Teriakan itu membuat Jia bergegas keluar dari kamar dan menemui ibu mertuanya.
"Saya Nyonya," jawab Jia setelah berhasil mendekat ke arah Ambar.
Jia mengendalikan pandangan ke sekeliling karena ternyata bukan hanya dirinya yang berada di dalam ruangan itu. Tetapi juga seluruh pelayan yang bekerja di rumah suaminya.
"Cepat katakan dimana kalungku?" pelik Ambar dengan begitu emosi.
Tentu saja Jia merasa bingung dan juga tidak mengerti tentang apa yang dimaksud oleh Ambar sekarang. Kalung apa yang wanita itu maksud.
Plak.
Satu tamparan telah Ambar berikan di pipi mulus Jia. Hingga membuat semua orang yang berada di dalam ruangan itu terkejut.
"Tidak usah berpura-pura bodoh di depanku. Kau yang telah mencuri kalungku? Ayo cepat mengaku dan segera kembalikan kalung berlianku yang sudah kau curi." tuduhan Ambar.
Mendapatkan tuduhan itu tentu saja Jia langsung menggeleng, karena dia tidak pernah merasa mengambil apapun dari Ambar. Apalagi kalung berlian yang wanita itu maksudkan.
"Tidak Nyonya, saya tidak pernah mengambil kalung anda." jawab Jia langsung berusaha membela diri.
"Bohong! cepat kembalikan kalungku!" teriak Ambar semakin kencang.
"Sumpah demi Tuhan saya tidak bohong, Nyonya. Saya tidak pernah mengambil kalung anda."
Jia terus menyangkal tuduhan Ambar, karena memang bukan dia pelakunya.
"Jangan bawa-bawa nama Tuhan untuk menutupi perbuatan jahat mu!"
"Benar, lebih baik mengaku saja. Daripada kami akan mengadukan kamu kepada Mas Reno," sahut Farah.
"Bagaimana saya bisa mengaku jika memang bukan saya yang mengambil kalung itu," jawab Jia.
"Mungkin Nyonya lupa atau salah taruh. Bagaimana kalau kita mencarinya sekali lagi. Mari bibi bantu," ucap Bik Lasmi yang berusaha menyelamatkan Jia dari tuduhan Ibu mertuanya.
"Kau pikir aku sudah pikun? Aku tidak pernah lupa harus meletakkan dimana perhiasan ku. Jadi kau jangan sok tau."
Suara teriakan Ambar terdengar hingga memenuhi ruangan. Hingga Reno muncul di balik pintu dan ikut bersuara.
"Ada apa ini?"
Pria itu berjalan mendekat ke arah anggota keluarganya berada. Melihat kedatangan Reno membuat Ambar langsung mengadukan tentang kalungnya yang hilang kepada putra tirinya.
"Reno, untung kamu sudah pulang Nak. Tolong mama, Nak. Babu itu sudah mencuri kalung berlian mama. Tapi dia tidak mau mengaku," adu Ambar kepada Reno.
Mendengar itu sontak saja Reno langsung mengeratkan rahangnya. Menatap tajam ke arah Jia yang sedang tertunduk karena ketakutan.
"Masalah apa lagi yang kau perbuat hari ini? kenapa kau tak berhenti membuat ulah? Apa belum cukup aku menghajarmu selama ini? Cepat kembalikan kalung mama atau kau tau sendiri akibatnya." desis Reno dengan begitu emosi.
"Demi Tuhan, bukan saya yang mengambil kalung itu. Saya sama sekali tidak tau menahu tentang kalung yang Nyonya maksud," jawab Jia sambil terisak.
Jia benar-benar merasa putus asa mendapatkan tuduhan itu. Apalagi tidak ada orang yang percaya dengan apa yang dia katakan. Jia memang orang miskin, tapi dia tidak mungkin melakukan perbuatan sehingga itu. Seandainya pun tidak bisa makan.
"Bohong! tadi mama meminta Jia untuk membersihkan kamar mama. Setelah itu mama sudah tidak menemukan kalung mama di tempat perhiasan. Selama ini mama tidak pernah kehilangan. Tapi kenapa setelah dia masuk ke dalam kamar mama, kalung mama jadi hilang."
Lagi-lagi Ambar berusaha mencuci otak Reno agar mempercayai perkataannya.
"Kembalikan kalung itu atau aku akan berbuat hal kejam kepadamu." Hardik Reno hingga suaranya terdengar memenuhi ruangan.
"Saya tidak tahu bukan saya yang mengambil kalung itu." kekeh Jia karena emang bukan dirinya yang mengambil kalung itu.
"Kau!"
Reno semakin murka melihat keteguhan hati Jia yang tidak mau mengaku. Sehingga laki-laki itu langsung menarik tangan Jia dan menyeretnya pergi ke kamar.
Jia yang merasa tidak siap dengan perlakuan kasar itu langsung terjatuh. Namun Reno terus saja menyeret nya tidak peduli dengan Jia yang kesakitan.
"Ayo ikut aku! aku akan memberikan pelajaran kepada perempuan pembangkang seperti mu."
"Sa-sakit. Tolong lepaskan!"
Semua orang yang berada di ruangan itu merasa ngeri melihat apa yang di lakukan Reno kepada Jia. Namun sama sekali tidak berkeinginan untuk menolong. Bahkan Ambar terlihat senang melihat jerit kesakitan Jia sementara Farah ia justru sebaliknya, ia merasa sedikit takut.
Sedangkan Bik Lasmi sudah menangis. Karena tidak tega melihat apa yang terjadi terhadap Jia. Akan tetapi dia tidak bisa menolong perempuan malang itu.
"Ampun kak, sakit!" Jia terus memohon ampun, tapi Reno tetap menyeret nya dengan begitu kasar.
Brak!
Reno langsung menendang pintu kamar nya dengan begitu saja. Tanpa peduli jika perbuatan nya itu bisa menyebabkan kerusakan.
Reno yang sudah terbakar emosi itu langsung melemparkan tubuh Jia dengan begitu kasar. Sehingga perempuan malang itu jatuh tersungkur di atas lantai. Bukan itu saja kepala Jia pun terantuk pinggiran ranjang.
"Awww." pekik nya tertahan.
Tetap saja Jia tidak bisa berbuat apa-apa selain meratapi nasib. Reno benar-benar kalap dan ingin menghancurkan Jia tanpa tersisa.
"Sakit Mas, sa-sakit. Hiks."
Jia semakin terisak. Bukan hanya tangan dan tubuhnya yang sakit. Tetapi kepalanya berdenyut nyeri, akibat dari perlakuan Reno tadi.
"Sudah tahu rasanya sakit tapi kamu selalu menguji kesabaranku. Apa yang sebenarnya kau inginkan hah? untuk apa kau mencuri kalung mama? kau membuatku tidak punya muka di depan orang lain, bahkan keluargaku sendiri." hardik Reno dengan begitu kejam.
"Jia menggeleng lemah. Karena perempuan itu sudah tidak punya tenaga lagi hanya untuk sekedar mengelak tuduhan itu."
"Saya tidak mencuri kalung itu." lirihnya.
Tubuh perempuan itu benar terasa lemas, tidak bertenaga lagi. Sekujur tubuhnya terasa sakit. Hingga dia hanya bisa pasrah dengan apa yang akan di lakukan Reno tadi. Karena Jia tahu kalau dia tidak akan selamat di tangan suaminya.
Sementara Reno semakin murka, mendengar Jia belum mau mengakui kesalahannya. Sehingga Reno tidak ragu lagi menyeret Jia ke kamar mandi.
"Dasar keras kepala! sudah tahu bersalah tapi tidak mau mengakui. Baiklah jika itu keinginanmu. Jangan salahkan aku kalau aku akan berbuat lebih kejam. Karena aku sangat membenci pembohong apalagi pencuri."
Aaaaahhhh.
Suara teriakan Jia terdengar semakin keras dan menyayat hati. Reno dengan begitu kejam menarik rambut Jia hingga masuk ke dalam kamar mandi.
Sesampainya di kamar mandi, Reno memaksa agar Jia masuk ke dalam bath up. Kemudian mengguyur tubuh istrinya dengan air dingin.
"Inilah akibatnya jika kau berani melawanku."
Reno tidak puas jika hanya menyiram tubuh Jia. Dengan segera menenggelamkan kepala Jia ke dalam bath up yang sudah terisi dengan air penuh.
Jia merasa gelagapan, dada nya terasa sesak karena tidak bisa bernafas. Perempuan itu hanya bisa berdoa berharap dia bisa lepas dari penyiksaan suaminya.
"Masih belum mengaku, hah!" hardik Reno tanpa menghentikan pergerakan tangannya yang sedang mendorong kepala Jia agar tetap berada di dalam air.
Entah sudah berada kali kepala Jia timbul tenggelam di dalam air. Yang jelas tubuh perempuan itu sudah kian lemas. Hingga hampir pingsan. Melihat itu akhirnya Reno mau melepaskan Jia. dan berlalu pergi meninggalkan Jia.
Uhuk, uhuk,...
Jia terbatuk karena air yang tidak sengaja masuk ke dalam mulut dan hidungnya sungguh membuatnya tidak nyaman. Dengan mengerahkan seluruh tubuhnya berusaha untuk keluar dari bath up. Namun detik itu juga perempuan itu jatuh pingsan di lantai kamar mandi yang dingin.
Di samping itu, Bi Lasmi yang tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolong Jia hanya bisa menangis di depan kamar Reno.
"Nona Jia, hiks. Maafkan bibi karena bibi tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolong Nona. Nona sekarang pasti sedang merasa kesakitan. Ya Tuhan kenapa kau biarkan Nona Jia mengalami kemalangan ini. Tolong lah dia ya Tuhan."
Wanita itu semakin meraung. Hingga Ambar dan Farah datang menghampiri.
"Lasmi apa yang kau lakukan di sini? mau menguping Reno ya?" tuduh Ambar dengan bengisnya.
Melihat kedatangan majikannya membuat Bi Lasmi langsung memohon. Wanita tua itu berlutut di hadapan Ambar dan anak perempuan nya.
"Nyonya, tolong bujuk Tuan Reno untuk melepaskan Nona Jia. Kasihan dia, Nona Jia bisa kehilangan nyawanya jika terus mendapatkan siksaan seperti itu." mohon wanita tua itu dengan penuh pengharapan.
Namun sikap Ambar sangat jauh sekali dari harapan Bi Lasmi. Wanita yang selalu berpenampilan glamour itu tersenyum sinis, sembari melipat kedua tangannya di depan dada.
"Membujuk Reno agar melepaskan babu itu, kenapa aku harus peduli. Percaya diri sekali kau, aku akan melakukan itu."
"Aku mohon Nyonya, Nona Jia bisa tiada jika tidak segera di tolong." Bi Lasmi terus membujuk Ambar.
"Kamu pikir kami peduli? sudah Mah jangan pedulikan wanita tua itu. Kita pergi saja dari sini."
Farah sudah menarik tangan mama, tapi Bi Lasmi berusaha menghalangi dan segera menahan tangan Ambar. Meski dia tahu sikap kurang ajar dan lancang bisa membuat Ambar semakin murka. Tapi hanya dengan seperti ini dia bisa menolong Jia.
Dan benar saja aksi nekat Bi Lasmi membuat Ambar semakin murka.
"Hei lepaskan babu sialan! berani nya kau memegang lengan ku dengan tangan kotormu!" hardik Ambar sembari melotot ke arah Bi Lasmi.
"Saya minta maaf karena sudah bersikap lancang dan kurang ajar, Nyonya. Tapi saya mohon, bujuk Tuan Reno agar segera melepaskan Nona Jia."
Bi Lasmi masih belum menyerah untuk membujuk Ambar, namun Ambar tetap saja menolak. Tidak tahu saja Bi Lasmi, jika Ambar dan Farah sangat senang jika Jia mendapatkan perlakuan buruk dari Reno. Karena menyiksa Jia adalah tujuan kedua perempuan itu.
"Minggir!" pekik Ambar sembari mendorong kasar tubuh tua Bi Lasmi.
Bersamaan itu terdengar suara pintu kamar Reno terbuka. Kemudian di susul dengan kemunculan sang empunya kamar. Reno tampak berjalan tergesa ke arah mereka.
"Ada apa ini?" tanya pria itu dingin.
"Seperti biasa. Bi Lasmi terus saja mencampuri urusan kita." jawab Ambar dengan begitu acuh.
Melihat kedatangan majikannya, membuat Bi Lasmi mengalihkan pandangan nya pada majikan tampan nya itu. Kemudian mengatupkan kedua tangannya.
"Tuan sa-"
Belum selesai Bi Lasmi berbicara, Reno sudah mengangkat sebelah tangannya. Menandakan jika Bi Lasmi harus berhenti berbicara.
"Malam ini aku sibuk. Jadi jangan ada yang menggangguku." ucap Reno sebelum beranjak ke ruang kerja nya.
"Baik." jawab Ambar dan Farah kompak.
Ambar dan Farah mengarahkan pandangan nya ke satu titik yaitu punggung Reno yang sudah bergerak menjauh dari mereka.
Setelah di pastikan Reno sudah tidak terlihat. Keduanya kemudian mengalihkan pandangan pada Bi Lasmi yang menangis karena ia kehilangan kesempatan untuk mengatakan keinginannya pada Reno Bara.
"Kamu lihat sendirikan? Reno saja tidak peduli dengan istrinya. Jadi nggak usah jadi pahlawan bagi perempuan rendahan itu. Mengerti! Ayo Ra kita pergi dari sini." tukas Ambar.
"Ayo Ma."
Farah mengikuti mama nya menuju kamar wanita itu. Sedangkan Bi Lasmi melihat kepergian kedua majikan nya segera berlari masuk ke dalam kamar. Karena ia begitu mengkhawatirkan Jia.
Tidak menemukan Jia di dalam kamar. Wanita itu segera mencari Jia di dalam kamar mandi, hingga....
"Astaga Nona..."
Teriak Bi Lasmi begitu melihat Jia yang sudah tidak sadarkan diri di atas dingin nya lantai kamar mandi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Liana CyNx Lutfi
bagus bgtz
2024-06-11
0