Bima tidak bisa menolak keinginan dari kedua orang tuanya yang sangat berpengaruh terutama untuk kehidupannya sendiri. Ia hanya bisa pasrah menjalin pertunangan sederhana ini sebelum nantinya akan dibuatkan pesta besar-besaran.
Kedua orang tuanya telah kembali ke kota asal mereka karena kesibukannya sebagai seorang pengusaha setelah dua malam menginap.
Setelah merapikan rumah, Putri segera berangkat ke kampus menggunakan ojek langganannya. Untung saja ia tidak sampai telat karena jam pelajarannya sangat penting.
Putri dan Desna sudah duduk bersebelahan, mereka bersiap menyambut pelajaran di jam pertama. Kedua perempuan cantik itu menatap seorang pria yang berada di belakang dosen mereka. Jika Desna menatap penuh kagum dengan senyum yang merekah, beda halnya dengan Putri yang menatapnya biasa saja walau ada tanya kenapa pria itu ada di dalam kelasnya.
Riuh tepuk tangan menyambut Bima sebagai asisten dosen yang mulai hari ini sudah bertugas memberi materi untuk mereka. Yang menurut Putri itu adalah mata kuliah yang sangat penting yang dosennya tidak bisa diganti oleh siapa pun.
Iya, pria itu adalah Bima. Bima yang baru pindah ke kampus ini langsung mendapatkan tawaran sebagai asisten dosen. Bima langsung menerimanya dimana ia tahu ada Putri di dalamnya.
Bima menatap Putri dengan senyum yang aneh, senyum yang tidak ingin dilihat Putri hingga ia pun memalingkan wajahnya ke arah Desna. Dimana Putri melihat tatapan tak biasa yang ditunjukkan Desna.
"Put, aku sudah menerima perjodohan itu" ujar Desna. Tatapannya belum juga lepas dari sosok Bima yang sekarang telah menjadi tunangannya.
"Alhamdulillah" sahut Putri. Tatapannya juga masih pada Desna yang perlahan berpaling dari Bima dan kini menatapnya.
"Nanti aku kenalkan sama kamu" ujar Desna dengan raut wajah yang berbunga-bunga.
"Hmmm" Putri mengangguk.
Perkenalan sudah selesai dan langsung dilanjutkan pada Bima yang menerangkan materi yang kuliah yang ditunggu-tunggu Putri. Semua pasang mata perempuan menatap kagum pada Bima yang mengajar hari ini. Sosok Bima yang cool, tampan rupawan namun hampir tidak ada senyum sama sekali. Sesekali terdengar godaan dari para perempuan yang mengira Bima masih single padahal sudah bertunangan.
"Kenapa sih mereka suka banget goda-goda tunangan orang" celetuk Desna pelan namun masih bisa didengar oleh Putri.
Keningnya Putri mengerut lalu menoleh pada Desna kemudian bertanya. "Memang kamu tahu Pak Bima sudah punya tunangan?."
"Iya lah, 'kan aku tunangannya." Jawab Desna namun dalam hati. Sebab ia ingin memperkenalkannya secara resmi pada Putri.
"Tidak mungkin pria tampan seperti Pak Bimo tidak memiliki kekasih atau mungkin ia telah memiliki seorang tunangan yang sangat cantik dan baik."
"Iya betul" sahut Putri karena Desna memberikan alasan yang logis.
Kemudian keduanya kembali fokus mendengarkan materi Bimo hingga selesai. Selagi Putri merapikan isi tas, Desna lebih dulu keluar mengejar Bima.
"Bima..." panggil Desna sambil berlari menyusul Bima. Pria itu terus saja berjalan walau mendengar suara Desna memanggilnya.
Dengan berani Desna mengikuti Bima hingga ruangan dosen. Perempuan itu berdiri di depan Bima yang sudah duduk di kursinya.
"Kenapa kamu dingin begini padaku? Kemarin malam kamu sangat baik dan ramah." Keluh Desna. Perempuan itu terus menatap Bima yang mengacuhkannya.
"Bima...lihat aku! Aku sedang bicara padamu!" ujar Desna sedikit meninggikan suaranya hingga menarik perhatian Bima.
Bima menatap tajam dan dingin pada perempuan yang tidak pernah masuk dalam kriterianya sejak pertama kali bertemu.
"Ini di kampus, dan aku tidak ingin orang tahu status kita. Kalau sampai ada yang tahu maka aku bisa membatalkan pertunangan ini." Gertak Bima serius.
Mata Desna berkaca-kaca, hatinya terasa sakit. Ia mengira Bima akan langsung bisa menerimanya seperti ia yang langsung bisa menerimanya Bima seutuhnya pada pandangan pertama.
"Silakan sekarang kamu keluar" walau dengan suara pelan namun tetap saja ada pengusiran untuknya.
Dengan mata yang sudah menganak sungai, Desna keluar dari ruang dosen. Ia berlari ke arah parkiran sambil menghapus air matanya dan Putri melihatnya. Putri pun bergegas menuju tempat parkir namun Desna sudah tidak ada di sana.
"Desna kenapa?" batin Putri sambil melihat mobil Desna yang sudah di jalan raya bergabung dengan kendaraan lain.
Putri yang terdiam masih menatap mobil Desna yang menghilang dikagetkan dengan suara seseorang yang dikenalnya.
"Putri."
Putri menoleh ke asal sumber suara dan Erlangga sudah berdiri di belakangnya. Putri pun segera balik badan. "Tuan Erlangga di sini? Ada apa?" tanyanya.
"Ikut saya ke sekolah Bryan."
"Ada apa dengan Bryan?" tanya Putri. Alih-alih mendapatkan jawaban atas pertanyaannya, Erlangga tergesa-gesa meminta Putri untuk segera naik ke mobilnya. Mereka sudah ditunggu Bryan di sekolah.
Kepergian Putri dan Erlangga disaksikan oleh Bima yang baru tiba di tempat parkir. Ia mengepalkan tangannya, entah untuk siapa kemarahan itu sebab ia sendiri belum mengetahuinya.
Setelah hampir satu jam berkendara, Erlangga yang membawa Putri sudah tiba di sekolah.
"Mbak Putri!" Bryan langsung memeluk Putri yang baru masuk di ruang kepala sekolah.
Putri membalas pelukan erat Bryan untuk beberapa saat kemudian Putri meminta Bryan untuk duduk bersamanya di depan Erlangga. Dari arah samping terlihat ada luka pada lutut Bryan yang disebabkan perkelahiannya bersama teman sekelasnya. Itu info yang didapatkan Putri dari Erlangga sewaktu dalam perjalanan menuju sekolah.
Kepala sekolah menjelaskan kejadian sebenarnya pada Erlangga dan Putri serta kedua orang tua anak satunya lagi. Lalu mendengarkan kedua belah pihak anak yang berkelahi hingga satu kesimpulan mereka dapat yaitu menempuh jalur damai. Kedua anak pun diberikan sangsi untuk tidak masuk sekolah selama tiga hari supaya sama-sama bisa introspeksi diri.
Erlangga, Putri dan Bryan yang baru keluar dari ruangan kepala sekolah langsung disambut oleh Briana dan Britney. Karena sudah tidak waktunya pulang. Mereka pun pulang bersama.
Mobil Erlangga sudah parkir di samping mobil Bima. Ketiga anak itu masuk ke dalam kamar Briana. Mereka duduk di atas tempat tidur yang sama.
"Kenapa Mbak Putri yang datang ke sekolah?" tanya Briana.
"Mamih sibuk, Mamih enggak mau datang karena aku berkelahi, Mamih malu karena aku nakal" jawab Bryan sambil menatap kedua kakak perempuannya.
Briana dan Britney saling pandang lalu Briana kembali bersuara sambil menatap Bryan lagi.
"Kamu yang menghubungi Mbak Putri?."
Bryan menggeleng. "Bukan. Tapi, Papih."
Keadaan di kamar Briana menjadi hening.
Seseorang yang dari luar kamar mendengar obrolan ketiga anak terbuat lalu bergegas pergi menuju kamar Putri dengan penuh amarah.
Tok Tok
Ceklek
Pintu kamar Putri terbuka lebar, sejurus kemudian pria yang mengetuk kencang pintu kamar Putri menerobos masuk sambil mendorong tubuh Putri hingga terhimpit diantara tubuh pria itu dan dinding.
Putri berontak dari keadaannya saat ini yang begitu intim dengan Bima.
"Kenapa, hah? Apa pria beristri lebih menggoda? Erlangga bukan untukmu tapi milik kakak dan keponakan-keponakanku..."
Cup
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments