Bab 4 Siasat Pertama Faheera

  "Fa, bagaimana hasil semalam, apakah memuaskan?" tanya Moya penasaran.

  "Sukses, Moy. Bahkan duitnya lebih banyak dari yang gue perkirakan."

  "Masa sih? Asik dong." Moya ikut senang mendengar kabar dari Faheera.

  "Iya, Moy. Bahkan ada satu pria mapan yang tajir datang ke lapak gue. Dia memberi uang sangat banyak," seru Faheera gembira.

  "Oh, ya? Pria tajir tadi ngapain, menanyakan jodoh?" Moya terlihat sangat penasaran.

  "Iy dong jodoh. Dan tanpa gue duga, ternyata pria mapan dan tajir itu adalah pria yang gue taksir, Moy."

 "Apa? Dia siapa? Jangan bilang dia Mas Gelora si pria mapan dan kaya itu yang elu taksir, soalnya kalau menurut gue, elu dan Mas Gelora bagai api jauh dari panggang. Apalagi keluarganya, tidak akan pernah bisa menerima elu. Secara sekarang mereka lebih berhati-hati mencarikan jodoh buat Mas Gelora, setelah kegagalan rumah tangganya yang kemarin, akibat diselingkuhi mantan istrinya," ujar Moya.

  "Itu dia Moy, justru pria mapan itu Mas Gelora, gue sampai terkejut dan hampir saja gugup. Untung gue bisa menguasai diri. Dan gue berhasil memperdaya Mas Gelora supaya dia bisa bertemu gue sebagai jodohnya," tutur Faheera sembari senyum-senyum.

  "Gimana caranya? Elu bikin karangan dari penjelasan kartu Tarjod yang diambil Mas Gelora?"

  "Iya, dong."

  "Sebaiknya elu nyerah saja, dan jangan lakuin itu. Kalau ketahuan, entar bahaya bagi elu. Gue tahu elu memang suka sejak lama sama si Mas duda, tapi keadaan elu dan dia bagai langit dan bumi. Belum lagi orang tuanya, juga adiknya. Mereka dua-duanya sangat protek sama Mas duda," peringat Moya.

  "Tapi gue sudah terlanjur mengarahkan Mas Gelora untuk mengikuti arahan gue menurut kartu itu. Mulai Sabtu besok, gue harus melancarkan rencana gue. Elu doain ya, Moy. Ini demi masa depan gue. Pokoknya gue cinta mati sama Mas Gelora, gue nggak tega jika dia jatuh ke tangan perempuan lain."

  "Elu ini ada-ada saja, Fa. Ngeri-ngeri sedap jika nanti elu ketahuan," ucap Moya lagi masih terdengar takut.

  "Sudah, elu tenang saja. Elu tidak usah takut. Apa yang gue lakukan, gue jamin tidak akan ketahuan, asal elu tutup mulut. Tugas elu di sini hanya promosi. Nah, ini bagian elu sesuai perjanjian. Kalau yang 10 persennya, gue mau kumpulin buat bayar sewa lapak dan sewa kostum," sergah Faheera seraya membagi uang hasil buka lapaknya hari ini bersama Moya.

  "Tapi Fa, ini tidak kegedean buat gue?" Moya terlihat tidak enak saat menerima jumlah bayarannya. Padahal dia hanya berdiri beberapa jam lalu mempromosikan nomer Faheera di rumah sambil baring-baring tidak kurang dari satu jam.

  "Bayaran elu sudah sesuai perjanjian, jadi elu tidak perlu menolak atau merasa tidak enak. Dengan datangnya pasien ke lapak gue, itu artinya iklan elu di media sosial berhasil," balas Faheera membuat Moya terharu, padahal kalau boleh jujur dia memang tidak mengharapkan bayaran yang lumayan besar untuk jenis pekerjaan yang dia jalankan saat ini. Ini menurutnya tidak sebanding.

  Namun, pada akhirnya Moya menerima uang itu dengan senang hati.

 "Lalu apa rencana elu setelah berhasil mengakali Mas Gelora?" tanya Moya penasaran.

  "Ngomongnya jangan keras-keras Moy, nanti gue takut tiba-tiba Mas Gelora ada di depan kosan gue," bisik Faheera memperingatkan Moya yang bicaranya keras. Moya terlihat menahan tawa karena merasa kegedean saat bicara.

  "Mulai Sabtu besok, gue akan beraksi. Pokoknya elu doakan saja supaya siasat gue berhasil dan tidak gagal," terang Faheerra dengan binar bahagia.

  "Gue doakan berhasil. Tapi benaran elu suka sama duda kaya itu, kan?" yakin Moya penasaran. Seperti yang dia tahu, Faheera memang sering cerita katanya naksir pria mapan di depan kosannya yang terhalang benteng setinggi tiga meter.

  "Iya dong benaran, makanya gue lakukan ini. Bisa jadi ini cara Allah mempertemukan gue sama jodoh gue lewat ramalan palsu gue." Senyum Faheera seketika mengembang setelah pengakuannya.

  "Ya udah deh, jika memang elu yakin. Tapi perjuangan elu baru dimulai Fa, dan itu semua tidak mudah. Tapi gue doakan yang terbaik deh buat elu. Dan yang terpenting, tujuan utama elu buka lapak peramal ini jangan dilupakan, yakni bayar hutang sama mantan elu," pungkas Moya mengingatkan.

  "Jelas dong Moy. Gue juga dalam waktu kurang lebih dua bulan harus bisa membayar hutang ke mantan gue. Malas gue ada urusan lagi sama dia," tegas Faheera yakin.

**

  Besoknya tepat di hari Sabtu, Faheera sudah menyiapkan diri. Berdandan minimalis, dengan rambut diurai lalu ujungnya di-curly.

  Faheera menggunakan pakaian setelan, yakni rok selutut dan blus sepanjang tengah lengan. Faheera nampak cantik dan anggun. Dengan percaya diri dia segera memanggil gojek untuk mengantarnya ke Taman Bahagia, tempat yang akan didatangi Gelora juga.

  Gojek pesanan Faheera tiba, Faheera segera naik, lalu duduk di belakang tukang ojek dengan hati yang tiba-tiba berdebar. Semakin dekat dengan taman, maka semakin berdebar jantung Faheera.

  Akhirnya gojek tiba di Taman Bahagia. Faheera segera turun dan membayar tagihan gojeknya. Setelah itu dia segera berjalan menuju sebuah bangku di taman yang masih kosong.

  Tidak lupa, mata Faheera memendar mencari sosok Gelora, Takut kedatangannya didahului Gelora. Dan sepertinya Gelora memang belum ada di taman itu.

  Faheera menduduki salah satu bangku yang menghadap ke taman bunga yang sedang merekah. Di sana dia mulai membuka tasnya dan merogoh sesuatu, yakni sebuah buku catatan dan pulpen.

  Sebenarnya sudah dua tahun ini Faheera aktif dalam bidang tulis menulis di sebuah platform online, walau gajinya belum mencapai dua dijit, Faheera terus menjalankan pekerjaannya yang kini semakin susah saja mendapatkan cuan di sana. Akhirnya Faheera menulis saat ini sekedar menyalurkan hobi, sembari berharap ada pembaca yang tiba-tiba banyak menghampiri karyanya.

  Satu jam kemudian, tepatnya jam 9.00 WIB pagi menjelang siang, seseorang yang ditunggu Faheera sudah kelihatan punggungnya, untuk itu Faheera segera menjalankan aksinya.

  Faheera menundukkan wajahnya karena sedang fokus menulis di buku itu. Sementara itu, sosok yang diduga Gelora sudah semakin dekat dengan Faheera, akan tetapi Faheera pura-pura tidak tahu bahwa pertemuan ini adalah rencananya.

  Gelora semakin dekat dengan bangku yang diduduki Faheera dengan mata yang bergulir ke sana kemari seperti ada yang dicarinya. Faheera semakin dag dig dug saja ketika Gelora sudah berdiri tepat di depannya dengan wajah heran.

 "Faheera, sedang apa kamu di sini? Apakah kamu sering mendatangi taman ini?" tegur Gelora seraya mengamati seluruh tubuh Faheera dari atas sampai bawah.

  "Benarkah dia yang muncul di ramalan Mamih Rahee? Menyebalkan, kenapa harus gadis miskin ini? Apakah ramalan ini tidak salah?" Gelora berpikir ulang dengan ramalan Mamih Rahee dengan fakta di lapangan yang dia temukan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!