Bab 5 Siasat Faheera Gagal

  "Mas Lora." Faheera pura-pura tersentak saat melihat Gelora ada di taman yang sama. Padahal hatinya bersorak gembira setelah yang ditunggunya datang juga.

  Gelora mengamati seluruh tubuh Faheera dari atas hingga bawah. Jujur saja pria dewasa itu mengakui, kalau Faheera adalah gadis yang lebih muda darinya dengan penampilan yang selalu terlihat cantik.

  Gelora tahu Faheera sudah memiliki kekasih karena sering kedapatan secara tidak sengaja jalan dengan kekasihnya, yaitu Faris. Pemuda yang beberapa hari lalu pernah akan memperkosa Faheera di kamar kosnya.

  Akan tetapi Gelora lebih percaya kalau Faheera dan kekasihnya itu sudah terlibat cinta terlarang, karena sering kali secara tidak sengaja juga Gelora melihat Faris mendatangi kosan Faheera saat kosan tengah sepi. Gelora mendapati Faris ke kosan Faheera saat dia melewati jalan alternatif di belakang benteng rumahnya.

  Bahkan kejadian kemarin yang Faheera mengaku akan diperkosa Faris, Gelora hanya menduga mereka sedang bertengkar saja, lalu mengaku diperkosa.

  "Mas Lora, terimakasih atas bantuannya kemarin. Kalau Mas Lora tidak datang dengan segera, bisa jadi lelaki bajingan itu sudah menggagahi saya," ucap Faheera lagi membuyarkan lamunan Gelora.

 "Faheera, lagi apa kamu di sini? Apakah kamu sedang cari uang untuk membayar hutang kamu pada pacarmu itu?" tanya Gelora sekenanya.

  Faheera nampak malu ketika Gelora berkata seperti itu, dia memang mengakui hutangnya pada Faris yang ditagih Faris kemarin alangkah besarnya. Lalu keberadaan dia di taman ini yang dipertanyakan Gelora barusan, sungguh tidak relate dengan apa yang dia alami. Faheera tidak sedang berjualan sesuatu atau barang, karena dia memang tidak ada barang apapun yang ingin dia jual dan menghasilkan uang.

  "Saya sedang tidak jualan apa-apa, Mas. Saya di taman ini hanya sedang mencari inspirasi untuk dituangkan menjadi sebuah cerita ke dalam bentuk novel online," jelas Faheera yang sungguh membuat Gelora berdecih dan tersenyum mengejek.

  "Mas Lora, boleh duduk jika lelah berdiri, di sini bangkunya masih panjang," ucap Faheera dengan maksud menawarkan duduk pada Gelora.

  Gelora mendekat lalu duduk di samping Faheera, tentu saja letaknya berjauhan.

  "Novel online yang lagi marak itu? Memangnya kamu bisa membuat novel? Paling juga novel kamu isinya hanya novel mesum yang mengundang birahi dan tidak akan booming. Paling yang baca hanya kamu dan teman kamu itu, kan?" ejek Gelora dengan raut wajah tidak suka.

  "Tidak kok Mas, justru novel saya lebih banyak bercerita tentang kehidupan pribadi saya, dan sayangnya memang tidak sebooming novel hot, he he," urai Faheera diakhiri tawa menutupi rasa malunya.

  "Termasuk cerita tentang kamu yang pura-pura akan diperkosa kemarin oleh pacar kamu itu? Iya, kan?" tebak Gelora. Tuduhan Gelora begitu menyudutkan hati Faheera, ternyata Gelora tidak percaya kalau kemarin itu dirinya memang akan diperkosa oleh Faris.

  "Itu benar kok Mas, lelaki yang sudah menjadi mantan saya itu ingin memperkosa saya karena saya sering menolak diajak hubungan sama dia. Dan pada akhirnya dia menagih uang yang pernah diberikannya untuk saya menjadi hutang, dan hutangnya dilipat gandakan seratus persen. Itu karena saya memang selalu menolak ajakannya sehingga dia marah," jelas Faheera yang sesungguhnya.

  Gelora lagi-lagi berdecih, dia sama sekali tidak percaya dengan apa yang dikatakan Faheera barusan.

  "Terserah kamu mau bilang apa, toh tidak ada urusannya dengan aku, bukan? Mau jungkir balik bilang bahwa kamu akan diperkosa oleh mantan pacar kamu, tidak akan ada yang percaya, secara orang-orang sering melihat kamu jalan dan berduaan di dalam kamar kos," tuding Gelora lagi sungguh menohok ulu hati Faheera.

 Mungkinkah selama ini Gelora sering melihat Faris datang ke kosnya secara paksa dan meminta Faheera mau diajak hubungan.

  "Tapi itu tidak seluruhnya benar, Mas. Dia memang datang ke kosan, tapi tidak pernah saya bawa masuk ke dalam walaupun dia sering maksa. Tapi yang kemarin itu, dia memang nekad masuk dan melawan saya. Lalu terjadilah aksi dan niat dia yang bermaksud merayu saya untuk mau diajak hubungan, tapi tetap saya tolak. Lalu akhirnya dia marah dan berusaha memaksa saya."

  "Ahh, sudahlah. Aku tidak penting mendengar bualan kamu," decihnya sembari berdiri dan berlalu dari Faheera.

  "Mas Lora, tunggu Mas," teriak Faheera seraya berdiri dan kecewa melihat Gelora pergi begitu saja. Bukankah dia sudah memberi clue atau gambaran mengenai perempuan yang akan menjadi jodohnya itu, tapi kenapa Gelora seakan tidak peduli.

  Rencana Faheera gagal, dia kini memutar otak untuk memperdaya Gelora dengan apalagi apabila Gelora nanti datang ke lapak peramalnya.

  "Ya Tuhan, tidak ada yang tulus menyayangi aku rupanya. Mas Gelora pergi karena menduga aku bukanlah perempuan baik-baik, dia menduga kalau aku perempuan yang tidak benar. Susah sekali menjadi perempuan miskin seperti aku," keluh Faheera sedih.

  Sementara itu Gelora yang tadi pergi, sebenarnya hanya menjauh saja dan mengawasi gelagat Faheera, dia justru curiga Faheera sedang ada janji dengan seorang laki-laki hidung belang karena menjajakan diri. Akan tetapi setelah diamati lama, tidak ada apa-apa yang terjadi pada Faheera, dia tidak sedang janjian atau bertemu siapapun.

  "Apakah benar yang dikatakan peramal itu kalau perempuan ini jodoh aku, ciri-cirinya sama persis dengan yang dibacakan Mamih Rahee, tapi tidak mungkin dia, bukan? Duda-duda begini, aku masih mau perempuan baik-baik. Kalau Faheera, pastinya sudah banyak jam terbang bersama mantan pacarnya itu, dia pasti sering berbuat nakal dengan pacarnya," duga Gelora lagi dengan yakin.

  "Aku harus temui lagi Mamih Rahee. Apakah benar Faheera perempuan yang berada dalam kartu TARJOD nya?" renung Gelora lagi seraya meninggalkan taman itu karena merasa belum menemukan petunjuk yang akurat.

          *****

Sore harinya,

  "Silahkan Mas Ge-lo-ra." Mamih Rahee mengeja nama Gelora karena takut merasa salah mengingat pasiennya ini pernah datang tapi lupa-lupa ingat dengan namanya.

  "Itu benar nama saya," sahut Gelora sumringah tatkala ini hari kedua dirinya menemui lapak ramal Mamih Rahee.

  Mamih tersenyum lalu bertanya, "Bagaimana dengan penemuan Anda, apakah sudah ada petunjuk yang terang?"

  "Sudah Mamih, tapi sepertinya salah, saya justru menemukan seorang gadis yang ngekos di belakang benteng rumah saya. Dan saya tahu gadis itu seperti apa." Gelora menceritakan sedikit penemuannya.

  "Seperti apa maksud Anda?" Mamih Rahee penasaran.

  "Gadis itu sering kedapatan jalan dengan pasangannya dan saya yakin dia sering kumpul kebo. Jadi mana mungkin saya mau sama dia, duda-duda kesepian begini saya tetap menginginkan gadis baik-baik dan bukan gadis obral murah seperti yang saya temukan kemarin."

  Pengakuan Gelora barusan sungguh menyentak ulu hati Faheera, teganya Gelora menuduh dia tidak benar. Bahkan kalau mau dibuktikan, sampai saat ini dia masih segel alias perawan tung-tung.

  Tapi Faheera menguatkan hati, dia harus profesional karena saat ini dia sedang menjadi seorang peramal.

  

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!