"Rania." Silveen memanggil Rania.
"Ya...Kak Silveen."
"Kau duduk saja dulu. Aku akan ke dapur untuk menyiapkan makan malam."
"Biar aku bantu."
Silveen menggeleng dan berkata, "Tidak perlu, aku bisa sendiri."
"Memangnya Kak Silveen bisa memasak?"
"Tentu saja bisa."
"Tapi, Kak Silveen kan seorang dokter bukan koki."
"Iya....tapi bukan berarti aku tidak bisa memasak."
Rania hanya tersenyum melihat Silveen yang mengatakan dirinya bisa memasak.
"Apa kau tidak percaya aku bisa memasak???"
"Hmmm....sedikit." Rania berkata seperti itu sambil tersenyum.
"Bilang saja banyak, bukan sedikit!"
"Kak Silveen?"
"Hmmm..."
"Kak Silveen marah ya...??"
"Tidak. Aku tidak marah." Silveen menjawab pertanyaan Rania sambil tersenyum.
"..."
"Ya sudah, aku mau ke dapur untuk memasak."
"Baiklah."
Silveen pun pergi menuju ke dapur untuk menyiapkan makam malam. Setelah menyiapkan makan malam dan meletakkannya di atas meja makan. Silveen pun menghampiri Rania dan berkata, "Aku sudah menyiapkan makan malam. Ayo kita makan...."
Silveen lalu berjalan menuju meja makan diikuti Rania. Di meja makan sudah tersedia macam-macam makanan.
"Wah...banyak sekali." Rania sangat kagum dengan menu makanan yang tersedia. Silveen pun hanya tersenyum melihat tingkah Rania.
"Aku membuat semua ini untukmu."
"Tapi apa ini enak???"
"Sepertinya kau sangat meremehkanku."
"Bukan begitu..."
"Kau coba saja dulu, baru kau bisa mengatakan masakanku enak atau tidak."
"Baiklah...aku akan mencobanya."
Diantara semua menu yang tersedia, Rania memilih mengambil sesendok sup, dan kemudian memakannya. Rania pun terdiam setelah mencicipi sup tersebut.
"Hmmmm.....ini enak sekali!!"
Rania terus memuji masakan Silveen, sedangkan Silveen dengan bangganya tersenyum lebar sambil mengangkat kepalanya dan berkata "Makanya, aku sudah bilang kalau aku bisa masak...tapi kau tidak percaya."
Rania pun tersenyum dan langsung memegangi pipinya yang memerah karena merasa malu.
Setelah selesai makam malam, Silveen pun langsung membereskan meja makan dan bergegas untuk pergi. Melihat Silveen yang sudah mengenakan baju dokter lengkap, Rania pun bertanya pada Silveen, "Kak Silveen mau ke mana?"
Silveen pun berjalan menghampiri Rania dan berkata, "Aku mau ke rumah sakit."
"Memangnya ada apa ?"
"Malam ini aku disuruh bertugas untuk menjaga seorang pasien, karena dokter yang merawatnya sedang ada acara keluarga. Jadi, aku diminta untuk menggantikan tugasnya."
Rania hanya mengangguk mendengar penjelasan Silveen.
"Kau tidak apa-apa kan, kalau di rumah sendirian. Aku tidak lama."
"Iya....Kak Silveen tidak perlu khawatir."
Silveen pun segera mengambil kunci mobil yang terletak di atas meja, dan langsung menuju pintu utama diikuti Rania dari belakang. Tiba-tiba Silveen menghentikan langkahnya dan berbalik ke arah Rania.
"Jangan membuka pintu pada siapa pun."
"Memangnya kenapa?"
"Jangan sampai ada vampir yang sedang berkeliaran."
"Maksudnya?"
"Mencari manusia untuk di hisap darahnya."
"Tapi...waktu itu aku tidak membukakan pintu, kenapa dia bisa masuk ke rumahku?" Rania berkata dengan nada kesal kepada Silveen. Silveen pun hanya tersenyum kaku mendengar ucapan Rania.
"Ya sudah....aku akan pergi. Kau jangan lupa mengunci pintunya dan beristirahatlah."
"Baiklah...Kak Silveen hati-hati di jalan."
Rania terus memandangi Silveen yang melangkah pergi meninggalkannya, setelah Silveen tidak terlihat lagi. Rania langsung menutup dan mengunci pintu seperti yang diperintahkan oleh Silveen. Rania pun berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.
Cklik
Gadis itu pun langsung masuk ke dalam kamar dan menuju tempat tidur. Ia terus memikirkan semua kejadian yang ia alami.
Vampir..... Apa vampir itu nyata?? Aku pikir vampir hanyalah cerita fantasi dalam novel saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments