Gadis Pembalap Milik Presdir
💐💐💐💐💐💐
...HAPPY READING......
.
.
"Hey, apa yang kau lakukan? Kenapa kau merusak mobi--"
"Diamlah! Ini bukan urusan mu," sela Aulia terus mencoret-coret mobil Lamborghini Vaneno Roadster, berwarna putih. Jadi terlihat jelas bekas yang sudah dirusak.
"Hey... Apa yang kau lakukan?" dua orang satpam yang bertugas menjaga keamanan berlari ke arah Aulia. Namun, dengan sigap gadis tersebut menarik tangan pemuda yang tadi sempat menegurnya untuk duduk diatas motor miliknya.
"Ayo naiklah! Kita harus cepat pergi dari sini," gadis itu memasang helm dan membawa Evans meninggalkan tempat tersebut. Sambil tersenyum pemuda itu berpegangan pada jaket hitam milik Aulia. Padahal dia tidak tahu akan dibawa kemana.
Setelah hampir dua puluh menit mereka pun berhenti. Aulia menghentikan motornya di sisi jalan. Evans juga ikut turun karena begitu banyak pertanyaan didalam benaknya. Dia sangat penasaran atas dasar apa Aulia merusak mobil mewahnya yang baru saja dibeli empat hari lalu.
"Huh! Untung saja," seru Aulia tersenyum puas.
Evans memperhatikan gadis itu dan bertanya. "Sepertinya kau bahagia sekali, kenapa?"
"Haaa... haa..." Aulia tertawa dan mengikuti Evans duduk di bawah pohon yang ada di sekitar sana. "Aku bahagia karena sudah berhasil menghancurkan mobil si brengsek itu,"
"Brengsek? Siapa yang kau bilang brengsek?" tanya Evans semakin penasaran. Sebab jika diingat-ingat tidak pernah memiliki masalah dengan gadis tersebut.
"Dia adalah Leon, mantan pacarku," suara Aulia merendah. Pertanda bahwa hatinya sangat terluka.
"Leon? Siapa dia?"
"Dia laki-laki yang tidak tahu terima kasih. Sudah bersusah-payah aku mengumpulkan uang hasil kerjaku selama ini hanya untuk membiayai kuliahnya. Namun, setelah lulus dan memiliki pekerjaan. Dia membuang ku karena sudah memiliki kekasih yang baru," keluh Aulia menatap ke taman yang tidak jauh dari mereka.
"Jadi karena hal itu kau menghancurkan mobil tadi?"
"Iya, karena itulah aku merusak mobil tadi. Soalnya dia membelinya dari hasil kerja yang aku modal," seakan-akan sudah saling kenal keduanya bercerita.
"Tapi mobil yang kau hancurkan tadi adalah mobilku," kata Evans membuat Aulia terkejut. "Bukan mobil Leon mantan kekasih mu,"
"Aa--apa! Be--benar kah? Tapi sepertinya tidak mungkin karena tadi aku melihat sendiri Leon dan kekasihnya memarkirkan mobilnya disitu. Jadi kau jangan coba-coba untuk mengerjai ku," mendengar jawaban Aulia, pemuda itupun mengeluarkan dompetnya. Lalu dia memperlihatkan surat mobilnya.
"Ini lihatlah! Apakah kau masih ingat plat nomor dan warna mobilnya? Baca ini karena mobil itu baru aku beli 4 hari yang lalu," dengan sigap Aulia membaca secarik kertas mobil tersebut, karena gadis itu masih ingat betul berapa nomor plat nya dan... ternyata benar, Aulia salah sasaran.
"Lalu a--apakah kau mau me--menuntut ku? Tapi aku bersumpah melakukannya karena tidak sengaja," sepertinya hanya Aulia yang masih menanyakan hal tersebut. Karena siapapun orang nya pasti akan marah bila harta milik mereka dirusak tanpa sebab.
"Menurutmu sendiri bagaimana?" Evans balik bertanya karena merasa gemas pada pertanyaan gadis itu.
"Jika menurutku bagaimana kalau kita berdamai saja, karena aku kan sudah bilang tidak sengaja," Aulia tersenyum canggung.
"Damai? Haa... ha... mudah sekali mengajak berdamai," jawab Evans tertawa karena dia merasa seperti sebuah lelucon. "Sekarang aku tanya padamu, Leon itu kerja sebagai apa dan di perusahaan mana?"
"Dia... bekerja sebagai Manajer di perusahaan Xenofrea grup. Memangnya kenapa?" Aulia balik bertanya.
"Sudah berapa lama? Aku rasa meskipun dia bekerja sepuluh tahun pun tidak akan bisa membeli mobil seperti mobilku," Evans berdiri dari tempat duduknya sambil mengetik sesuatu pada ponsel.
"Baru enam bulan terakhir. Memangnya kenapa dia tidak bisa membelinya? Apakah karena---"
"Karena harganya 200 Milyar. Apa mungkin Leon yang bekerja sebagai manajer selama 6 bulan bisa membelinya?" sela pemuda itu cepat.
"Me--memangnya mobil mu tadi harganya semahal itu?" Aulia kembali Nyengir salah tingkah dan hanya bisa merutuki kebodohannya sendiri yang sudah membawa Evans sampai ke tempat mereka saat ini.
"Iya, harganya segitu dan Lamborghini Vaneno Roadster itu baru aku beli 4 hari lalu. Tapi dengan seenaknya kau rusak berat,"
"Hey, aku minta maaf! Jadi jangan menyalahkan aku, karena semuanya terjadi gara-gara Leon brengsek itu. Jadi jika mau minta ganti rugi padanya saja," lebih baik marah daripada dia mendapatkan tekanan dari kecerobohannya.
"Bagaimana mungkin aku meminta ganti rugi pada orang yang tidak tahu apa-apa. Lagian bukti CCTV-nya pasti akan ketahuan siapa yang bersalah," seru Evans karena tidak habis pikir dengan pikiran Aulia.
"Eh, tidak-tidak! Aku akan menganti rugi mobilnya. Tapi... " gadis itu menatap wajah Evans dari arah samping. Pemuda itu tetap terlihat tenang dan santai.
"Tapi apa? Kau tidak percaya bahwa itu adalah mobilku?" tebak Evans ikut menatap pada Aulia.
"I--iya!"
"Astaga! Kau ini. Tunggu sebentar lagi anak buahku akan menyusul kita ke tempat ini," Evans hanya menggelengkan kepalanya. "Apakah kau juga tidak kenal siapa aku?"
"Tidak! Kita kan baru bertemu hari ini," jawab Aulia jujur apa adanya. Gadis ini memang suka ikut balapan motor, karena sejak remaja harus hidup sendiri setelah kedua orang tuanya meninggal dunia. Namun, dia bukanlah gadis tomboy. Aulia sama seperti gadis pada umumnya.
Apa yang dia lakukan adalah cara untuk melindungi dirinya sendiri. Agar tidak dikira gadis yang lemah.
"Aku adalah Evans, mari kita berkenalan dulu! " ajak pemuda itu karena meskipun dia sebut siapa nama belakangnya sudah pasti gadis di hadapannya tidak kenal juga.
"Nah, jika begini kan aku sudah tahu siapa kau sebenarnya. Namaku Aulia," mereka berdua saling berjabat tangan dan pada saat bersamaan datanglah anak buah Evans mengunakan mobilnya yang sudah rusak akibat dicoret-coret.
"Ternyata Tuan Muda sudah mendapatkan pelakunya?" seru pria yang memakai setelan jas rapi dan berlogo Gialola Mecine Grup.
"Ya, tapi ini urusanku. Kau bawa saja mobilnya kembali ke Dealer dan beli lagi yang baru. Tapi ingat warnanya harus sama dengan yang ini,"
Glek!
Aulia menelan saliva nya sendiri. "Dia ini mau membeli mobil seharga 200 milyar, tapi kenapa seperti mau membeli kue yang lima ribuan ya. Apakah dia benar-benar orang kaya? Huaaa! Bagaimana jika dia membawaku ke penjara karena tidak bisa menganti rugi mobilnya."
Raut wajah Aulia berubah-ubah. Dia sampai tidak sadar Evans mengibaskan tangan di depan mukanya.
"Kau kenapa? Ayo antar aku! Nanti di sana kita buat kesepakatan dengan cara apa kau membayar ganti ruginya,"
"A--aku akan mencicilnya. Aku berjanji tidak akan lari dari tanggung jawab. Ini kartu tanda penduduk milikku. Kau tidak perlu khawatir. Tapi aku mohon jangan bawa aku ke kantor polisi,"
"Haaa... haa... sepertinya dia bisa aku manfaatkan untuk menolak perjodohan dari mama dan nenek."
Gumam Evans tersenyum di sudut bibir atasnya. Namun, Aulia tidak mengetahui hal tersebut.
"Apapun itu, ayo ikut aku dulu! Aku lapar, belum makan siang. Nanti kita bicarakan di sana," ajak Evans dan disetujui oleh Aulia. Karena dia tidak memiliki pilihan lain.
...BERSAMBUNG......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
HARTINMARLIN
assalamualaikum hai 🤚🤚 salam kenal dari ku
2024-07-24
1
Rifa Lestari
sepertinya seru n menarik critanya, semangat kak 💪💪
2024-07-04
1
Rasya Adatha
smngt ya Thor..
udh lama nich ga nengok NT 😀😀
2024-06-27
1