Sepasang Mata Elang

Sehabis pulang dari lokasi syuting, Stella menggigit bibir bawahnya, perempuan itu merasa tertekan sendiri. Tadi di lokasi syuting terjadi keramaian karena katanya Austin tertabrak mobil dari penggemar. Mobil tersebut memiliki masalah sehingga tak sengaja menabrak Austin. Tapi yang membuat Stella merasa risau adalah apa kejadian itu memang bukan perbuatan orang gila itu? Jika iya, Stella sungguh merasa bersalah. Bagaimana jika nanti ada korban lagi karena tingkahnya ini? Stella memutuskan untuk memutar kemudi, dirinya harus melihat keadaan Austin.

Sesampainya di sana, ada begitu banyak orang, Stella memperhatikan sekitar, akhirnya dia menemukan Morgan yang sedang bermain ponsel.

"Bagaimana dengan keadaan Austin?"

Morgan menoleh, lelaki itu langsung sumringah saat melihat kedatangan Stella. "Dia sudah sadar, sebenarnya ini terlalu lebay, dia hanya terluka sedikit, tapi rumah sakit ini sudah seperti hari pemakaman saja."

Stella menendang kaki pria itu. "Jaga mulutmu itu! Jangan membuat masalah!"

"Tetapi sepertinya, kau yang akan mendapatkan masalah."

Stella mengerutkan keningnya. Apa maksudnya?

"Hai teman lama!"

Tubuh Stella tiba-tiba terasa kaku. Perempuan itu menahan kepalanya yang hendak menoleh, benar-benar masalah! Baru suara saja sudah membuat darahnya mendidih.

"Kau memang pembawa sial tahu?!"

Stella tak menjawab, perempuan itu pura-pura tak mendengar.

Bela yang kesal langsung berdiri di hadapan Stella. "Sudah kubilang menjauh dari orang-orang ku, kau itu pembawa sial! Kau bisa membuat hidup seseorang menderita!"

Morgan menyela. "Maaf jangan membuat masalah, oke? Ini rumah sakit."

Bela terkekeh sinis. "Seharusnya kau juga menjauh dari wanita ini, dia sungguh pembawa sial!"

Morgan merangkul pundak Stella. "Jangan menghina pacarku, dan dia bukan pembawa sial, takdirnya saja yang terlalu sial.."

Stella langsung menghempaskan tangan Morgan, perempuan itu menatap tajam pada Morgan. Sebenarnya lelaki ini membelanya atau menghinanya sih? Sungguh ketara. Stella langsung menoleh pada Bela yang masih berapi-api. "Aku memang pembawa sial, jadi menjauhlah dariku, atau hidupmu akan terkena sial!"

Setelah mendengar itu, Bela langsung menyingkir dari hadapan Stella.

"Kenapa bertindak sok keren? Biasanya kau akan membuat mereka menyesal karena menghinamu. Tetapi kenapa akhir-akhir ini, kau hanya bermain di mulut saja?" terang Morgan dengan wajah serius. Menurutnya, Stella yang sekarang terlalu santai, berbeda dengan Stella saat di masa putih abu-abu, gadis bar-bar yang selalu membuat semua orang tak mau berurusan dengannya.

"Karena sekarang, aku adalah seorang aktris. Aku ini panutan untuk para penggemarku."

Morgan menghela napas sebentar. "Ya aku tahu, tapi sikapmu ini terlalu berbeda, bahkan saat denganku saja, kau seperti berhati-hati. Sikap kau ini mulai aneh saat satu tahun yang lalu, saat kau memenangkan award pemeran utama wanita terbaik. Setelah hari itu, kau jadi berbeda, bahkan tak pernah lagi membintangi film romantis.." Sejujurnya Morgan tak ingin membahas ini, tapi dirinya terlalu penasaran, lelaki itu ingin mendengar jawaban langsung dari mulut Stella.

Stella terdiam sebentar. Ya, pertanyaan itu pasti akan terdengar dari sahabatnya. Tapi dirinya tak punya jawaban.

"Baiklah, jika kau tak mau menjawab. Ketika kau ingin mengeluhkan sesuatu, ada aku yang siap mendengarkan."

Stella tersenyum lebar. Walaupun dirinya tak terlalu percaya pada semua orang. Tetapi lain lagi jika menyangkut Morgan, lelaki itu sudah seperti saudara. Setelah itu, Morgan pergi ke toilet. Stella diam di depan ruangan Austin, perempuan itu tak berani untuk masuk ke dalam.

"Stella."

Lagi-lagi Stella malas untuk menoleh, karena dirinya tahu, suara itu milik siapa. Tapi perempuan itu tetap mengalihkan pandangan dan berusaha bersikap biasa saja.

Asta datang bersama seseorang. Orang itu tersenyum lebar ke arah Stella.

"Dia sepupuku, dia penggemarmu."

Mendengar kata 'penggemar' membuat tubuhnya terasa panas dingin, entahlah tiba-tiba tubuhnya bereaksi was-was, tapi untungnya, dirinya sudah terbiasa untuk berakting.

"Halo, salam kenal," kata Stella sampai mengulurkan tangannya.

Orang itu langsung menerima uluran tangan Stella dan mulai memperkenalkan diri. "Nama saya James, saya sangat menyukai Kakak semenjak debut, saya tak menyangka jika sepupuku mengenal aktris yang aku idolakan!"

Stella tersenyum senang. Tubuhnya kembali normal, ia tak lagi merasa waspada. "Terimakasih karena telah menyukaiku."

James terlihat sedikit sedih saat uluran tangannya terlepas, tapi lelaki itu tetap bersemangat. "Seharusnya saya yang berterima kasih karena Kakak telah dilahirkan di bumi. Terimakasih karena Kakak membuat hidupku terasa berwarna!"

Stella mengangguk, matanya menoleh pada Asta yang menatapnya juga. Pantas sepupunya tak tahu, dulu hubungannya juga disembunyikan..

Kemudian Stella kembali menoleh pada James yang mulai menceritakan awal mulanya ia menjadi penggemarnya.

***

Syuting tak libur, sekarang nafas Stella rasanya bisa habis saat ini juga. Begitu banyak adegan yang sangat menguras tenaga. Tapi untungnya selalu ada Lea yang senantiasa mengurusnya dengan baik.

"Sayang sekali aktor baru itu tidak datang, dia libur berapa hari? Tidak lama kan?"

Stella memutar matanya. "Tanyakan saja pada sekretarisnya."

"Tapi apa kau tidak merindukannya, Stella?" Lea bertanya dengan nada geli. Perempuan itu terkekeh kecil mengingat kejadian kemarin. Menurutnya, Stella dan Austin cocok!

Stella tak menjawab perkataan itu. Perempuan itu kembali syuting, saat ini dirinya harus bermain peran bersama Morgan, semoga saja tidak ada kejadian yang akan membuat dirinya tertawa.

"Action!"

Morgan memasang wajah yang amat sedih, pria itu memegang kedua tangan Stella dengan pandangan hampa. "Sedari awal kau milikku Serena, tidak ada yang boleh memilikimu selain aku, jika ada yang menghalangi, aku tak segan akan membuatnya tidak bisa bernafas lagi!"

Seperti dalam naskah, Stella terlihat merasa bersalah, perempuan itu menangis sesenggukan sambil berusaha mengeluarkan kata-kata. "A-aku bukan bukan milikmu, aku bukan boneka yang bisa kau genggam begitu saja.." Air mata Stella terus mengalir membasahi pipinya. Perempuan itu benar-benar terlihat seperti tokoh Serena yang sedang terpuruk dengan keadaan.

Morgan langsung memeluknya erat, memberi ketenangan dengan cara posesif. "Jika aku tak bisa memilikimu, maka orang lain pun tak akan pernah bisa.."

Kata-kata itu begitu terbayang di benak Stella, bahkan ketika membaca naskahnya pun, Stella merasa risau. Kata-katanya terlalu mirip dengan pesan dari seseorang yang selalu ia anggap memiliki kelainan, ya! Dia seseorang yang membuat hidupnya tak lagi tenang! Dia seseorang yang membuat hidupnya tidak lagi dalam kebebasan, semuanya terasa terkekang.

Morgan yang masih memeluk Stella keheranan, karena perempuan itu tak bereaksi apapun, seharusnya dalam naskah, tokoh Serena mendorongnya dan pergi begitu saja, tapi Stella malah terus memeluknya dengan erat. Tak ada pilihan lain, tangan Morgan mulai menyentuh lengan Stella.

Sebuah cubitan membuat Stella tersadar dari lamunannya, perempuan itu menatap sekitar yang semua pasang mata memperhatikannya. Lalu tanpa sengaja, sepasang mata elang menatapnya lekat, seolah ingin membunuhnya saat ini juga.

Stella menelan saliva kuat-kuat. Waktu terasa berjalan begitu lambat, tak seperti suara detak jantungnya.

Episodes
1 Dia Selalu Ada di mana-mana
2 Kejadian yang Terulang
3 Sepasang Mata Elang
4 Tangan yang Terluka
5 Parasit yang Membutuhkan Inang
6 Hari Manis seperti Rasa Stoberi
7 Kesialan
8 Sebuah Benda Kecil Memiliki Lampu Merah
9 Mencoba Melawan
10 Aman dan Bagus
11 Kau Seperti Bunglon
12 Menantikan Kedatanganmu
13 Pengaman yang Tak Terpakai
14 Mencari Malaikat Maut
15 Penggemar yang Membuat Idolanya Merasa Tersiksa
16 Si Penggemar Gila
17 Perintah yang Sudah Mendarah Daging
18 Boneka Terbaik
19 Malaikat Maut Juga Bisa Sakit
20 Harimaumu Marah
21 Tanganmu Ajaib
22 Senyuman Manis Malaikat Maut
23 Mainan Kecil
24 Stella Milikku
25 Kecemburuan Morgan
26 Parasit Itu adalah Pembunuh
27 Biarkan Aku Menjadi Badutmu
28 Heavenly
29 Serena
30 Auman Harimau
31 Halo Saya Grace
32 Aku Bukan Milikmu
33 Berita yang Beredar
34 Serpihan Kaca yang Ditemukan
35 Aku Pelakunya
36 Bagaimana Bisa, Kau Hidup?
37 Penjaga yang Malang
38 Permintaan Maaf
39 Dia Seorang Penggoda
40 Mencoba Bunuh Diri
41 Sebuah Permainan
42 Kau yang Berbeda
43 Usahamu Sia-sia
44 Ciuman Manis
45 Mencoba Berdamai dengan Masa Lalu
46 Ambigu
47 Percobaan Kedua yang Gagal
48 Aku Sangat Mencintaimu
49 Target Selanjutnya
50 Boneka yang Membangkang
51 Permen
52 Memanipulasi?
53 Mendatangiku dengan Sukarela
54 Nona Manis
55 Sesama Pembunuh
56 Hai Teman Lama
57 Aku Masih Membencimu
58 Restu
59 Saya Bersedia
60 Di Antara Luka dan Harapan
61 Kegelisahan yang Menyusup
62 Aku Jatuh, Tanpa Sadar
63 Fakta yang Mengejutkan
64 Perintah dari Bianka
65 Perdebatan
66 Sebuah Surat
67 Kebakaran Malam Itu
68 Pertemuan di Cafe
69 Kisah Pilu
70 Singkat Padat dan Mendebarkan
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Dia Selalu Ada di mana-mana
2
Kejadian yang Terulang
3
Sepasang Mata Elang
4
Tangan yang Terluka
5
Parasit yang Membutuhkan Inang
6
Hari Manis seperti Rasa Stoberi
7
Kesialan
8
Sebuah Benda Kecil Memiliki Lampu Merah
9
Mencoba Melawan
10
Aman dan Bagus
11
Kau Seperti Bunglon
12
Menantikan Kedatanganmu
13
Pengaman yang Tak Terpakai
14
Mencari Malaikat Maut
15
Penggemar yang Membuat Idolanya Merasa Tersiksa
16
Si Penggemar Gila
17
Perintah yang Sudah Mendarah Daging
18
Boneka Terbaik
19
Malaikat Maut Juga Bisa Sakit
20
Harimaumu Marah
21
Tanganmu Ajaib
22
Senyuman Manis Malaikat Maut
23
Mainan Kecil
24
Stella Milikku
25
Kecemburuan Morgan
26
Parasit Itu adalah Pembunuh
27
Biarkan Aku Menjadi Badutmu
28
Heavenly
29
Serena
30
Auman Harimau
31
Halo Saya Grace
32
Aku Bukan Milikmu
33
Berita yang Beredar
34
Serpihan Kaca yang Ditemukan
35
Aku Pelakunya
36
Bagaimana Bisa, Kau Hidup?
37
Penjaga yang Malang
38
Permintaan Maaf
39
Dia Seorang Penggoda
40
Mencoba Bunuh Diri
41
Sebuah Permainan
42
Kau yang Berbeda
43
Usahamu Sia-sia
44
Ciuman Manis
45
Mencoba Berdamai dengan Masa Lalu
46
Ambigu
47
Percobaan Kedua yang Gagal
48
Aku Sangat Mencintaimu
49
Target Selanjutnya
50
Boneka yang Membangkang
51
Permen
52
Memanipulasi?
53
Mendatangiku dengan Sukarela
54
Nona Manis
55
Sesama Pembunuh
56
Hai Teman Lama
57
Aku Masih Membencimu
58
Restu
59
Saya Bersedia
60
Di Antara Luka dan Harapan
61
Kegelisahan yang Menyusup
62
Aku Jatuh, Tanpa Sadar
63
Fakta yang Mengejutkan
64
Perintah dari Bianka
65
Perdebatan
66
Sebuah Surat
67
Kebakaran Malam Itu
68
Pertemuan di Cafe
69
Kisah Pilu
70
Singkat Padat dan Mendebarkan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!