Ilyas Mahara masih tertidur di ranjangnya, meskipun sang mentari telah menyapanya namun sepertinya ia masih enggan untuk kembali menyapa sang mentari, pria tampan ini memilih tetap tinggal di rumah nya sendiri,. meskipun ia masih memiliki ayah ibu dan satu saudara laki-laki, namun Yas tinggal di rumahnya sendiri, rumah yang sudah lama ia tempati jauh sebelum ia menikah, dan kini rumah ini meninggalkan kenangannya bersama sang istri tercinta, cinta Yas masih tak luntur, ada sebuah potret besar Savira di kamar tidurnya, sungguh bidadari yang harus ia lepas dengan terpaksa.
🌹
" bang Yas.." seorang pria tampan lainnya berteriak sembari memasuki rumah
" nak rama.." bik nani yang merupakan asisten rumah tangga disana menghampiri pria tampan yang bernama Rama itu
" bang Yas mana bik?" tanya Rama pada bik nani
" pak Yas sepertinya belum bangun nak" balas bik nani
" astaga abang satu ini.. Baiklah bik aku akan bangunkan dia" balas Rama yang langsung pamit menuju kamar Yas
Rama Wardana, pria tampan yang berusia 20 tahun ini merupakan satu-satunya saudara dari seorang Yas, usia mereka selisih 10 tahun, Rama cukup dekat dengan Yas, sungguh sangat harmonis, sejak Yas memutuskan untuk tinggal terpisah saat ia berusia 25 tahun, sejak saat itulah Rama akan sering berkunjung ke rumah Yas, bisa dikatakan ini adalah rumah kedua Rama, pria tampan itu masih belum lulus, ia sedang berada di semester akhir.
" bang.. bang Yas ayo bangun" Rama menggedor pintu kamar Yas untuk membangunkan pria super tampan itu
" cklek.." ternyata pintu kamar tidak di kunci
" astaga.. percuma aku gedor-gedor ternyata pintunya tidak di kunci" gerutu Rama yang langsung masuk, saat Rama masuk ia mendapati sang kakak yang masih terbaring di tempat tidur
" astaga.. sejak kepergian kak Vira dia menjadi pemalas seperti ini" gumam Rama, di ketahui bahwa sebelum kemalangan menimpa hidup Yas, pria super tampan itu adalah orang yang rajin dan tepat waktu, sungguh sangat perfeksionis, hingga tak ada celah kekurangan sama sekali di mata siapapun yang melihatnya, namun sejak kematian istrinya Yas menjadi tak teratur, ia sering terlambat ke kantor, tidak fokus dalam bekerja dan juga sering begadang malam untuk menangisi kepergian cintanya, ayah Yas sudah memberikan posisi penting di perusahaan untuknya, yah posisi sebagai pimpinan.
" bang bangun" Rama menggoyangkan sedikit tubuh Yas agar pria super tampan itu terbangun, jika sebentar lagi ia tak bangun maka bisa di pastikan bahwa ia akan terlambat ke kantor, pagi ini ada pertemuan penting, sekertaris Yas menghubungi Rama karena tak bisa menghubungi Yas, itulah sebabnya Rama datang pagi-pagi sekali untuk melihat mengapa kakaknya itu tak menjawab panggilan sekertarisnya
" sebentar lagi Vi" gumam Yas, sepertinya pria super tampan ini masih bermimpi bahwa yang membangunkannya adalah istrinya
" bukan Vi bang tapi Ram" bisik Rama tepat di telinga Yas yang sontak membuat Yas tersentak
" astaga Ram.." Yas memengangi telinganya
" bangun juga" sementara Rama malah seperti tak bersalah sama sekali
" kenapa pagi-pagi sudah di rumah orang?" tanya Yas
" abisnya abang tidak bisa di hubungi sekertaris abang" balas Rama
" hah?" Yas segera memeriksa ponselnya dan benar saja ada banyak sekali panggil tak terjawab dari sekertarisnya
" astaga benar pagi ini ada pertemuan penting" Yas tersentak kaget setelah ia mengingat bahwa ada pertemuan penting pagi ini
" tuh ingat, sudah sana mandi nanti terlambat loh" ucap Rama
" iya bawel" Yas mengacak rambut Rama sembari berlari ke kamar mandi
" bang.." Rama mendengus kesal saat Yas melakukanya
" ini di buatnya dua jam loh bang, dua jam" gerutu Rama yang rambutnya sudah berantakan sekarang namun Yas sudah tak mendengarnya pria super tampan itu sudah masuk ke kamar mandi
Di bawah aliran air yang membasahi kepalanya Yas menguatkan dirinya lagi, ia belum sembuh dari luka yang di akibatkan perginya sang istri untuk selamanya
" mas rindu Vi" lirih suara Yas bersama aliran air yang jatuh ke lantai
" mas ingin bisa melihat mu lagi Vi, oh takdir mengapa suratan nasibku begitu buruk, aku kehilangan istri ku di saat yang bahagia" Yas masih terpukul akan kejadian itu, meskipun ia bisa bercanda dengan Rama namun semua orang tau luka di hati Yas belum sembuh
" mas ingin melihatmu lagi Vi" gumam Yas dengan linang air mata yang tertutup oleh air
" sungguh sakit rasanya menahan rindu ini Vi.. mas ingin bertemu denganmu, ingin melihatmu, ingin bersamamu, ingin segalanya tentang mu" Yas menahan suaranya agar tak terdengar keluar, namun rintihan hatinya mengalir bersama air yang mengguyur kepalanya
Sementara Yas berada di kamar mandi Rama sudah turun ke bawah menunggu Yas di meja makan.
" nak Rama" panggil bik nani
" ya bik?" balas Rama yang sudah duduk di kursi depan meja makan
" apa pak Yas baik-baik saja?" tanya bik nani yang tampak khawatir
" kenapa bik?" Rama malah baik bertanya
" maaf nak tapi.." bik nani tampak ragu untuk mengutarakannya
" katakan saja bik" Rama sedikit mendesak
" itu nak rama.. em.. bibi masih mendengar setiap malam pak Yas menangis dan terkadang pak Yas tidak memperdulikan dirinya sendiri, pak Yas juga sangat jarang makan" akhirnya ucap bik nani mengutarakan hal yang membuatnya gelisah selama ini
Rama juga tau pasti Yas masih dalam kondisi terpukul, namun Yas tak mau jika harus pindah ke rumah orang tuanya
" aku akan tinggal di sini bik.. bibi tidak perlu khawatir" balas Rama, yah dia memang harus tinggal di sini untuk bisa membantu Yas setidaknya sampai Yas yang dulu kembali
" terimakasih sudah mengkhawatirkan bang Yas bik" balas Rama merasa bersyukur bahwa Yas memiliki asisten rumah tangga yang begitu peduli padanya, bik nani sudah bekerja untuk Yas sejak Yas pindah kerumah ini
Tak lama Yas sudah turun, ia sudah rapi dengan jas kerjanya, Rama hanya melempar senyum padanya yang langsung di balas Yas
" masih disini?" tanya Yas pada adiknya itu
" kenapa memangnya?" tanya Rama
" tidak apa-apa" balas Yas yang memilih langsung duduk di kursinya, di sebelah kanannya satu kursi yang tak boleh di tempati oleh siapapun karena itu adalah kursi tempat Vira duduk saat makan
Tak terlalu banyak drama saat sarapan, Yas juga hanya diam saja menikmati sarapan yang masuk seadanya kedalam mulutnya, pria super tampan itu tak terlalu berselera makan, setelah sarapan selesai Yas langsung berpamitan pada Rama untuk ke kantor, pria ini mengendari mobilnya sendiri, jarak antara rumah dan kantornya tak terlalu jauh.
Bersambung...
Selamat menikmati 😁 salam manis untuk pembaca 🥰🥰🥰 Jangan lupa tinggalkan jejak kakak sekalian di kolom komentar 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments