Sore menjelang malam hari (petang), jam - -.- -
Setelah beberapa jam berjalan, hari pun mulai gelap.
Aku, Rin, Garden, dan Leona memutuskan untuk bermalam karena hari yang sudah semakin gelap.
"Woy bocah!" (Garden)
Aku mendengar Garden memanggil tapi aku tak yakin yang dia panggil adalah aku dan aku menjawab saja, karena hanya dia yang mulai tadi memanggilku dengan sebutan bocah.
"Ada apa?"
"Ayo ikut aku." (Garden)
"Kemana?"
"Sudah jelas, mencari kayu bakar, la." (Garden)
"Baiklah. Tapi, bagaimana dengan mereka?"
"Jangan khawatir, Leona bisa melindungi pasanganmu." (Garden)
"Baiklah, kalau begitu."
Meskipun Garden berkata seperti itu, aku masih saja merasa khawatir.
"Leona, aku mau pergi mencari kayu bakar dulu! Kamu tolong jaga pasangan bocah ini, jika terjadi sesuatu, sikat saja!" (Garden)
"Baik!!" (Leona)
Setelah itu aku dan Garden pergi meninggalkan Leona dan Rin.
Kami masuk ke dalam hutan yang cukup lebat.
"Ayo, kita mulai operasi mencari kayu bakarnya." (Garden)
"Operasi?"
Aku tak paham apa yang dikatakan oleh Garden.
"Lupakan saja, jika kau tak mengerti." (Garden)
"Baiklah."
Aku dan Garden mengambil beberapa ranting kayu dan juga Garden mengambil beberapa buah yang ada di hutan itu.
Aku juga berencana ikut mengambil buah dan aku melihat buah yang mirip seperti apel tapi bewarna biru langit.
"Woy bocah!" (Garden)
Saat aku berniat mengambil buah itu tiba-tiba Garden berteriak kepadaku.
"Ada apa?"
"Apa kau berniat bunuh diri?" (Garden)
"Apa maksudmu?"
"Jangan sekali-kali kau menyentuh buah itu dengan tangan kosong." (Garden)
"Kenapa?"
"Buah itu adalah buah kematian, buah mengandung racun yang mematikan dan sangat mematikan, bahkan meskipun kau tak sengaja sedikit menyentuhnya kau pasti akan tamat." (Garden)
Mendengar hal itu, tubuhku bergetar dan aku merasa ketakutan. Jika saja tadi aku menyentuh buah itu, pasti aku sudah mati.
"Ke-kenapa kau baru bilang, kalau ada buah yang beracun di hutan ini?!!"
"Sudah-sudah, namanya juga hutan pasti ada buah beracunnya. Yang penting sekarang jangan pernah sentuh buah itu. Hewan iblis saja pasti mati jika bersentuhan dengan buah ini, apa lagi manusia." (Garden)
"B-baik."
Aku menuruti kata-kata Garden dan mengurungkan niatku untuk ikut mengambil buah yang ada di hutan ini.
Hampir 20 menit aku dan Garden mencari kayu bakar dan buah-buahan untuk dimakan bersama yang lainnya. Dan akhirnya kami pun selesai, kemudian kami kembali ke tempat Rin dan juga Leona berada sambil membawa kayu bakar dan juga beberapa buah yang di ambil oleh Garden di dalam hutan.
"Ahhhhhh!!"
Di tengah perjalanan, tiba-tiba saja lengan kananku terluka dan mengeluarkan banyak darah. Dengan cepat aku duduk dan melepaskan kayu yang aku pegang di tangan kiriku, kemudian memengang lengan kananku yang terluka dengan tangan kiriku.
"Ada apa bocah?!" (Garden)
Garden yang berada di depanku tiba-tiba menghampiriku.
"A-aku t-tidak tau, tiba-tiba saja lenganku terluka."
"Sepertinya sudah terjadi sesuatu pada mereka." (Garden)
Aku baru ingat, kalau seorang yang telah memiliki pasangan, jiwa, tubuh, dan pikirannya akan menyatu satu sama lain. "apa yang sudah terjadi pada Rin? Aku harap dia baik-baik saja." aku mulai panik.
"Hey bocah! Apa kau masih bisa berdiri? Jika bisa, kita harus segera bergegas. Dan jika tidak, kau diam saja di sini." (Garden)
"T-tenang saja, aku masih bisa berdiri, lebih baik kita segera bergegas, aku mulai khawatir dengan mereka!"
"Ayo!" (Garden)
Aku dan Garden berlari ketempat Rin dan Leona berada.
****
Saat sampai di sana, aku terkejut melihat seekor anjing besar seperti yang aku temui tadi siang ada di tempat Rin dan Leona. Anjing itu bersiap menyerang Leona dan juga Rin yang tengah berada di dalam sebuah lingkaran sihir mirip seperti pelindung, aku juga melihat lengan kanan Rin terluka akibat cakaran anjing itu.
"Leona!! Apa kau baik-baik saja?!" (Garden)
"Garden! Cepat bantu aku! Aku sudah tidak sanggup lagi." (Leona)
"Baik!" (Garden)
Aku melihat Garden berlari sambil mengambil pedang besar yang ada di punggungnya dengan tangan kanannya dan juga sebuah tameng di tangan kirinya untuk melindungi dirinya dari serangan hewan itu.
"Hey bocah?! Cepat bantu mereka berdua, aku akan mangalahkan hewan ini!" (Garden)
"Baiklah."
Aku pun menuruti kata-kata Garden dan membatu Leona dan juga Rin. Sedangkan aku melihat Garden tengah bertarung melawah anjing raksasa itu.
"Haha, sudah lama aku tak membunuh hewan iblis." (Garden)
Aku melihat Garden tengah tersenyum di tengah pertarungannya, dia kelihatan sangat senang.
"Fast release!" (Garden)
Sashhhhh.
Dan dengan cepat aku melihat Garden telah menebas salah satu kaki belakang hewan iblis itu sampai putus.
"Apa yang terjadi?"
Aku kebingungan melihat serangan Garden yang begitu cepat.
Setelah itu, aku membawa Rin dan Leona ke tempat yang agak jauh dari Garden dan hewan iblis itu, dan aku berniat membantu Garden.
Saat aku mendekat ke arah Garden, tiba-tiba saja ia membentakku.
"HEY BOCAH! JANGAN MENDEKAT!" (Garden)
"Kenapa?!"
"Kau tak akan bisa membantuku jika kau tak punya senjata. Kau hanya akan jadi pengganggu! Sebaiknya kau segera berlindung!" (Garden)
Mendengar hal itu, aku hanya bisa menurut, karena apa yang dikatakan Garden itu benar. Jika aku tak memiliki senjata untuk bertarung, maka bukanya membantu malah aku hanya akan menjadi penganggu.
Hewan iblis itu meyerang menggunakan salah satu kaki depannya dengan cepat ke arah tubuh Garden.
Serangan itu tepat tertuju pada bagian dada Garden. Dan sialnya aku melihat Garden gagal menghindari serangan itu.
"Ahhhhh!" (Leona)
Aku mendengar Leona berteriak kesakitan.
"Leona? Kau tak apa-apa?!"
"I-iya a-aku tidak apa-apa." (Leona)
Aku melihat banyak arah keluar dari bagian depan tubuhnya.
"Kau yakin?!"
"I-iya." (Leona)
"Hey bocah!!" (Garden)
Tiba-tiba saja Garden memanggilku.
"Cepat kau cari buah kematian yang tadi kau temukan temukan tadi dan lemparkan ke arah hewan ini!" (Garden)
Tiba-tiba aku melihat bagian kaki hewan iblis yang telah di potong oleh Garden kembali utuh.
"Cepat bocah!!!" (Garden)
Dan dengan segera aku berlari masuk kembali ke dalam hutan. Setelah beberapa saat aku pun sampai di tempat buah beracun itu.
Meskipun begitu aku tak aku harus apa, Garden memberitahuku untuk mengambil buah ini. Tapi, bagaimana caranya? Dia bilang jangan sentuh buah ini.
Tiba-tiba terbesit sebuah ide di kepalaku. "Bagaimana kalau begini." aku mengambil tumpukan daun yang cukup banyak kemudian mengambil buah itu. "Seperti yang Garden bilang, aku tidak boleh menyentuh buah ini secara langsung, tapi kalau begini pasti bisa." aku mengambil buah itu, dan aku tak merasakan apa-apa. "Aku rasa ini berhasil." kemudian aku segera bergegas kembali.
Saat aku kembali, aku melihat Garden tengah melompat.
"Rasakan ini hewan sialan!!Head Slash!" (Garden)
Garden memenggal kepala hewan iblis itu.
"Bagus Garden!!" teriakku pada Garden dari kejauhan.
"Sekarang bocah!! Lempar buah itu!!" (Garden)
"Aku bingung. Jika kepala hewan itu sudah terpotong, seharusnya aku tak butuh buah ini jika ingin membunuhnya, cukup penggal saja Tapi, kenapa Garden menyuruhku untuk melemparkannya ke arah hewan yang sudah mati?" itulah yang aku pikirkan saat Garden menyuruhku melemparkan buah ini ke arah hewan iblis itu.
"Woy bocah! Jangan buang-buang waktu cepat lempar!" (Garden)
"B-baik." aku menurut saja.
Saat aku berniat melemparkannya, tiba-tiba saja kepala hewan iblis itu kembali tumbuh dan hewan itu berlari mendekat ke arahku.
"GARDEN!!!! TOLONG AKU!!!"
Aku ketakutan karena hewan itu sangat menyeramkan dengan giginya yang besar dan tajam.
Aku berlari dengan sekuat tenaga sambil memengang buah beracun yang gagal aku lemparkan tadi.
"Hey bocah!! Kenapa kau lari?!! Lempar saja buah itu!" (Garden)
Meskipun dia bilang begitu, aku terlalu takut untuk melihat ke arah hewan itu langsung.
Garden memengang kepalanya dengan satu tangannya dan menghela nafas. "Ha~ dasar bocah penakut."
"MENGHINDAR BOCAH PENAKUT!!" (Garden)
Aku mendengar Garden berteriak. Akupun melompat ke arah samping kananku, dan tiba-tiba saja Garden berada di atas hewan iblis itu.
"Head Slash!" (Garden)
Dia kembali menggunakan teknik yang sama seperti tadi untuk memotong kepala hewan iblis itu, hewan iblis itu masih berdiri tegak dengan kepala yang sudah terpotong.
"SEKARANG BOCAH!!" (Garden)
Aku pun melemparkan buah yang aku pegang tepat ke arah leher hewan iblis itu.
"Apa itu berhasil?" pikirku.
Dan di luar dugaan, leher hewan iblis itu kembali tumbuh.
"Yang benar saja!!"
Aku mulai panik karena cara itu tak berhasil. Aku juga melihat Garden yang sudah terlihat sangat kelelahan.
"Sialll!! Bagaimana ini?!"
Aku melihat hewan iblis itu mendekati Garden yang sudah kelelahan. "Garden dalam bahaya! Aku harus pikirkan sesuatu!" dengan reflek aku mengambil sebuah batu yang agak besar dan melemparkannya ke arah hewan iblis itu.
Hewan itu merespon hal itu dan membatalkan niatnya untuk menyerang Garden dan berbalik menyerangku. Aku kembali berlari.
Hewan itu dengan cepat menghampiriku dan membuka mulutnya yang lebar dan berniat menelanku bulat-bulat dari belakangku. "Ahhhhhh! Jangan makan aku!! Aku masih jomlo!!!!!" begitulah aku berteriak saat akan di makan oleh hewan iblis itu.
Aku berlari sekuat tenaga dan aku merasa sedikit aneh, seharusnya aku sudah di makan, tapi kenapa aku masih bisa kabur. Aku melihat kebelakang dan melihat hewan iblis itu sudah terkapar di tanah. "Apa yang terjadi?" aku kebingungan.
Tiba-tiba Garden berjalan mendekatiku.
"Yo bocah! Kau ternyata berani juga, hahahaha." (Garden)
"T-tunggu dulu, apa yang terjadi pada hewan ini?"
"Apa kau lupa bocah? Kau kan yang telah membunuhnya." (Garden)
"Aku? Membunuhnya? Bagaimana bisa? Aku kan mulai tadi cuma berlari? Bagaimana bisa aku yang membunuh hewan ini?"
"Ternyata benar kau itu pelupa. Kau tadi kan melempar buah itu ke arah hewan iblis ini, dan berarti kau sudah berhasil membunuhnya." (Garden)
"T-tapi saat aku melemparkan buah itu ke arah hewan iblis itu, dia tidak langsung mati. Sedangkan saat manusia menyentuhnya pasti langsung tamat."
"Woy bocah! Dimana kau dapat pemikiran seperti itu? Apa kau kira manusia dan hewan iblis itu sama? Tentu saja berbeda. Hewan iblis mampu menahan racun itu selama beberapa saat sedangkan manusia tidak bisa, oleh karena itu hewan iblis ini masih bisa bergerak dan akan mati beberapa saat kemudian karena ia sudah tak bisa menahan racun dari buah itu." (Garden)
Setelah Garden berkata seperti itu akhirnya aku paham.
Akupun tersenyum. "He, he, he, jadi, yang membunuh hewan ini itu aku."
"Iya betul bocah, kau yang membunuhnya. Oh, ya, sepertinya saat kau berlari tadi kau meneriakkan sesuatu? Apa yang kau katakan tadi?" (Garden)
Aku ingat tadi saat aku di kejar aku meneriakan hal yang aneh, lebih baik aku segera mengalihkan perhatiannya atau jika tidak bisa bahaya.
"Dari pada membahas itu lebih baik kita segera bergegas ke tempat Leona dan Rin, hari sudah gelap, dan sebaiknya kita ambil kayu yang kita buang tadi."
"Soal itu tenang saja, kita tinggal bakar saja hewan iblis ini dan masalah api sudah terselesaikan." (Garden)
Aku kaget mendengar Garden berkata seperti itu.
"T-t-tunggu dulu!! Apa maksudmu dengan membakar hewan iblis ini?"
"Tenang saja bocah. Lagi pula kalau di bakar apinya bisa bertahan lama dan juga baunya cukup harum, kau tak usah khawatir." (Garden)
"Bukan itu yang aku khawatirkan, tapi bagaimana jika ada hewan iblis yang menyerang kita lagi?"
"Dengar bocah! Jika bangkai hewan iblis di bakar, tak akan ada hewan iblis yang berani mendekat lagi dan sebaliknya, jika kita tak segera membakar bangkai ini. Maka, bangkai ini bisa menyebabkan penyakit." (Garden)
"Oh begitu, tapi bagaimana bisa? Dengan membakar bangkai ini, hewan iblis akan menjauhi kita?"
"Sepertinya mereka takut dengan bau harum yang di keluarkan oleh mayat hewan iblis yang sudah di bakar." (Garden)
Setelah mendengar hal itu aku menjadi lega. "Baiklah kalau begitu. Bagaimana dengan makanannya?" aku cukup khawatir dengan makanannya, aku takut nanti akan makan bangkai hewan iblis ini.
"Apa kau mau makan bangkai hewan iblis ini? Rasanya cukup enak, lo." (Garden)
"Tidak, tidak!" Aku menolaknya.
"Hahahaha. Tenang saja, kita tak akan makan bangkai ini, lagi pula di sekitar sini ada buah yang bisa dimakan, kau tak usah khawatir." (Garden)
"Baiklah kalau begitu, kita harus kembali ke tempat mereka berdua."
"Iya." (Garden)
'Rencana pengalih perhatian Sucses.'
Aku dan Garden kembali ke tempat Rin dan Leona berada. Garden berjalan sambil menyeret bangkai hewan iblis itu dengan satu tangan dan tangan lainnya memengang pedang panjangnya. "Wihhh, gila!! Kuat banget orang ini!" dalam pikiranku.
Kami pun sampai di tempat Leona dan Rin berada.
"Leona bisa kau bakar ini dulu?" (Garden)
"Baiklah. Cahaya yang membakar segalanya, Fire!" (Leona)
Api tiba-tiba membakar mayat hewan iblis itu.
"Leona, bisa kau sembuhkan tangan bocah ini." (Garden)
"Baik-baik." Leona mandekat ke arahku dan memengang tangan ku yang yang terluka. "Cahaya penyembuh, Heal!" (Leona)
Cahaya hijau mulai menyelimutiku dan luka yang ada di lengan kananku mulai hilang.
"Nah, sudah." (Leona)
Aku melihat tangan kananku sembuh tanpa bekas luka sedikitpun dan begitu juga Rin.
"Sekarang giliranmu Garden."
"Lupakan saja bocah. Pasangan yang menerima luka tidak bisa di sembuhkan oleh pasangannya sendiri." (Garden)
"Bagaimana dengan Leona? Sembuhkan saja dirimu sendiri!"
"Aku sudah tidak punya tenaga lagi, meskipun ada aku hanya bisa menyembuhkan luka kecil yang ada di tubuhku, dan hanya sihir penyembuhan tingkat atas yang bisa di gunakan untuk luka sepeti ini dan aku hanya bisa menggunakan sihir penyembuhan tingkat menengah saja. Jadi, mustahil bagiku untuk menyembuhkannya diriku sendiri untuk saat ini." (Leona)
"Ta-tapi bagaimana dengan luka kalian?"
Aku khawatir dengan keadaan mereka.
"Tenang saja bocah, luka ini tak separah yang kau bayangkan. Lagi pula, luka ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan luka yang pernah kami alami dulu. Dan saat kita sudah sampai di kota, kita bisa minta seseorang untuk menyembuhkan luka ini." (Garden)
"Baiklah kalau begitu."
Meskipun Garden berkata seperti itu, aku tetap saja khawatir.
"Hey bocah, ayo ikut aku mencari buah, pasti ada beberapa buah yang bisa dimakan di dekat sini." (Garden)
"Baik." akupun ikut dengan Garden.
Aku dan Garden berada agak jauh dari tempat Leona dan juga Rin.
"Sepertinya Ini bisa di makan. Hey bocah! Sini bantu aku ambil buah ini." (Garden)
"Baik." akupun mendekat ke arah Garden yang berada agak jauh di depanku.
Aku melihat Garden tengah mengambil buah yang mirip seperti anggur.
"Bantu aku bocah, ambil buah ini secukupnya saja. Jangan banyak-banyak, jika dimakan berlebihan bisa mendatangkan sakit perut, lo." (Garden)
Aku tadinya berniat mengambil buah ini sampai habis, kemudian mengurungkan niatku setelah mendengar perkataan Garden.
"Baiklah."
Setelah beberapa saat.
"Hey bocah, sepertinya ini sudah cukup untuk kita semua. Sebaiknya kita segera kembali." (Garden)
"Baik." aku cuma mengambil beberapa buah. Karena, itu lebih dari cukup buatku, dan juga aku terlalu takut untuk mengambil buah itu secara berlebihan karena sangat beresiko.
Saat aku kembali ke tempat Rin dan Leona, dari ke jauhan aku melihat Leona sedang membisikkan sesuatu pada Rin dan Rin tersenyum. Aku tak tau apa yang di bicarakan oleh mereka berdua yang pasti aku senang saat melihat Rin tersenyum seperti itu.
kami pun sampai, aku dan Garden langsung duduk membentuk lingkaran.
"Yo, aku bawa sedikit buah buat makan kita malam ini." Garden duduk dan menaruh semua buah yang dia ambil di tanah tepat di tengah-tengah kami. Aku melihat Garden yang mengambil cukup banyak buah itu.
"Hey bocah, mana buah yang kau petik tadi? Sini kumpulkan." (Garden)
"B-baik." aku mengumpulkan buah yang aku ambil dan aku tidak melihat Garden protes karena aku mengambil buahnya sangat sedikit.
"Baiklah, sekarang kita makan dan setelah itu tidur." (Garden)
Aku pun mulai memakan buah itu, dan di luar dugaan, aku kira buah itu rasanya mirip anggur tapi buah itu sangat enak dan bahkan lebih enak dari yang aku bayangkan, rasanya sangat manis, dan aku rasa hanya beberapa buah saja belum cukup untukku, aku berniat mengambil buah itu lagi karena aku merasa masih kurang.
Aku berdiri dan tiba-tiba saja Garden menghentikanku.
"Hey bocah, lebih baik kau ingat ucapanku tadi, jika berlebihan kau akan dalam bahaya..." (Garden)
Aku hampir saja lupa, dan aku langsung mengurungkan niatku. Meskipun buah itu sangat enak tapi jika di konsumsi berlebihan bisa bahaya, dan bukan hanya aku yang akan mendapatkan dampaknya melainkan Rin juga karena dia adalah pasanganku.
Kami pun selesai makan dan tepat setelah itu, aku dan yang lainnya tidur di dekat api pembakaran mayat hewan iblis yang masih menyala dengan terang, dan sepertinya api itu tak akan padam dengan cepat.
Malam yang sudah semakin larut, hawa dingin tak terasa karena ada api yang menghangatkan tubuhku, dan dan aku tak perlu khawatir terhadap serangan hewan iblis, karena bau harum asap mayat hewan iblis ini mampu mengusir hewan iblis lainnya, dan akhirnya aku bisa tidur dengan nyaman menggunakan satu tanganku sebagai bantal.
*****
Pagi hari, jam - -.- -
Aku merasakan sensasi berbeda pada kepalaku, rasanya cukup empuk. Aku membuka mataku dan melihat Rin tengah memangku kepalaku di pahanya, lagi.
"Pagi Hikari, kau sudah bangun?" (Rin)
Sambil tersenyum manis Rin mengatakan hal itu.
"A-a-a-apa yang kau lakukan Rin?!"
Dengan reflek aku segera berdiri.
"Yo bocah, apa tidurmu nyenyak?" Garden mengakatannya sambil tersenyum kecil.
"Apa yang kau katakan?"
"Kau tertidur sangat pulas di pangkuan pasanganmu mulai tadi, jadi aku putuskan untuk tak mengganggumu sampai kau bangun. Dan karena kau sudah bangun, ayo kita lajutkan perjalanan ke kota." (Garden)
"B-baiklah." Aku melihat sekeliling dan aku tak menemukan bekas bangkai hewan iblis yang dibakar kemarin.
"Hey Garden, hewan iblis yang di bakar tadi malam mana?"
"Oh, itu, sudah terbakar menjadi abu." (Garden)
"Bagaimana bisa?" Aku kaget, karna setidaknya ada beberapa bekas tulang atau bagian lainnya dari hewan iblis itu, tapi ini, tak ada sisa apapun baik tulang maupun bagian lainnya dan itu cukup mustahil mengingat hanya butuh waktu semalam mayat sebesar itu sudah menjadi abu dan tanpa menyisakan bekas apapun.
"Itu semua karena sihir." Tiba-tiba Leona menjawab pertanyaanku.
Setelah mendengar hal itu aku tak heran lagi.
"Lebih baik kita segera bergegas menuju ke kota, jika tidak cepat kalian aku tinggal." (Garden)
Garden mulai berjalan menjauh dan perjalanan menuju kota di lanjutkan.
"Bersambung"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 159 Episodes
Comments
RYTEM_
lah kayak pernah baca dh ni cerita di wattpat
iya gak sih Thor?
2021-03-26
1
Asep Setiawan
hmm masih bingung aja nih jika seandainya salah satu pasangan nya itu mati apakah yg lain juga ikut mati?atau misalnya yg lain merasakan kenikmatan atau lainlain apakah yg lain juga merasakannya?
dan bagaimana jika salah satu dr mereka berkhianat dan malah seperti selingkuh atau mengabaikannya apakah terjadi sesuatu?
2020-11-11
1
Moch Iqbal
masih peroses brother nanti juga jadi op mc ny
2020-10-15
0