanan yang telah tersaji di meja makan dan itu bisa dipastikan makanan kesukaan mereka semua tanpa terkecuali.
"Mbak Putri, aku senang bisa makan enak kesukaan aku." Bryan memeluk Putri. Anak laki-laki itu tidak akan makan mie instan lagi.
"Iya, makan yang banyak ya, Bryan. Tapi sebelum itu mandi dulu ya sudah mau maghrib ini." Putri membalas pelukan Bryan.
Bryan mengangguk kemudian masuk ke dalam kamar setelah selesai berpelukan bersama Putri. Yang diikuti oleh kedua kakak perempuannya, mereka memasuki kamar masing-masing.
Putri menyelesaikan pekerjaannya lalu masuk juga ke dalam kamar.
Beberapa menit telah berlalu. Meja makan sudah ramai oleh piring dan sendok yang saling beradu. Belum lagi suara mereka yang cukup keras membicarakan makanan super lezat yang dibuat Putri. Makanan yang hanya bisa ditemukan kala mereka berkunjung ke rumah Eyang Puspa. Tatapi kini mereka bisa menikmatinya di rumah mereka sampai berulang-ulang kali.
Di tengah-tengah mereka yang sedang menikmati setiap suap makanannya. Erlangga pulang bersamaan dengan Marina. Mereka langsung masuk dan mendapati pemandangan yang sudah lama mereka tidak lihat sebahagia ini.
Canda tawa mereka menyambut kepulangan Papih Mamih nya. Yang biasanya hanya ada keheningan di setiap sudut ruangan rumah besar itu. Namun saat ini ruangan yang paling central telah ramai oleh ketiga anaknya karena adanya makan malam.
"Eyang yang masak ya?," tanya Erlangga. Erlangga dan Marina menghampiri mereka lalu menarik kursi masing-masing untuk diduduki.
"No, Papih. Eyang udah pulang. Ini semua masakan Mbak Putri." Si bungsu Bryan yang menjawab sambil meletakkan sendok di atas piring yang telah bersih dari sisa-sisa makanan.
"Ooohhh....Mbak Putri yang masak." Sahut Erlangga.
Tak berselang lama, Marina bangkit berdiri lalu merapikan kursinya lagi.
"Mamih enggak makan dulu?" tanya Briana.
"Mamih mau mandi dulu, sayang." Lalu Marina pergi usai Briana menganggukkan kepalanya.
Marina tidak langsung menuju kamarnya, ia memang berniat ingin menemui Putri.
Tok Tok
Ceklek
Pintu kamar terbuka, dengan senyum Putri menyambut Nyonya rumah.
"Aku tidak suka basa-basi. Dengar baik-baik, hanya dapur yang bisa kamu datangi selebihnya tidak boleh. Jangan pernah dekat-dekat dengan anak-anak, apalagi sama Tuan Erlangga apapun yang terjadi, kamu paham?." Ujar Marina sangat tegas sambil menatap tajam Putri.
"Saya mengerti, Nyonya." Putri mengangguk.
Lalu Marina balik badan dan meninggalkan kamar Putri. Ia harus memperingatkan Putri sebelum hal-hal yang tidak diinginkannya terjadi.
Marina tiba di kamar, ia langsung menuju kamar mandi. Membersihkan seluruh tubuhnya yang terasa lengket. Pekerjaannya hari ini begitu sangat padat sampai-sampai ia lupa untuk mengisi perutnya.
Dengan tubuh segar dan pakaian tidur seksi ia keluar dari kamar mandi. Bertepatan dengan Erlangga yang masuk kemudian menutup pintu kamar.
"Air hangat udah aku siapkan, Mas. Apa Mas mau aku pijat dulu?" tanya Marina menghampiri Erlangga yang sedang melepaskan pakaiannya.
Tangan lentik itu menggantung di udara kala sebuah penolakan halus meluncur dari mulut suaminya.
"Tidak usah, sayang. Pasti kamu sangat lelah, lebih baik kamu istirahat saja." Senyum manis terukir dari wajah Erlangga sebelum pria itu pergi dari hadapannya. Marina menatap punggung Erlangga yang menghilang dibalik pintu kamar mandi.
Benar memang yang dikatakan suaminya itu, ia benar-benar lelah dan ia sangat bersyukur ketika suaminya begitu sangat mengerti keadaannya. Karena biasanya sebuah pijatan akan membawa mereka berakhir di tempat tidur.
Marina segera merebahkan tubuh lelahnya di atas kasur empuk lalu dengan cepat matanya terpejam sempurna.
Saat ini jarum jam telah menunjukkan angka empat. Putri segera bangun dan langsung mandi. Kemudian menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim yang berusaha selalu taat dalam perintah-Nya.
Setelah selesai, ia bergegas ke dapur. Mulai menyiapkan makanan untuk sarapan seisi rumah. Untuknya sendiri, Putri bisa makan apa saja.
Tidak butuh waktu lama bagi Putri untuk memenuhi meja makan dengan berbagai hidangan sarapan. Ada juga tiga bekal kotak makan yang telah tersusun rapi sesuai dengan nama masing-masing.
Dapur telah bersih, berarti pekerjaannya telah selesai. Ia segera meninggalkan sebelum semua penghuni rumah keluar dari kamar masing-masing.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Kim
padahal ceritanya bagus
2024-06-20
0