Bab 3

"Hentikan! Jangan di goyang lagi dong. Munah pusing."

"Rasakan. Ini akibatnya jika kau banyak bicara."

"Siapa juga yang banyak bicara. Jangan asal nuduh dong. Aneh sekali ibu ini."

"Jangan bohong. Aku mendengar saat kau bicara dengan anak ku Nur. Jangan kau buat dia menjadi si-al seperti mu."

"eits dah ni orang. Siapa juga ngomong yang bukan-bukan. Munah itu cuma menjawab apa yang ditanyakan oleh Nur. Itu saja sih. Lagian ibu ini aneh deh. Cuma karena itu aja bisa marah."

Ibu nya Nur semakin menggoyangkan Gubuk itu sehingga Gubuk itu terbalik dan membuat Munah jatuh.

"Auh,,,"

Suara Gubuk yang rubuh membuat semua wanita berdatangan dan ingin melihat, apa yang telah terjadi di sana.

"Wah, dia benar-benar pembawa si-al. Lihat lah Gubuk itu sampai rubuh di buat nya."Ucap Para Wanita sambil berbisik-bisik.

Munah hanya melongo saat mendengar Ibu-ibu itu mengatakan hal yang tidak masuk akal.

"Gubuk ini rubuh karena emak nya si Nur. Dia yang udah ngelakuin hal ini. Enak aja kalian malah nyalahin Munah."

"Wah, dia berani sekali menjawab perkataan kita. Padahal baru hari ini dia tiba di pulau.

Lagi-lagi Munah di buat tak percaya. Apa-apa an tempat ini. Belum lagi dengan wanita-wanita aneh yang asal saja menuduh nya.

" Ada apa ini? "Tanya wanita yang pertama kali bertemu dengan Munah di pantai.

Sepertinya dia adalah tetua yang menjaga tempat itu. Terlihat bagaimana orang-orang menghormatinya.

" Wanita si-al ini merubuhkan Gubuk dosa." Ucap emak nya Nur tiba-tiba.

" Eh, bohong itu. Beliau malah yang merubuhkan nya dengan cara menggoyang-goyang kan tuh Gubuk. Munah sampe pusing di buat nya."

"Diam! Kau anak baru, berani sekali bicara." Ucap Tertua yang di sapa Wak Salma.

"Ya, Munah punya mulut dan bisa bicara. Munah nggak bisu. Wajar dong kalau Munah ngomong. Lagian, Munah juga nggak salah kok. "

Ctarrrr,,

Kaki Munah di libas menggunakan rotan. Hal itu membuat nya kesaki-tan sekaligus terkejut. Apa-apaan ini main pu-kul begitu saja. Bahkan seumur hidup, ia tidak pernah di pukul oleh kedua orang tua nya.

"Sekali lagi kau bicara, rotan ini akan mengenai wajah mu."

Munah langsung terdiam dan bersusah payah menelan saliva. Ia tidak mau bicara lagi jika memang akan terkena rotan. Sa-kit nya bukan main.

"Dimana nisan suami mu."

Munah hanya menunjuk dan tidak bicara. Ia malas nanti salah lagi. Pusing dengan aturan yang tidak jelas. Harus nya begitu ia datang, harus ada orang yang menjelaskan kepada nya terlebih dahulu.

"Kenapa diam? Mana suara mu? Apa kau mulai bisu?"

"Tadi kata nya munah nggak boleh bicara. Yaudah, Munah diam ni sekarang. Munah diam." Ucap Munah sambil mengambil nisan yang bertuliskan nama suami nya.

"Sekarang, kau pergi ke kuburan yang ada di sana. Dan kau tancapkan nisan itu. Jangan lupa, letakkan pula kertas ini disana."

"Tapi, ini udah mau malam. Apa nggak bisa besok aja?"

"Sekarang Munah!"

"Iya. Iya.. Galak amat sih. Si amat aja nggak galak kayak gini."

"Kau menghina suami ku?"

"Hah! Suami siapa?" Tanya Munah yang bingung.

"Amat itu mendiang bapak nya Nur."Ucap salah satu warga.

" Waduh,, "

Munah cepat-cepat menutup mulut nya agar tidak mengeluarkan suara lagi. Ia pun langsung pergi ke kuburan tempat semua nisan-nisan dikubur.

Burung-burung gagak mulai beterbangan saat Munah datang. Ia jadi merinding melihat mata-mata gagak itu yang berwarna merah.

"Apa lihat-lihat. Pergi sana!" Ucap Munah sambil mengayunkan nisan suami nya.

Munah pun mencari tempat yang bagus untuk ia tanami nisan milik suami nya itu. Ia bingung, dengan cara apa ia akan menanam nya. Sedangkan ia lupa meminta cangkul.

Ia pun menggali kuburan dengan nisan suami nya yang terbuat dari kayu. Setelah di rasa cukup dalam, Baru lah ia menancapkan nisan itu.

"Selamat beristirahat dengan tenang suami yang tidak pernah ku lihat wujud nya." Ucap Munah yang akan beranjak pergi.

Namun tiba-tiba tempat itu sepertinya tertutup dengan kabut dengan cepat. Semua tidak kelihatan jika dipandangi. Munah begitu ketakutan karena ia seorang diri di sana.

Ia pun duduk di bawah pohon. Ia kedinginan dan kelaparan. Ia lupa makan tadi. Padahal Ibu nya sudah banyak memberikan nya bekal.

"Ibu.. Hiks."

Munah meneteskan air mata nya sambil terus memanggil ibu nya. Ia benar-benar tidak tahu jalan pulang di tengah kabut seperti ini.

Ia takut saja jika ada binatang buas yang nanti nya datang. Maka nya, ia lebih memilih duduk di akar pohon yang besar. Setidak nya ia bisa sembunyi di sana.

Srek.. Srek.. Srek..

Terdengar suara tapak kaki dari kejauhan. Munah menutup telinga nya dan menunduk. Ia tidak peduli dengan suara itu dan terus saja menunduk sambil menutup mata nya.

Persetan dengan setan. Ia sudah tidak peduli. Kalau pun ia harus ma-ti malam itu, ia sudah pasrah. Tapi, ia sedih karena tidak merasakan yang nama nya malam pengantin.

"Bagaimana? Sudah?" Ucap seseorang yang wajah nya tidak terlihat.

Munah mendengar beberapa orang sedang berjalan ke arah kuburan para suami. Entah apa yang mereka lakukan disana. Munah pun tertidur karena sangking ketakutan nya.

Keesokan pagi nya, Munah terbangun saat matahari mulai menampakkan sinar nya. Suara burung menambah semarak nya hari itu.

Munah berjalan menelusuri kuburan karena ia mencium aroma enak dari sana. Ternyata banyak makanan enak yang ada di kuburan itu.

Munah yang lapar, langsung duduk cantik dan memakan makanan yang ada disana. Walaupun kopi sudah dingin, ia pun tetap meminum nya. Untung saja makanan dan minuman itu di tutup sehingga tidak terkena debu.

"Maemunah! Apa yang kau lakukan!"

Munah langsung terdiam dan berhenti makan. Ia hampir saja tersedak saat mendengar suara Wak Salma yang menggelegar.

"Munah lapar Wak. Dari kemarin belum makan. Wawak apa mau, Munah ma-ti kelaparan di pulau Janda ini."

"Tapi, mengapa harus makanan itu yang kau makan. Itu untuk arwah Munah."

"Wak, di sini tu cuma ada nisan kosong. Nggak ada apa-apa di sini. Jadi, arwah mana yang Wawak maksud?"

"Lancang kau Munah! Benar-benar si-al kau ini. Ayo ikut aku!"

"Sebentar Wak, Munah habiskan dulu ayam goreng ini. Kasihan Wak."

"Cepat Munah! Sekarang!"

Munah pun bangun sambil menenteng ayam goreng di tangan nya. Entah dari mana para janda itu menemukan ayam yang enak seperti itu.

Terpopuler

Comments

🍃🦂 Nurliana 🦂🍃

🍃🦂 Nurliana 🦂🍃

🤣🤣😂😂 munah ngeyel nih

2024-08-11

1

Muh. Yahya Adiputra

Muh. Yahya Adiputra

sepertinya Munah yg nantinya akan membuat peraturan dipulau janda itu jadi berubah,itu semua karena ulah dia yg pembangkan🤣🤣🤣🤣

2024-07-12

1

Yuli a

Yuli a

😂😂😂😂😂 padahal munah asli warga desa jg kn tpi kok kyk gk tau peraturannya y kalo janda harus diungsikan. apa dia termasuk orang yg menentang...😂😂😂 kelakuan munah bener2 bikin geram ketua suku...🤣🤣🤣

2024-06-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!