Tangan yang Terluka

"Kau baik-baik saja?"

Bisikan Morgan membuat Stella tersadar, segera perempuan itu mendorong Morgan dan berlari menjauh dari sana. Stella bahkan tak sadar, kekuatannya mampu membuat lelaki itu terdorong keras hingga menyentuh tanah.

"Cut! Ulang! Ulang!"

Suara dari sutradara tak membuat kaki Stella berhenti. Stella mencari ke sekeliling, di mana keberadaan sepasang mata elang itu? Bukankah tadi ada di sini? Sedari tadi dia memperhatikannya bukan? Tapi kenapa dia bisa ada di sini?

"Stella kembalilah!" Lea datang menari lengannya. Perempuan itu ikut kesal dan khawatir dengan keadaan Stella yang terlihat ling-lung.

"Apa kau lihat orang asing di sini? Tadi sepertinya ada di dekat pohon ini." Stella mengusap pohon itu. Dia berharap bisa menemukan sesuatu. Batinnya berkata jika sepasang mata itu bukan hal yang kebetulan.

"Ayolah, pak sutradara akan marah jika kau bolos begini! Jangan mentang-mentang aktris terkenal, kau bisa berbuat seenaknya! Ayo kembali lagi ke sana, Stella!" Lea mengamuk pada Stella, hingga akhirnya membuat perempuan itu sadar dan kembali ke arah syuting. Lea bernafas lega, dulu, Stella susah sekali diajak bekerja sama, perempuan terlalu liar untuk dirinya tangani. Tapi sekarang, Stella sedikit mudah melunak.

Setelah mendapat kekesalan dari sutradara, akhirnya Stella menyelesaikannya dengan baik, walaupun ia melakukan kesalahan karena membuat Morgan cedera. Stella memperhatikan Morgan dari jauh, lelaki itu sepertinya kesakitan ketika duduk, bahkan mulutnya tak berhenti mengeluh. Merasa bersalah sih, tapi siapa suruh dia berisik seperti itu di telinganya?

"Kau yang membuat Morgan kesakitan ya?"

Stella mendapati seseorang wanita yang duduk di sampingnya. Wanita itu terlihat asing di matanya. "Maaf, siapa ya?"

Wanita itu terkekeh kecil. "Jangan membuat Morgan kelelahan, karena tingkahmu itu dia jadi sulit untuk duduk!"

Stella mengangguk pelan. Ya, ini memang salahnya. "Aku tidak sengaja melakukannya.."

Wanita itu kembali berkata. "Dan jadi perempuan jangan terlalu cari perhatian lelaki orang ya? Karena itu sangat menjengkelkan!"

"Lelaki orang? Siapa yang anda maksud?" Stella merasa tak terima saat dikatakan seperti itu. Dirinya ini sudah berubah terlalu detail, bahkan dirinya selalu menjaga jarak dari lawan jenis, tapi bagaimana bisa masih dikatakan cari perhatian? Kalau sudah cantik dari lahir, memang begitu susah, ini bukan salah dirinya.

Wanita itu memandangnya sinis. "Kau memang tidak tahu malu ya? Tapi satu hal yang harus kau pahami. Morgan itu milikku."

Stella menoleh pada Morgan yang masih sibuk dengan rasa lukanya, perempuan itu tak keberatan jika Morgan menjalin hubungan dengan siapapun. "Silahkan, saya tidak keberatan."

Wanita itu berdiri dari duduknya, kakinya melangkah jauh dari Stella. Stella bisa melihatnya mendekati Morgan. Mereka terlihat begitu akrab. Tapi sungguh, hatinya merasa harus mendukung mereka, bukankah Morgan adalah sahabatnya? Jadi dirinya harus mendukung dengan keras kan?

Beberapa saat kemudian, Stella kembali syuting dengan beberapa pemain. Setelah selesai, Lea mengantarkannya ke apartemen.

"Aku ingin menginap."

Stella menggelengkan kepalanya. "Tidak, kau selalu membuat kehebohan. Sana cari taxi dan pulang ya?"

Lea berdecak kesal. Perempuan itu segera menghilang dari pandangan Stella.

Stella berbaring di ranjang, lelah sekali rasanya, apalagi dengan membuat masalah tadi, sungguh memalukan. Dirinya ini sudah bisa dikatakan senior dalam perfilman, tapi kenapa tadi bersikap seolah tak punya otak yang berfungsi dengan baik? Apa nanti akan datang artikel yang akan menyenggol namanya?

Ting!

Sebuah pesan datang ke ponselnya, Stella membukanya dengan begitu cepat.

["Bukalah pintu untukku, tapi jangan lupa menutup mata."]

Kata-kata perintah itu membuat Stella menelan ludahnya sendiri. Apa orang gila itu benar-benar mengancamnya seperti ini? Tapi kejadian ini seperti kejadian beberapa bulan yang lalu, di mana apartemen yang ia tinggali kebakaran..

"Tapi mungkin jika aku berbuat sendiri, tak akan ada korban kan?" monolognya. Stella mengangguk pelan, perempuan itu yakin akan menyelesaikan dengan baik, tak ada polisi yang akan membantunya seperti terlahir kali.

Ting!

Pesan kembali masuk.

["Aku ingin sekali memelukmu kulit lembut mu, aku sangat merindukanmu, Stella.]

Stella segera membalas pesan itu.

["Aku akan menuruti perintahmu, asalkan jangan ada korban lagi."]

Tak menunggu balasan, perempuan itu segera berjalan ke arah pintu apartemen, memandangnya sebentar. Toh tidak akan terjadi sesuatu yang di luar rencana kan? Dirinya harus bertahan hingga menemukan bukti, siapa penggemar yang sudah menerornya di satu tahun terakhir ini. Tapi dia bukan penggemar, dia hanya orang gila yang sedang mencari korban. Stella langsung membuka pintu apartemennya, perempuan itu segera menutup matanya, saat apartemennya terbuka. Stella menunggu beberapa saat, hingga suara kaki melangkah. Stella langsung menggigit bibirnya bawahnya.

"Nona, sedang apa?"

Stella langsung membuka matanya. Perempuan itu segera tersenyum tipis. "Saya sedang menunggu teman saya, Bu."

Wanita paruh baya yang selalu membersihkan kamar sebelah itu tersenyum tipis, lalu beliau pergi dari sana.

Jantung Stella kembali berdetak lebih kencang. Perempuan itu menutup matanya kembali, hingga beberapa saat. Sampai akhirnya Stella menunggu sambil bersandar ke dinding. Tubuhnya lelah terus berdiri.

Tubuhnya tiba-tiba terasa hangat, ada seseorang yang memeluknya sambil mengusap rambutnya dengan lembut. Apakah orang gila itu sudah datang? Rasanya Stella tak bisa bergerak, tubuhnya terasa kaku.

Terdengar pintu apartemen tertutup. Orang itu menuntun tubuhnya, untuk mengikutinya. Stella menjadi bimbang sendiri, dirinya ingin membuka mata dan menghajarnya saat ini juga, tapi siapa yang tahu jika orang gila ini bisa saja membawa senjata tajam?

Cup!

Sebuah kecupan singkat menyentuh pipinya, hal itu membuat Stella semakin geram. Tangan Stella segera mencari lengan orang itu, mengusapnya pelan, hingga terdengar kekehan kecil yang membuat perempuan itu kesal bukan main. Setelah mendapatkannya, Stella langsung mengangkat lengan itu dan menggigitnya keras.

"AHHKKK!"

Stella membuka matanya, hal pertama yang ia lihat hanya sepasang mata gelap yang menyipit karena kesakitan.

Orang itu berusaha melepaskan tangannya dari mulut Stella, tapi usahanya gagal, karena Stella menggigitnya terlalu keras. Tapi orang itu tak menyerah, dia melakukan cara lain.

"Sialan!"

Stella berdecak kesal saat orang itu malah memeluknya dengan erat, bahkan satu tangannya lagi mengusap punggungnya dengan gerakan yang membuat Stella kesal. Perempuan itu melepaskan tangan orang itu.

Kesalahan fatal! Orang itu berlari kuat dan membuka pintu. Stella berusaha mengejarnya hingga keluar dari lingkungan apartemen, tapi seperti beberapa bulan yang lalu, dirinya gagal lagi.

"Menyebalkan, dasar orang gila!"

***

Pagi ini Stella sampai di lokasi syuting, sedari tadi Lea menanyakan keadaannya yang terlihat tak begitu baik. Stella benar-benar merasa buruk, dirinya kesal karena kalah lagi.

"Jangan terlihat kesal dong! Lihat Austin, dia bahkan baru sehat, tapi rasa semangatnya terpancar sampai sini, eh kenapa dengan tangannya?"

Mendengar ocehan Lea, membuat Stella ikut memperhatikan Austin, tangannya terluka, dan yang lebih aneh lagi, tangannya terluka di tangan yang sama saat dirinya menggigit orang gila itu.

