Bab 3 Awal penderitaan Jia

Di sisi lain Reno sudah tidak sabar menahan gemuruh di dalam dada nya. Tampak berjalan tergesa ke arah ranjang. Pria itu dengan kasar menarik pergelangan tangan Jia hingga gadis itu terjatuh dari atas ranjang.

"Aww, sakit." jerit Jia atas perlakuan kasar suaminya.

Jia begitu takut dengan perlakuan suaminya yang semakin kasar terhadapnya. Perempuan itu takut melihat wajah bengis suaminya yang menatap dirinya berkali-kali lipat menyeramkan dari semalam.

Reno lantas berjongkok di hadapan Jia yang sudah jatuh terduduk di atas dingin nya lantai. Kemudian mencekik perempuan malang itu dengan begitu kejam.

"Kenapa kamu terus menunduk? dimana keberanian mu datang ke rumah ini dengan di penuhi kebohongan. Tatap aku jalang!" desis Reno yang terdengar begitu menakutkan di telinga Jia.

Jia menggeleng menyangkal tuduhan suaminya. Ia tidak kebohongan apa yang di maksud suaminya.

"Ti-tidak itu tidak benar."

Jia kesulitan berbicara karena cekikan di lehernya semakin menguat.

"Tidak benar, heh." desis Reno seolah mengejek.

"Le-lepaskan sa-sakit." rintih Jia dengan terbata.

Reno berubah menjadi sosok iblis di depan Jia.

"Sekarang katakan! bagaimana bisa kamu berpikir untuk melakukan penipuan terhadap Reno Bara? Berani nya pembantu seperti mu datang ke rumah ini dan menjadi Nyonya di rumah ini? Besar juga nyali mu berani menantang seorang Reno Bara?"

Reno tersenyum menyeringai, tanpa melepaskan cengkraman tangan nya di leher Jia.

"Sekarang kita lihat apa yang akan kita lakukan pada perempuan tidak tahu diri macam dirimu. Akan aku pastikan setiap detik waktu mu bagaikan di dalam neraka."

***

Setelah hari itu, hari-hari Jia bagaikan di neraka. Tidak pernah sekalipun Jia di perlakuan baik di rumah suaminya.

Bahkan Jia tidak lebih sebagai pelampiasan hasrat seorang Reno Bara. Sekaligus pembantu gratis di rumah nya.

Seharusnya kamu patut bersyukur karena aku sudah memberikan mu makan dan tempat tinggal. Jangan pernah merasa kamu spesial di rumah ini dan jaga batasan mu karena kamu tidak lebih sebagai peliharaanku. Jadi gunakan tubuh dan tenaga mu untuk membayar biaya hidup di rumah ini. Dan jangan pula berharap aku akan melepaskan kamu apalagi mengembalikan kamu ke keluarga Jaya. Sebelum aku bosan dan menghendaki nya.

Begitulah kata-kata menyakitkan yang terucap dari bibir Reno. Ia sama sekali tidak berharga di mata pria itu. Entah apa masalahnya Jia tidak mengerti. Reno seakan sangat membenci nya terbukti dari ucapan nya yang merendahkan, caci maki dan penghinaan kepada dirinya.

Tidak ada yang bisa Jia lakukan selain menerima nasib takdir yang diberikan Tuhan. Karena ia yakin bahwa apa yang ia dapat saat ini adalah semata-mata ujian dari Tuhan dan Tuhan yakin bahwa dirinya mampu melewati ujian itu.

"Aku pasti bisa melewati semua ini." keyakinan yang selalu ia tanam di dalam hati membuat dirinya kuat.

Jia adalah wanita kuat, sebelum ini pun ia kerap mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari keluarga Tuan Jaya. Karena Nyonya Mayang dan Nona Stela putrinya begitu membenci Jia tanpa alasan yang jelas. Hanya Tuan Jaya saja yang selalu bersikap baik kepada nya bak manusia. Untuk itulah Jia sama sekali tidak bisa menolak permintaan saat Tuan Jaya meminta nya menikah dengan Reno Bara.

Hari demi hari, Jia lalui dengan begitu banyak penyiksaan dan caci maki. Namun Jia tetap bertahan sesuai janji nya kepada Tuan Jaya.

Denting suara sendok dan garpu yang beradu dengan piring terdengar memenuhi telinga. Saat ini Jia sedang melayani keluarga Bara untuk sarapan. Seperti biasa, Jia akan berdiri di samping suaminya sampai pria itu menyelesaikan sarapan nya.

Namun pagi ini Ambar ingin menyuruh nya membuat kan sup iga. Dan Jia telah melakukan dengan baik. Tapi Ambar tetap saja tidak puas dengan apa yang di lakukan Jia.

"Apa kamu mau membunuh ku? dasar bodoh! kenapa sup nya panas sekali? dasar tidak berguna!" maki Ambar.

Seperti biasa Ambar akan mencari gara-gara atau kesalahan Jia untuk menghukum dan menyiksa Jia.

"Maaf mah, sup nya memang panas karena baru saja Jia keluarkan dari panci." jawab Jia dengan suara lirih dan terbata-bata karena saking takutnya.

"Sudah berapa kali ku bilang jangan memanggil ku dengan sebutan itu. Panggil aku Nyonya!" hardik Ambar hingga suara nya memenuhi udara.

"I-iya Nyonya. Maafkan saya." cicit Jia.

"Ck, bisa nya cuman minta maaf. Kami bosan mendengar nya." sahut Farah yang tidak mau ketinggalan membully Jia.

Jia semakin menunduk ketakutan. Hingga sebuah gebrakan meja membuat semua orang yang berada di ruangan itu berjingkat kaget. Karena suara itu berasal dari Reno Bara.

Brak!

"Apa kalian tidak bisa makan dengan tenang? Aku bosan melihat kalian bertengkar di meja makan!" teriaknya dengan begitu ketus.

Melihat amarah putra tirinya membuat Ambar langsung mengubah mimik wajah nya lembut. Tersenyum penuh di depan Reno demi mencari keamanan sendiri dan juga sang putri tentunya.

"Maafkan mamah karena membuat merasa tidak nyaman, sayang! karena istri bodoh mu itu yang tidak bisa bekerja dengan baik. Selalu saja melakukan kesalahan membuat mamah selalu terpancing emosi." ujarnya.

"Iyah Mas. Istri kak itu benar-benar bodoh. Sepertinya dia benar-benar membutuhkan pelajaran lagi dari Kak. Reno." timpal Farah. Tentu Jia paham maksud pelajaran yang di maksud Farah, dan itu membuat dirinya semakin ketakutan. Ia meremas serbet di tangannya dengan kuat.

Reno hanya melirik sekilas istri kecil nya itu. Pagi ini dia tidak punya waktu untuk bermain bersama Jia. Tumpukan pekerjaan di kantor menantinya, bahkan ada rapat penting siang ini. Seandainya ia ada waktu tentu saja, Reno dengan senang hati membuat Jia menangis sebelum pergi ke kantor.

"Sayang sekali, aku tidak punya waktu untuk bermain denganmu kelinci kecil. Ya sudah kalau begitu, Mah, Farah aku berangkat dulu!"

Reno mendorong dengan kasar kursinya sebelum beranjak berdiri dan pergi meninggalkan ruang makan.

"Hati-hati di jalan ya, Sayang." suara teriakan Ambar mengiringi kepergian Reno yang semakin menjauh dari ruang makan. Sementara Jia semakin terseok berusaha untuk mengejar suaminya sambil membawa tas kerja. Karena aturan nya, Jia harus siap siaga melayani suaminya saat berada di rumah. Termasuk mengantarkan Reno ke mobil, seperti yang di lakukan Jia sekarang.

Reno menghentikan langkah nya kemudian berbalik menghadap ke arah Jia. Tentu saja Jia langsung menunduk karena tidak berani menatap wajah suaminya.

"Ingat kelinci kecil, aku memang melepaskan kamu pagi ini. Tapi tidak untuk nanti malam. Jadi persiapkan dirimu dengan baik."

Jia mengeratkan cengkraman tangan nya pada tas kerja milik Reno. Tanpa di sadari supir Reno sudah berdiri berhadapan dengan nya untuk mengambil tas kerja darinya. Sementara Reno sudah duduk tenang di bangku belakang mobil.

Mobil yang membawa Reno bergerak perlahan meninggalkan kediaman Reno. Di iringi deraian air mata yang mengalir di pipi mulus Jia tanpa di minta.

Jia segera mengusap air mata di pipi nya dan bergegas masuk ke dalam rumah sebelum timbul masalah lain. Karena selain Reno masih ada Ambar dan Fania yang tidak akan berhenti mengganggu nya.

Jia sedang melintasi ruang tamu, saat suara teriakan Fania dari arah ruang tengah terdengar memanggil.

"Hei babu, siapkan air hangat untuk mandi. Karena aku dan mama akan pergi. Cepetan nggak pakai lama."

"Baik Nona."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!