Kejadian yang Terulang

Stella berlari menuju pintu, tak ada keraguan dalam dirinya, hingga pintu itupun terbuka lebar. Stella menggeram kesal, beraninya orang itu mempermainkannya begini, tetapi sejujurnya dirinya memang agak takut.

Stella menutup pintu, perempuan itu berlari kencang menuju mobil, bahkan Stella menggunakan mobil secara cepat, hanya satu dalam pikirannya, keselamatan, Ranu.

"Ranu! Ranu!"

Setalah sampai, perempuan itu segera keluar dan mencari keberadaan adiknya, bahkan Stella sampai menggedor pintu, takut jika adiknya itu terluka.

Pintu terbuka, menampilkan ibunya yang memandangnya sinis.

"Ada apa dengan tuan putri ini? Beraninya menggangu orang lain?!"

Stella tak marah. Perempuan itu langsung menerobos masuk. "Di mana Ranu? Apa dia baik-baik saja?!" Stella terus berteriak keras, mencari ke sana-kemari dengan ekspresi ketakutan. "Ranu, Ranu! Kau di mana?!"

"Jangan berisik!"

Stella berhenti berteriak saat mendengar bentakan Ibunya. "Ranu di mana Bu? Ranu di mana?"

Ibunya memutar matanya malas. "Entah drama apalagi yang kau mainkan itu, Ranu sudah tidur. Jangan berteriak seperti orang gila, kau bisa menggangu semua orang!"

Stella bernafas lega, walaupun dirinya tak melihat Ranu, ia yakin Ibunya tidak akan berbohong. Stella memutuskan untuk pergi, orang gila itu tidak menggangu adiknya.

Ibunya menggeram kesal, datang tiba-tiba lalu membuat kehebohan, dan sekarang pergi tanpa berpamitan?

***

Hari ini adalah hari syuting, Stella berusaha keras menampilkan yang terbaik, walaupun dirinya tahu, bahwa akan terjadi sesuatu, tapi Stella tidak akan membiarkan itu terjadi. Setelah beberapa saat, perempuan itu berisitirahat dan duduk, sambil memperhatikan lawan mainnya yang sedang berakting. Stella membuka naskahnya untuk membaca, lalu matanya membulat sempurna, membaca adegan ciuman. Memang wajar adegan tersebut di dalam film romantis, tapi bukankah ini terlalu cepat?

"Permisi, apa kau ingin berlatih adegan ini?"

Stella tersenyum tipis, kenapa orang ini bertanya dengan wajah yang begitu santai? Stella berdiri dan mengangguk. Kemudian setelah Stella membersihkan mulutnya, perempuan itu menghampiri Austin.

"Kau tak keberatan kan, jika berpelukan?"

Stella terdiam sebentar, bukankah seseorang yang berdiri di depannya ini adalah aktor baru, lalu mengapa berbicara seolah sebaya?

Tanpa menunggu jawaban Stella, Austin langsung menarik pinggangnya, menatap wajahnya lekat.

Stella yang sudah terbiasa langsung masuk dalam adegan itu. Stella memiringkan kepalanya, perempuan itu dengan alami mendekati wajah Austin, menemui bibir merah pria itu.

Austin membalasnya dengan lihai, seolah adegan ini memang sudah terbiasa.

Mereka berpautan satu sama lain, seolah dunia ini milik berdua. Stella mengacungkan tangannya di leher Austin, menikmati adegan ini.

Stella langsung melepaskan ciumannya, perempuan itu mundur beberapa langkah. "Bukankah itu sudah cukup bagus?"

Austin mengangguk pelan. "Ya cukup bagus, tapi harusnya kau bermain lebih liar oke? Agar terlihat lebih bagus."

Stella langsung tersenyum sinis. Entah kenapa dirinya merasa kesal mendengar komentar itu. "Aku sudah cukup lihat tahu, kau saja yang terlalu lambat!"

"Seharusnya kau menggigit bibir bawahku saat aku bernafas sebentar, tapi kau malah diam dan membiarkan aku melakukannya sendirian."

"Sendirian?!" Stella berseru tak terima. Dirinya ini sudah cukup lama memainkan banyak film dan drama romantis, beraninya aktor baru itu mengomentari keahliannya. "Aku bahkan lebih baik darimu, lihat tanganmu sendiri! kau bahkan tak memelukku dengan erat, kau seperti anak itik yang masih belajar berjalan!"

Austin mengeratkan pelukannya. "Apakah harus seperti ini? Atau ingin lebih dekat?"

Stella berdehem sebentar, lalu menyahut. "Y-ya harusnya seperti ini, kau harus memelukku lebih erat."

"Apa perlu aku mengendus lehermu juga?"

"Oh kau ingin?"

Lea yang berdiri tak jauh dari sana diam membeku, wajahnya benar-benar memanas. Perempuan itu langsung mengipasi dirinya sendiri. "Obrolan macam apa itu? Benar-benar gila!"

Saat adegan itu dimulai. Stella dan Austin langsung melakukannya.

"Action!"

"Kau sungguh jahat, kau memilih dia dari pada aku?!" Stella berkata dengan wajah yang sedih.

"Tidak! Kau salah paham Serena! Aku sangat mencintaimu!" Austin langsung memeluknya dengan sangat erat. Tangannya mengelus lembut punggung Stella. Lalu Austin berkata dengan lembut. "Ini semua salah paham, aku sangat mencintaimu, aku bahkan rela mati untukmu!"

Stella menatap wajah Austin, memandangnya lekat, kemudian mendekati wajah Austin dan meraup bibir merahnya dengan kasar.

Austin membalasnya dengan begitu lihai, bahkan pria itu memeluk Stella dengan begitu kencang.

"Cut!"

Mereka berdua spontan menjauh dari satu sama lain, memandang bersamaan pada sang sutradara.

"Tidak bisakah kalian melakukannya lebih natural dan manis?!" perkataan sang sutradara membuat Stella dan Austin saling menatap satu sama lain.

Lea menggelengkan kepalanya. Ini benar-benar melelahkan. Mereka seperti sepasang kekasih yang sedang kasmaran karena rindu. Perempuan itu kembali berdecak. "Apa ini alasan Stella tak mau mengambil film romantis? Dia takut mudah terpana ya?"

Sedangkan Morgan yang sedang duduk hanya bisa menahan diri. Pria itu terlihat kesal. Dan sejak kapan, Stella begitu akrab dengan aktor baru itu?

Stella dan Austin pun kembali berakting dengan lebih alami. Kini mereka terlihat seperti sepasang kekasih yang saling mencintai dan tak mau mengakhiri hubungan. Sang sutradara pun menyukai adegan itu.

Lea terkekeh geli. Dia bertepuk tangan menghampiri Stella. "Barusan sungguh keren, rasa sedihnya sampai ke hatiku!"

Stella mengabaikannya, dan langsung duduk dengan wajah yang ditekuk, sepertinya dia kesal akan sesuatu.

Lea tak menyerah, perempuan itu kembali bersuara. "Tadi, kalian terlihat seperti sepasang kekasih yang sedang jatuh cinta dan ingin segera bercinta saat itu juga.."

"Diam!" Stella mengingatkan Lea untuk tidak mengatakan apapun lagi. Perempuan itu memegang buku, bersiap menyerang Lea.

"Hohoho santai!" seru Lea yang mencoba menyelamatkan diri.

"Wah kau memang ahli ya?"

Stella menoleh pada Morgan. "Aku memang sudah ahli, kau bahkan pernah mengatakan bibirku sangat manis.."

Morgan langsung mengalihkan pandangannya sebentar.

Stella melotot. "Kau tersipu?"

Morgan langsung menjawab. "Bagaimana bisa kau mengatakan itu di sini? Kau memang agak aneh!"

Stella hanya tersenyum tipis.

"Tapi kenapa aku merasa bahwa kau menikmati adegan itu ya?" tanya Morgan diiringi ejekan. "Jangan-jangan kau mulai terjebak cinta lokasi?"

Stella langsung menyahut. "Jangan membuatku kesal, atau perutmu itu akan berciuman dengan telapak kakiku! Kau masih ingat kan rasa sakitnya?!"

Morgan menggelengkan kepalanya. Tidak! Kejadian menyebalkan itu tidak boleh terjadi lagi. Morgan langsung diam membeku, lelaki itu tidak berani menganggu Stella lagi.

Tiba-tiba, ramai orang yang berlarian di lokasi syuting. Stella dan Morgan saling tatap, mereka berdua bingung dengan apa yang terjadi.

Morgan langsung mencekal tangan seorang staf. "Apakah ada sesuatu yang terjadi?"

"Aktor pemeran utama pria kecelakaan!"

Stella langsung terdiam. Perempuan itu mundur secara perlahan, wajahnya pun berubah menjadi pucat. Kenapa? Apa itu ulah orang gila yang selalu mengganggunya?

Episodes
1 Dia Selalu Ada di mana-mana
2 Kejadian yang Terulang
3 Sepasang Mata Elang
4 Tangan yang Terluka
5 Parasit yang Membutuhkan Inang
6 Hari Manis seperti Rasa Stoberi
7 Kesialan
8 Sebuah Benda Kecil Memiliki Lampu Merah
9 Mencoba Melawan
10 Aman dan Bagus
11 Kau Seperti Bunglon
12 Menantikan Kedatanganmu
13 Pengaman yang Tak Terpakai
14 Mencari Malaikat Maut
15 Penggemar yang Membuat Idolanya Merasa Tersiksa
16 Si Penggemar Gila
17 Perintah yang Sudah Mendarah Daging
18 Boneka Terbaik
19 Malaikat Maut Juga Bisa Sakit
20 Harimaumu Marah
21 Tanganmu Ajaib
22 Senyuman Manis Malaikat Maut
23 Mainan Kecil
24 Stella Milikku
25 Kecemburuan Morgan
26 Parasit Itu adalah Pembunuh
27 Biarkan Aku Menjadi Badutmu
28 Heavenly
29 Serena
30 Auman Harimau
31 Halo Saya Grace
32 Aku Bukan Milikmu
33 Berita yang Beredar
34 Serpihan Kaca yang Ditemukan
35 Aku Pelakunya
36 Bagaimana Bisa, Kau Hidup?
37 Penjaga yang Malang
38 Permintaan Maaf
39 Dia Seorang Penggoda
40 Mencoba Bunuh Diri
41 Sebuah Permainan
42 Kau yang Berbeda
43 Usahamu Sia-sia
44 Ciuman Manis
45 Mencoba Berdamai dengan Masa Lalu
46 Ambigu
47 Percobaan Kedua yang Gagal
48 Aku Sangat Mencintaimu
49 Target Selanjutnya
50 Boneka yang Membangkang
51 Permen
52 Memanipulasi?
53 Mendatangiku dengan Sukarela
54 Nona Manis
55 Sesama Pembunuh
56 Hai Teman Lama
57 Aku Masih Membencimu
58 Restu
59 Saya Bersedia
60 Di Antara Luka dan Harapan
61 Kegelisahan yang Menyusup
62 Aku Jatuh, Tanpa Sadar
63 Fakta yang Mengejutkan
64 Perintah dari Bianka
65 Perdebatan
66 Sebuah Surat
67 Kebakaran Malam Itu
68 Pertemuan di Cafe
69 Kisah Pilu
70 Singkat Padat dan Mendebarkan
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Dia Selalu Ada di mana-mana
2
Kejadian yang Terulang
3
Sepasang Mata Elang
4
Tangan yang Terluka
5
Parasit yang Membutuhkan Inang
6
Hari Manis seperti Rasa Stoberi
7
Kesialan
8
Sebuah Benda Kecil Memiliki Lampu Merah
9
Mencoba Melawan
10
Aman dan Bagus
11
Kau Seperti Bunglon
12
Menantikan Kedatanganmu
13
Pengaman yang Tak Terpakai
14
Mencari Malaikat Maut
15
Penggemar yang Membuat Idolanya Merasa Tersiksa
16
Si Penggemar Gila
17
Perintah yang Sudah Mendarah Daging
18
Boneka Terbaik
19
Malaikat Maut Juga Bisa Sakit
20
Harimaumu Marah
21
Tanganmu Ajaib
22
Senyuman Manis Malaikat Maut
23
Mainan Kecil
24
Stella Milikku
25
Kecemburuan Morgan
26
Parasit Itu adalah Pembunuh
27
Biarkan Aku Menjadi Badutmu
28
Heavenly
29
Serena
30
Auman Harimau
31
Halo Saya Grace
32
Aku Bukan Milikmu
33
Berita yang Beredar
34
Serpihan Kaca yang Ditemukan
35
Aku Pelakunya
36
Bagaimana Bisa, Kau Hidup?
37
Penjaga yang Malang
38
Permintaan Maaf
39
Dia Seorang Penggoda
40
Mencoba Bunuh Diri
41
Sebuah Permainan
42
Kau yang Berbeda
43
Usahamu Sia-sia
44
Ciuman Manis
45
Mencoba Berdamai dengan Masa Lalu
46
Ambigu
47
Percobaan Kedua yang Gagal
48
Aku Sangat Mencintaimu
49
Target Selanjutnya
50
Boneka yang Membangkang
51
Permen
52
Memanipulasi?
53
Mendatangiku dengan Sukarela
54
Nona Manis
55
Sesama Pembunuh
56
Hai Teman Lama
57
Aku Masih Membencimu
58
Restu
59
Saya Bersedia
60
Di Antara Luka dan Harapan
61
Kegelisahan yang Menyusup
62
Aku Jatuh, Tanpa Sadar
63
Fakta yang Mengejutkan
64
Perintah dari Bianka
65
Perdebatan
66
Sebuah Surat
67
Kebakaran Malam Itu
68
Pertemuan di Cafe
69
Kisah Pilu
70
Singkat Padat dan Mendebarkan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!