Setelah 3 hari dirawat di rumah sakit akhirnya hari ini Rania diperbolehkan pulang. Ia pun tersenyum ceria. Namun, tiba-tiba wajahnya terlihat sangat sedih.
Lia
Ternyata dia masih mengingat kejadian tentang Lia, perlahan air matanya menetes membasahi pipinya, ia pun segera menyekanya karena khawatir ada orang yang melihatnya menangis.
Aku tidak boleh menangis seperti ini, aku harus tetap semangat.
"Semangat..!!!" Rania pun menyemangati dirinya sendiri dan kembali tersenyum.
Cklik
Suara pintu terbuka, Rania segera berbalik dan melihat siapa yang datang.
"Oh...dokter."
Ternyata yang datang adalah Silveen. Silveen tersenyum hangat melihat kondisi Rania yang sudah membaik.
"Jangan seperti itu..., panggil saja aku Kak Silveen."
Karena merasa kurang nyaman dengan panggilan 'dokter', ia pun memerintahkan Rania agar memanggilnya dengan sebutan 'Kakak'. Karena ia menganggap panggilan 'Kakak' terasa lebih cocok dan lebih akrab.
"...Kak Silveen."
"Hari ini kau sudah boleh pulang ya???"
"Ah...iya."
"Aku akan mengantarmu pulang."
"Terima kasih...tapi kenapa Kak Silveen mau mengantarku pulang?"
"Sebelum aku menjawabnya...aku ingin bertanya sesuatu padamu."
"Apa yang ingin kau tanyakan?"
"Apa kau mengenal Pangeran Louis?"
Rania bingung harus menjawab pertanyaan Silveen. Dan mengapa Silveen manggilnya dengan sebutan Pangeran? Siapa sebenarnya Louis itu? Pertanyaan itu terus berputar di kepala Rania, tiba-tiba terlintas satu kata di kepala Rania, yaitu 'vampir'.
Apa mungkin yang dimaksud Kak Silveen adalah vampir itu? Tapi bagaimana ia mengenalnya?
"Apa kau mengenalnya?"
"Entahlah... sepertinya aku tidak kenal orang itu."
Sebenarnya Rania kurang yakin, bahwa yang dimaksud Silveen adalah vampir yang waktu itu mengancamnya. Karena dia sendiri tidak tahu nama vampir itu, dan tidak tahu rupa wajahnya.
Mereka berdua pun berjalan menuju tempat parkir kendaraan.
"Kau tunggu di sini saja...! Aku akan mengambil mobil dulu."
"Baiklah."
Setelah Silveen datang sambil mengendarai sebuah mobil, ia pun segera maminta Rania untuk masuk kedalam mobil. Setelah masuk ke dalam mobil, Rania yang langsung memasang sabuk pengaman.
Terdengar deru mesin mobil dan perlahan mobil itu bergerak meninggalkan lapangan parkir. Karena masih jam kerja, jalanan di siang hari itu terlihat sepi. Mereka akhirnya tiba di depan rumah Rania lebih cepat.
"Aku turun di sini saja."
Rania meminta agar silver menghentikan mobilnya di depan pintu gerbang masuk rumah Rania. Silveen kemudian mengangguk dan berkata 'baiklah'. Rania lantas membungkuk sopan pada Silveen yang ikut turun dari mobil.
"Terima kasih...Kak Silveen sudah mengantarku."
Rania berjalan menuju pintu rumah, setelah sampai di depan pintu, ia mengetuk pintu dan terdengar suara 'klik' disertai dengan pintu terbuka, dan terlihat seorang wanita di hadapan Rania. Rania yang hendak masuk ke dalam rumah segera menghentikan langkahnya dan berbalik. Dan melihat Silveen masih ada disitu, ia pun bertanya pada Silveen.
"Kak Silveen...mau mampir ke rumahku dulu?"
"Ah...tidak."
"Lalu mengapa Kak Silveen masih di situ?"
Silveen pun merasa malu dan menggaruk-garuk kepalanya, padahal tidak merasa gatal ataupun berkutu. Sebenarnya Silveen merasa dirinya seperti orang gila, karena dia dari tadi hanya berdiri saja.
Silveen lalu berjalan menghampiri Rania dan berkata, "Apa kau mengusirku?"
Rania yang terkejut dengan pertanyaan Silveen, spontan menggeleng-gelengkan kepalanya, dan membantah ucapan Silveen. "Ah...itu. Aku tidak bermaksud mengusirmu, habisnya dari tadi Kak Silveen diam di situ."
"Sebenarnya aku disuruh untuk mengantarmu pulang, lalu mengemasi barang-barangmu dan membawamu ke rumahku." Silveen pun menjelaskan maksudnya kepada Rania, bahwa ia disuruh oleh vampir bernama Louis untuk membawanya.
"Kau pasti sudah tahu kan?" Setelah berkata demikian, Rania hanya mengangguk, yang artinya dia sudah mengerti maksud Silveen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
milo
Lanjut dong. seru banget
2020-08-15
2