"Mas Gelora!" seru Faheera dalam hati.
"Silahkan masuk Mas." Faheera atau kini yang dikenal dengan sebutan Mamih Rahee, mempersilakan lelaki dewasa, kaya, nan tampan itu masuk ke dalam lapak tendanya dengan suara berat plus serak. Tentu saja suara jenis ini sudah dia pelajari sehari sebelum membuka praktek Peramal jodoh.
Gelora sebenarnya ragu masuk ke dalam lapak seorang peramal, sebab selama ini dia belum pernah berhubungan dengan perkara mistis beginian. Bahkan bisa jadi dia tidak pernah menyentuh atau percaya dengan sebuah ramalan.
Akan tetapi, entah kenapa langkah kakinya mengarah ke sebuah lapak, yang sempat Gelora lihat iklannya di media sosial, tentang Peramal Jodoh di dekat alun-alun kota.
Rasa penasaran begitu membuncah, ketika kaki Gelora yang tadinya hanya ingin sekedar jalan-jalan di alun-alun kota membuang suntuk, kini dipaksa berhenti tepat di depan lapak peramal jodoh Mamih Rahee.
Gelora mulai memasuki lapak yang tertutup dengan tenda persegi empat. Lapak dengan ukuran 1,5x2 meter itu, tidak begitu sempit untuk ukuran sebuah lapak peramal.
Gelora duduk berhadapan dengan Mamih Rahee yang dandanannya medok persis gadis gipsi. Kepalanya menggunakan penutup topi pantai yang lebar dengan depannya jaring-jaring dari kain berbahan tile. Jadi, dipastikan para pasiennya Mamih Rahee tidak akan mengenal siapa sebenarnya Mamih Rahee ini.
Faheera tergelitik sejenak saat membayangkan tadi di kosan, topi pantai berdaun lebar dan berjaring itu terpaksa dia gunakan untuk aksinya kali ini. Jaring laba-laba berbahan tile itu, mendadak Faheera jahit dulu sebelum akhirnya digunakan sebagai properti untuk bekerja, yang fungsinya untuk menutupi wajahnya yang sebetulnya sudah dipoles dengan make up tebal.
Tampilan Faheera saat ini diibaratkan gadis gipsi bertopi pantai. Sebab di tempat jasa penyewaan kostum yang dia sewa, tidak ada topi yang disewakan, mereka hanya menyewakan pakaiannya saja.
"Nama Anda?" Kembali suara yang sengaja diberat dan diserakkan itu bersuara.
"Nama saya Gelora Haga. Mamih bisa memanggil saya dengan panggilan Gelora atau Lora," ucapnya, meskipun Gelora tadi ragu, akan tetapi kini dia berusaha tenang di hadapan Mamih Rahee.
"Apakah Anda sedang mencari jodoh? Sepertinya Anda sudah cukup lama menduda. Apakah Anda tidak kepikiran untuk menikah lagi dan memiliki pasangan?" Pertanyaan pancingan pertama dari Mamih Rahee sukses mengejutkan Gelora. Dia berpikir dari mana Mamih Rahee tahu bahwa dia seorang duda yang kini mulai kesepian dan ingin membina kembali hubungan rumah tangga?
Gelora semakin kuat keyakinannya dengan Mamih Rahee, yang bisa menebak bahwa dirinya duda, untuk itu Gelora akan melanjutkan misi bertanyanya pada peramal di depannya ini.
"Apa salahnya aku mencoba, siapa tahu jodoh aku akan terbuka setelah mendapat ilham dari Mamih Rahee," batin Gelora riang.
"Tebakan Mamih benar, saya duda lima tahun. Saat ini saya sepertinya mulai kesepian dan ingin membina hubungan kembali setelah lima tahun lalu pernah kandas," cerita Gelora bersemangat.
"Sepertinya Anda pernah terluka dan sukar untuk melupakan sakit hati yang ditorehkan mantan istri Anda. Tapi, tenang. Kali ini kedatangan Anda sudah tepat, Anda akan Mamih tunjukkan sebuah jalan menuju jodoh Anda yang sejati," jelas Mamih Rahee dengan suara beratnya.
"Tepat sekali Mamih, dan luka itu masih saja terasa sakitnya di sini," ucap Gelora seraya menunjuk ke ulu hatinya.
"Baiknya, sekarang kita mulai saja, waktu Anda hanya 30 menit dari sekarang untuk bertanya atau mendengarkan penjelasan dari Mamih," tegas Mamih Rahee sembari mengacak Kartu TARJOD yang sejak tadi dipegangnya.
"Silahkan pilih salah satu kartu yang berada di tangan saya yang sudah saya acak tadi," perintah Mamih Rahee mendekatkan kartu itu ke hadapan Gelora.
Gelora mengangkat tangannya dan meraih salah satu kartu yang disodorkan Mamih Rahee. Gelora memilih kartu yang letaknya di tengah, lalu diberikan pada Mamih Rahee untuk dibaca.
Mamih Rahee terlihat mengangguk-anggukan kepalanya, setelah melihat kartu yang diambil Gelora. Gelora penasaran dibuatnya.
"Gadis muda yang cantik dan sederhana. Dengan buku dan pena di tangannya. Ini menandakan suratan takdir jodoh Anda sudah mendekat. Seorang gadis sederhana yang memiliki cinta dan ketulusan sedang berjalan menuju hati Anda."
"Apakah dia akan jadi jodoh saya, Mamih?" tanya Gelora penasaran.
"Tidak ada yang tidak mungkin. Menurut kartu ini jodoh Anda adalah gadis cantik sederhana berhati tulus dan penuh cinta."
"Bagaimana saya bisa menjumpainya, apakah di suatu tempat?" Gelora terdengar sangat tidak sabar. Mamih Rahee menyunggingkan senyum. Dia akan memancing pengakuan Gelora, di mana tempat favorit dirinya sering menghabiskan waktu.
"Di sebuah tempat yang biasa Anda datangi untuk menghabiskan waktu dan menumpahkan resah gelisah Anda di sana," tutur Mamih Rahee dengan pasti.
"Taman Bahagia, itu tempat yang biasa saya datangi untuk menumpahkan segala resah dan gelisah," ceplos Gelora mengundang senyum riang di wajah Mamih Rahee.
"Mas Gelora sepertinya sama sepertiku, sering menghabiskan waktu di Taman Bahagia. Mas Gelora sudah kena jebakan aku. Tinggal aku beraksi mengatur waktu pertemuan itu, hi hi," batin Faheera senang.
"Di sanalah akan Anda temukan gadis itu. Pergilah dan temui dia dalam perasaan suka cita," ucap Mamih Faheera.
"Lalu, kapan saya bisa menemuinya Mamih? Mengingat saya hanya akhir pekan saja mendatangi taman itu?" Gelora mencoba meyakinkan kapan dia mendatangi taman itu dan bisa tepat menemukan gadis yang dimaksud Mamih Rahee.
Mamih Rahee tersenyum. "Hari Sabtu adalah hari yang sangat baik. Sekitar jam delapan sampai sepuluh pagi, gadis itu akan Anda temui."
"Baiklah." Gelora mengambil dompetnya di dalam saku celana, lalu meraih uang lembaran merah beberapa lembar melebihi tarif yang ditentukan, kemudian dimasukkannya ke dalam tong uang yang telah disediakan.
"Kalau hajat Anda sudah terkabul, dilarang Anda menemui saya." Mamih Rahee memberi peringatan sebelum Gelora undur diri dari tenda lapak peramal jodoh miliknya. Sejenak Gelora termenung, tapi tidak lama dari itu dia mohon pamit.
"Kalau begitu saya pamit. Doakan saya sukses dalam menggapai jodoh sejati saya. Terimakasih Mamih," ujar Gelora mengakhiri keberadaannya di lapak Mamih Rahee.
"Sama-sama," balas Mamih Rahee sembari menyunggingkan senyum.
Gelora bergegas keluar dengan hati yang lega dan senyum mengembang di wajahnya. Sementara itu Mamih Rahee atau Faheera, tersenyum sumringah sembari meraih gentong yang berisi uang dari pasiennya tadi. Saat dilihat, ternyata isinya sangat lumayan jika dibandingkan dengan bekerja di warnet yang hasilnya sangat minim.
Setelah Gelora pergi, seorang pasien kembali memasuki lapaknya. Mamih Rahee masih membuka lapaknya yang masih tersisa satu jam lagi dari jam buka. Pada jam penutup, Mamih Rahee terpaksa menerima tiga pasien sekaligus, karena mereka ingin masuk bersamaan.
"Uhhh, lelahnya," dengus Mamih Rahee setelah lapaknya tutup. Mamih Rahee merapikan alat-alat ramalnya kemudian dirapikan ke dalam tas besarnya. Jam pulang sudah lewat, Faheera segera meninggalkan lapaknya dan pulang dengan wajah yang sudah menjadi Faheera kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments