Bab 4 Belum Berakhir

Jia segera melangkahkan kaki nya menuju kamar Farah. Namun langkahnya di hentikan oleh Bik Lasmi, pembantu senior keluarga Bara.

"Nona, biarkan saya saja yang menyiapkan air hangat untuk Nona Farah. Nona silahkan makan dulu. Karena sejak tadi Nona belum makan." ucap Bik Lasmi yang paling peduli kepadanya.

Diantara pelayan-pelayan yang lainnya hanya Bik Lasmi yang bersikap baik kepadanya. Sementara pelayan yang lain selalu memandang sebelah mata kepadanya dan juga selalu bersikap sinis kepadanya.

Jia tersenyum, kemudian menepis lembut tangan Bik Lasmi yang masih berada di atas tangannya.

"Tidak apa-apa Bik, saya masih belum lapar. Nanti saya akan sarapan setelah menyiapkan air hangat untuk nona Farah. Bibik jangan khawatir." jawab Jia yang berusaha menyakinkan Bik Lasmi bahwa dirinya baik-baik saja.

"Tapi Nona ..."

Seraut keraguan terpancar jelas di wajah tua nya.

"Sudah bibik ke dapur saja, nanti saya menyusul kalau pekerjaan saya sudah selesai."

Jia langsung masuk ke dalam kamar Farah meninggalkan Bik Lasmi yang terus memaksa agar dirinya menggantikan tugasnya.

"Ngapain bibik di depan kamar aku?"

Suara Farah membuat Bik Lasmi terkejut. Hingga ia mengusap dada nya berulang kali.

"Non Farah, bikin bibik kaget saja."

"Kenapa bibik berdiri di depan pintu kamar aku?" Farah mengulang pertanyaan nya tadi. Ia menatap tajam perempuan tua yang sedang berdiri gelagapan di hadapan nya.

"I-itu Non. Tadi ..."

Farah memotong bahkan sebelum bik Lasmi menyelesaikan kalimatnya.

"Bibik gak usah bohong! Jangan pikir aku nggak tau kalau bibik di sini mau bantuin babu itu? sudah sana ke dapur sebelum aku laporin ke mamah" usir Farah dengan nada ketus.

"Baik Non, maaf atas kelancangan bibik. Bibik permisi!"

 Farah mencebikkan bibir nya kesal. Sembari memandang punggung Bik Lasmi yang menjauh darinya sebelum gadis itu masuk ke dalam kamar.

"Bagaimana? apa sudah selesai?" tanya gadis itu dengan angkuh.

"Iya, sudah. Silahkan mandi. Aku keluar dulu." jawab Jia.

"Sudah sana!" usir Farah sembari mengibaskan tangan nya.

Jia segera keluar dari kamar Farah dan berjalan ke arah dapur. Karena perut nya sungguh lapar sekali. Waktu sarapan nya sudah terlewat beberapa jam, akibat harus melayani orang-orang yang tinggal di rumah ini selain suaminya.

Sesampainya di dapur Jia menduduki dirinya di kursi meja makan yang ada di dalam ruangan itu. Bik Lasmi yang sedang sibuk dengan masakannya pun menoleh.

"Nona, mau sarapan sekarang? saya sudah buatkan sup yang baru. Karena sup tadi sudah habis. Sebentar Bibik pindahkan ke mangkuk dulu." ucap wanita paruh baya itu.

"Makasih bik."

Di rumah sebesar ini hanya Bik Lasmi yang memperlakukan nya dengan baik. Dan Jia sangat bersyukur akan hal itu.

Jia hanya diam saat para pelayan menatap sinis ke arah nya.

"Sudah, sudah tidak usah di hiraukan. Anggap saja mereka tidak ada." ucap Bik Lasmi sembari meletakkan makanan di depan Jia.

Jia hanya tersenyum menanggapi ucapan Bik Lasmi. Kemudian dia menyuapkan makanan dengan begitu lahap.

Baru mengunyah beberapa suap. Bahkan makanan di atas piring pun masih banyak. Ambar datang untuk mencari gara-gara dengan Jia.

"Dasar pemalas! enak sekali kau ya, bisa makan di sini sedangkan pekerjaan masih banyak." hardik Ambar hingga membuat Jia tersedak makanan.

Beruntung Bik Lasmi dengan sigap menyodorkan air minum kepada Jia. Setelah itu barulah dia beranjak dari duduk nya dan menghadap Ambar.

