💐💐💐💐💐💐
...HAPPY READING......
.
.
"Vans, sepertinya aku tidak bisa memakai Heels seperti ini," ucap Aulia yang mulai lelah berlatih mengunakan Hak tinggi. Setelah mendapatkan gaun yang cocok untuk Aulia, Evans membawa gadis itu ke tempat pelatihan khusus bagi para model. Namun, yang mengajarkan Aulia adalah pemilik sanggar nya langsung dan tentunya di dalam ruangan tertutup.
Sekertaris Evans sangat cepat tanggap untuk memberikan yang terbaik buat sang tuan mudanya. Dia adalah orang kepercayaan Evans yang tidak mungkin pernah mengkhianati nya.
"Ayolah coba berlatih setengah jam lagi. Kita masih ada waktu sampai berangkat ke rumah orang tuaku," Evans melirik jam tangannya yang masih menunjukkan pukul setengah lima sore.
"Biasanya Heels merupakan salah satu jenis sepatu yang digemari oleh wanita. Hal ini karena heels dapat memberikan kesan tinggi, anggun, feminin, dan kaki yang terlihat lebih jenjang. Tapi kenapa kau terlihat sangat kaku ya?" Evans tergelak karena melihat wajah Aulia menahan kesal padanya. Namun, perjanjian hitam diatas putih sudah mereka berdua sepakati. Tidak bisa mundur sebelum misi selesai.
"Diamlah! Tidak usah mengejekku. Tidak mungkin aku menaiki motor dengan Heels. Kau ini bikin aku emosi saja," jawab Aulia membela dirinya.
"Ya, sorry. Aku tidak bermaksud mengejek mu. Ayo cepat berlatih lagi!" kata Evans karena dia tidak memiliki banyak waktu untuk memperkenalkan kekasihnya pada keluarga besarnya. Kurang lebih dua jam Akhirnya Aulia sudah pandai berjalan anggun mengunakan Heels yang dipilih oleh Evans sendiri. Harganya jangan ditanyakan karena diatas 100 juta. Begitu pula dengan harga dress yang akan Aulia pakai malam ini.
"Kita mau pergi kemana lagi?" tanya Aulia karena dari butik Tante Anya, Evans mengajaknya naik mobil pemuda itu.
"Kita ke Apartemen ku untuk bersiap-siap. Nanti akan ada orang salon sebagai make up yang membantu mengubah penampilan mu," jawab Evans sambil membalas pesan singkat dari mamanya. Mereka berdua duduk di kursi belakang karena ada sekertaris yang menjadi sopir pribadi sekaligus menjadi tangan kanan Evans.
"Apakah aku harus membayarnya?"
Taaak!
Evans menyentil kening Aulia mengunakan jari telunjuknya. Sehingga gadis itu langsung mengaduh kesakitan.
"Kau kenapa menyentil keningku? Apakah ini termasuk KDRT dalam pacaran? Kalau iya aku akan melaporkan kau ke kantor polisi," ancam Aulia karena kesal.
"Habisnya kau selalu membuatku kesal. Apakah sebelum menandatangani surat perjanjian tadi kau tidak membaca dulu poin-poin pentingnya?" Aulia menggeleng pelan. Karena dia hanya menandatangani dan sekedar membaca surat kontrak berpacaran. Selebihnya dia lewatkan.
"Pantas saja," Evans berdecak antara gemas dan kesal pada kebodohan Aulia.
"Lain kali jika kau ingin mengajukan pinjaman atau perjanjian apapun harus membaca dulu isi surat yang akan kau tanda tangani. Bagaimana jika tertulis kau menjual dirimu dengan suka rela? Apakah kau mau ditipu seperti itu?" nasehat Evans yang selalu teliti dalam segala hal.
"Maaf, aku tidak akan mengulangi nya lagi."
"Ya, itu harus karena kau harus bisa menjaga dirimu sendiri. Di dalam perjanjiannya kau tidak akan mengeluarkan uang sepeserpun karena semua aku yang tanggung. Jadi kau cukup menjadi kekasih yang patuh pada perkataan ku. Nanti kau juga jangan terlalu banyak bicara karena Saudari-saudariku itu orang yang rese. Mereka pasti mencari cara agar aku ini terus jomblo."
"Kenapa begitu? Apakah karena mereka terlalu menyayangimu?" tanya Aulia heran. Evans memang belum menceritakan tentang dirinya.
"Justru sebaliknya. Mereka sangat membenciku," jawab Evans dengan hembusan nafas dalam. "Aulia, jika banyak waktu aku akan menceritakannya padamu. Asalkan kau bisa menjaga rahasia kita. Tapi sekarang aku beritahu poin pentingnya saja supaya kau tidak binggung mana kawan dan mana lawan. Aku adalah putra satu-satunya di keluarga Gialola. Empat orang saudariku adalah perempuan. Nah mereka tidak mau harta papaku jatuh padaku karena ibuku hanya istri kedua. Sedangkan mereka anak dari istri pertama. Kau bisa kan mengartikan maksudku?" jelas Evans menoleh pada Aulia yang berada di sampingnya.
"Eum... intinya mereka menginginkan harta ayah mu kan? Tapi tidak bisa begitu saja karena anak laki-laki itu lebih berkuasa walaupun kau hanya anak istri kedua." jawab Aulia dan Evans membenarkan.
"Ya, begitulah. Maka dari itu mama dan nenek ingin aku membawa seorang kekasih untuk diperkenalkan sebagai calon menantu Gialola."
"Apakah tidak ada wanita yang mau padamu?" Aulia semakin heran. Soalnya Evans bukan hanya kaya raya. Tapi juga memiliki paras yang sangat tampan. Pemuda itu tidak sombong dan ramah suka bercanda. Pokonya paket komplit.
"Cih! Kau ini," kata Evans berdesis. "Bukannya tidak ada yang mau. Tapi akunya yang menolak setiap kali ada gadis yang mau mendekatiku,"
"Kenapa? Jangan bilang kau... " Aulia tidak melanjutkan ucapannya. Namun, tatapan mata gadis itu melirik kearah burung Perkutut milik Evans.
"Hey, kau jangan asal tuduh ya. Aku ini pria normal. Hanya saja cintaku sudah pergi bersama Nikita kekasih yang sangat aku cintai," seru Evans yang bisa menebak arah pikiran Aulia.
"Memangnya dia pergi kemana? Apakah tidak akan kembali lagi?"
"Dia sudah tenang di surga," jawab pemuda itu melihat kearah langit yang mulai redup karena sudah hampir setengah enam malam.
"Nikita meningal Dunia empat tahun lalu. Dia mengalami kecelakaan disaat malam ulang tahun ku. Karena ada orang yang menyabotase mobilnya." wajah Evans langsung terlihat sedih karena sampai saat ini dia masih berharap jika semuanya hanya mimpi buruk.
"Oh... seperti itu. Maaf ya, Vans. Aku tidak bermaksud membuatmu bersedih. Tapi percayalah Nikita pasti sangat bahagia di surga sana karena dicintai oleh mu. Jujur aku iri padanya," ucap Aulia mencoba menghibur Evans.
"Kenapa iri pada orang yang sudah meninggal dunia?"
"Karena dia memiliki kekasih yang mencintainya sampai akhir hayatnya. Sedangkan aku ditipu mentah-mentah oleh si brengsek itu. Kurang baik apa coba aku padanya. Aku bahkan mempertaruhkan nyawaku di arena balap liar agar bisa menjadi pemenang dan uangnya aku berikan untuknya. Namun, akhir yang aku terima malah dicampakkan seperti ini. Hingga aku terlilit hutang dimana-mana." keluh Aulia yang baru menyadari kebodohannya selama ini.
"Jadi kau memang seorang pembalap?" tanya Evans memastikan. Tadi saat dibonceng oleh Aulia, dia memang ketakutan karena gadis itu membawa motornya sangat kencang.
"Huem," Aulia hanya berdehem kecil disertai anggukan kepalanya.
"Tapi seharusnya kau bersyukur, Aulia."
"Hah? Apakah kau tidak salah menyuruhku bersyukur? Dia sudah menipu ku dengan cinta palsunya, Vans," seru Aulia tidak terima bila harus bersyukur sudah ditipu habis-habisan.
"Dengar dulu aku sampai selesai." jawab pemuda itu masih duduk di dalam mobil padahal mereka sudah tiba di parkiran mobilnya yang ada di sebuah gedung Apartemen miliki keluarganya sendiri.
"Jika kau tahu kejelekannya setelah menikah maka kau akan lebih rugi lagi kan? Sekarang kau hanya dirugikan uang yang bisa kau cari lagi. Sekarang rumah peninggalan orang tuamu juga sudah kembali padamu. Jadi lupakan sakit hatimu padanya dan buktikan padanya bahwa kau berhak bahagia walaupun tanpanya." Aulia langsung menatap muka Evans. Membuat mereka saling tatapan begitu dalam.
... BERSAMBUNG... ...
.
.
Jangan lupa berikan dukungannya ya, Kakak semuanya. Agar. Mak Autor semagat nulisnya tidak sepi seperti kuburan di malam Jum'at kliwon 😭😭🤧🤧
Like.
Komen yang membangun.
Vote.
Subscribe nya 😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Yuliawati
oke kakak semangat
2024-10-08
0
Rifa Lestari
semangat kak 💪💪 smoga shat sllu dsana n mood nya jg sllu terjaga 🤲🥰
2024-07-04
0
Zahra dila Dila
lanjut trus kakak
2024-06-28
1