Episodes
1 Dia Selalu Ada di mana-mana
2 Kejadian yang Terulang
3 Sepasang Mata Elang
4 Tangan yang Terluka
5 Parasit yang Membutuhkan Inang
6 Hari Manis seperti Rasa Stoberi
7 Kesialan
8 Sebuah Benda Kecil Memiliki Lampu Merah
9 Mencoba Melawan
10 Aman dan Bagus
11 Kau Seperti Bunglon
12 Menantikan Kedatanganmu
13 Pengaman yang Tak Terpakai
14 Mencari Malaikat Maut
15 Penggemar yang Membuat Idolanya Merasa Tersiksa
16 Si Penggemar Gila
17 Perintah yang Sudah Mendarah Daging
18 Boneka Terbaik
19 Malaikat Maut Juga Bisa Sakit
20 Harimaumu Marah
21 Tanganmu Ajaib
22 Senyuman Manis Malaikat Maut
23 Mainan Kecil
24 Stella Milikku
25 Kecemburuan Morgan
26 Parasit Itu adalah Pembunuh
27 Biarkan Aku Menjadi Badutmu
28 Heavenly
29 Serena
30 Auman Harimau
31 Halo Saya Grace
32 Aku Bukan Milikmu
33 Berita yang Beredar
34 Serpihan Kaca yang Ditemukan
35 Aku Pelakunya
36 Bagaimana Bisa, Kau Hidup?
37 Penjaga yang Malang
38 Permintaan Maaf
39 Dia Seorang Penggoda
40 Mencoba Bunuh Diri
41 Sebuah Permainan
42 Kau yang Berbeda
43 Usahamu Sia-sia
44 Ciuman Manis
45 Mencoba Berdamai dengan Masa Lalu
46 Ambigu
47 Percobaan Kedua yang Gagal
48 Aku Sangat Mencintaimu
49 Target Selanjutnya
50 Boneka yang Membangkang
51 Permen
52 Memanipulasi?
53 Mendatangiku dengan Sukarela
54 Nona Manis
55 Sesama Pembunuh
56 Hai Teman Lama
57 Aku Masih Membencimu
58 Restu
59 Saya Bersedia
60 Di Antara Luka dan Harapan
61 Kegelisahan yang Menyusup
62 Aku Jatuh, Tanpa Sadar
63 Fakta yang Mengejutkan
64 Perintah dari Bianka
65 Perdebatan
66 Sebuah Surat
67 Kebakaran Malam Itu
68 Pertemuan di Cafe
69 Kisah Pilu
70 Singkat Padat dan Mendebarkan
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Dia Selalu Ada di mana-mana
2
Kejadian yang Terulang
3
Sepasang Mata Elang
4
Tangan yang Terluka
5
Parasit yang Membutuhkan Inang
6
Hari Manis seperti Rasa Stoberi
7
Kesialan
8
Sebuah Benda Kecil Memiliki Lampu Merah
9
Mencoba Melawan
10
Aman dan Bagus
11
Kau Seperti Bunglon
12
Menantikan Kedatanganmu
13
Pengaman yang Tak Terpakai
14
Mencari Malaikat Maut
15
Penggemar yang Membuat Idolanya Merasa Tersiksa
16
Si Penggemar Gila
17
Perintah yang Sudah Mendarah Daging
18
Boneka Terbaik
19
Malaikat Maut Juga Bisa Sakit
20
Harimaumu Marah
21
Tanganmu Ajaib
22
Senyuman Manis Malaikat Maut
23
Mainan Kecil
24
Stella Milikku
25
Kecemburuan Morgan
26
Parasit Itu adalah Pembunuh
27
Biarkan Aku Menjadi Badutmu
28
Heavenly
29
Serena
30
Auman Harimau
31
Halo Saya Grace
32
Aku Bukan Milikmu
33
Berita yang Beredar
34
Serpihan Kaca yang Ditemukan
35
Aku Pelakunya
36
Bagaimana Bisa, Kau Hidup?
37
Penjaga yang Malang
38
Permintaan Maaf
39
Dia Seorang Penggoda
40
Mencoba Bunuh Diri
41
Sebuah Permainan
42
Kau yang Berbeda
43
Usahamu Sia-sia
44
Ciuman Manis
45
Mencoba Berdamai dengan Masa Lalu
46
Ambigu
47
Percobaan Kedua yang Gagal
48
Aku Sangat Mencintaimu
49
Target Selanjutnya
50
Boneka yang Membangkang
51
Permen
52
Memanipulasi?
53
Mendatangiku dengan Sukarela
54
Nona Manis
55
Sesama Pembunuh
56
Hai Teman Lama
57
Aku Masih Membencimu
58
Restu
59
Saya Bersedia
60
Di Antara Luka dan Harapan
61
Kegelisahan yang Menyusup
62
Aku Jatuh, Tanpa Sadar
63
Fakta yang Mengejutkan
64
Perintah dari Bianka
65
Perdebatan
66
Sebuah Surat
67
Kebakaran Malam Itu
68
Pertemuan di Cafe
69
Kisah Pilu
70
Singkat Padat dan Mendebarkan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!