"Non Jia baru saja sarapan Nyonya. Kalau Nyonya butuh apa-apa biar saya saja yang mengerjakannya." ucap Bik Lasmi.

"Sudah berani kamu mengatur rupanya. Jangan mentang-mentang Reno selalu bersikap baik kepadamu, kamu bisa seenaknya yah. Jadi jangan pernah ikut campur urusan ku dengan babu itu." desis Ambar sembari menunjuk-nunjuk wajah Bik Lasmi.

"Tapi Nyonya."

"Diam kau!" hardik Ambar dengan suara yang semakin meninggi dari sebelumnya.

Jia yang tidak ingin menjadi penyebab pertengkaran Bik Lasmi dan Ambar. Segera menengahi kedua wanita itu.

"Sudah Bik, jangan di teruskan lagi." ucap Jia.

Bik Lasmi hendak membuka mulutnya kembali, jika saja tidak melihat Jia menggelengkan kepala kepadanya. Jia segera mengalihkan pandangan nya ke arah Ambar.

"Maaf atas sikap lancang kami, Nyonya."

Jia mewakili untuk meminta maaf kepada Ambar agar masalah cepat selesai.

"Baguslah, kalau kau sadar diri." sinis Ambar. Hingga kemudian ...

"Kau!"

Ambar langsung menunjuk wajah Jia dengan jari telunjuk nya.

"Cepat bersihkan kamarku. Jangan berhenti sebelum semuanya bersih dan terbebas dari debu. Dan ingat, jika ada sedikit saja debu yang masih menempel. Maka kau harus mengulang semuanya! apa kau mengerti?"

"Baik Nyonya saya mengerti," jawab Jia.

Jia merasa tidak keberatan dengan apa yang telah di perintahkan Ambar kepadanya. Namun berbeda dengan Bik Lasmi. Sehingga wanita tua itu langsung mengajukan protes.

"Maaf Nyonya, bukankah sudah ada pelayan yang bertugas membersihkan kamar anda? kenapa Nona Jia yang harus mengerjakan nya? Sedangkan dari pagi Nona Jia sudah bekerja dan belum istirahat sama sekali," Bela Bik Lasmi kepada Jia.

"Sudah kubilang jangan sok tau apalagi ikut campur dengan urusanku. Dengan enak-enakkan makan di sini, bukankah itu sudah termasuk istirahat? Dasar pemalas!" murka Ambar, karena dia merasa Bik Lasmi sudah lancang dan ikut campur dengan urusannya.

"Semakin hari sikapmu semakin kurang ajar saja kepadaku. Ingat posisimu Lasmi. Kau hanya seorang pembantu. Aku pastikan akan segera mendepakmu dari rumah ini!" Ancam Ambar.

Ambar pergi dengan menghentakkan kaki, setelah melontarkan kalimat merendahkan dan penuh penghinaan kepada Bik Lasmi.

"Sabar Bi" ucap Jia sembari mengusap lembut pundak wanita itu.

"Nyonya Ambar benar-benar sangat keterlaluan. Bagaimana mungkin dulu Tuan Johson bisa begitu tergila-gila kepada wanita jahat itu," kata Bik Lasmi.

"Sudah Bik, tenangkan diri bibi. Saya mau pergi ke kamar Nyonya dulu. Setelah pekerjaan saya selesai saya akan menemani bibi lagi." ujar Jia sambil tersenyum.

"Mari bibik bantu. Biar pekerjaan Nona cepat selesai."

"Tidak usah Bi. Hanya membersihkan kamar bukan pekerjaan berat. Saya bisa mengerjakan nya sendiri."

Akhirnya Bik Lasmi hanya bisa pasrah menuruti keinginan Jia yang tidak ingin di bantu. Wanita tua itu hanya bisa berdoa semoga Jia selalu di kuatkan untuk menghadapi kekerasan orang-orang di rumah keluarga Bara.

Waktu cepat sekali berlalu, Jia baru saja keluar dari kamar mandi. Karena banyaknya pekerjaan yang harus perempuan itu lakukan, membuatnya terlambat membersihkan diri.

Setelah berganti pakaian, Jia tampak duduk di atas sofa dan memijat pelan kaki nya yang terasa pegal. Namun perempuan itu tidak pernah mengeluh dengan apa yang sedang di jalani nya sekarang.

Hingga Jia di kejutkan oleh suara teriakan Ambar yang begitu memekakan telinga.

"Jia, dimana kau?"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!