Banyak hal yang mengubah sikap dan pandangan Nara tentang cinta. Cinta yang dirasakannya membuat dirinya sadar bahwa tidak boleh mencintai seseorang terlalu berlebihan. Berusaha untuk ikhlas yang ternyata hanya bisa terucap dari mulut saja. Sedangkan hati belum bisa sepenuhnya menerima.
Belajar untuk bangkit dari keterpurukan yang dialaminya. Nara mulai memperhatikan wajah dan tubuhnya yang kian hari kian memprihatinkan melalui pantulan dirinya di depan cermin dalam kamarnya.
Untuk pertama kalinya Nara mematuk diri lama di depan cermin, duduk diam sambil melihat wajahnya yang kian hari kian tirus. Matanya yang cekung, tulang pipi yang menonjol. Tubuhnya yang dulu sintal sekarang hanya kulit pembalut tulang.
Hanya butuh waktu hampir setengah tahun kepergian Angga membuat tubuh Nara dari berat 55 kg menjadi 42 kg. Terlalu kurus untuk Nara yang memiliki tinggi 160 cm. Tuh ... , kebayang kan betapa sosok Angga membuat Nara jadi begitu kurus.
Kepergian Adeline selama - lamanya menjadi tonggak momentum kebangkitan Nara. Baru disadari oleh Nara betapa bodohnya dirinya. Meratapi seseorang yang pergi tanpa pesan. Lalu berharap tiba - tiba seseorang itu datang kembali dengan sejuta kata maaf. Lalu berjanji takkan pernah mengulangi lagi.
Tidak ... , aku bukanlah gadis cengeng. Aku begitu berarti. Tak pantas Angga melakukan ini padaku. Mulai hari ini dan seterusnya aku akan bangkit kembali menjadi gadis yang periang. Tunggu pembalasanku Angga. Semoga aku bisa membalas sakit yang kurasakan padamu. Ucap Nara dalam hatinya.
"'''"'"
Nara mulai menata dirinya. Sudah satu bulan sejak meninggalnya Adeline. Nara mulai menyibukkan dirinya. Tetap bekerja sebagai guru pengajar di TK. Memulai menggeluti hobi menulisnya. Mengikuti event lomba menulis puisi dan cerpen yang banyak diadakan di IG.
Saking banyak hal yang dilakukan Nara. Membuat dirinya cepat merasa lapar. Hobi menulisnya membutuhkan banyak inspirasi. Dan inspirasi itu keluar saat makan. Karena banyak makan berat badannya pun mulai naik. Sekarang berat badannya mulai ideal.
Nara sekarang bukan lagi Nara yang dulu. Tubuhnya makin aduhai ditambah sekarang Nara melakukan perawatan tubuh dan wajah. Wajahnya tampil memukau. Memang untuk melakukan ini perlu uang yang banyak. Dan ibu Nara menjadi tempat bagi Nara untuk pasokan dana bagi dirinya yang hanya sebagai guru TK.
Sebagai seorang anak semata wayang alias anak tunggal. Maka semua keinginan Nara selalu dipenuhi oleh kedua orang tua Nara. Keinginan orang tua Nara hanya satu, bisa
membuat anaknya tersenyum kembali.
Sekarang Nara sudah berani berlama - lama duduk di depan cermin. Melihat pantulan wajahnya yang cantik. Sorot mata yang bersinar. Tak ada mata yang cekung dan sembab yang terlihat. Tulang pipi yang menonjol sekarang sudah mulai cabi kembali. Tubuhnyapun terlihat proporsional.
Setiap kehadiran Nara dimanapun berada. Akan menjadi sosok yang menarik perhatian. Dimana pandangan mata akan selalu tertuju padanya. Begitulah pesona Nara yang memukau. Sampai seorang anak kecil laki - laki yang berusia 5 tahun pun gemes padanya. Anak kecil itu sampai berani mencubit pipi Nara. Duh, Nara ... kamu bikin gemes semua kalangan. Anak kecil juga tahu. Hem ... hem ....
Dengan pesona Nara yang memikat maka banyak kaum adam menyukainya. Ada yang sekedar menggodanya dan banyak pula yang menaruh hati pada Nara. Berbagai cara para lelaki dilakukan untuk menaklukan hati gadis cantik ini.
"'''''""''
Malam minggu. Malam yang selalu ditunggu oleh sepasang kekasih. Tapi tidak dengan Nara. Sepeninggal Angga mengikuti tubel di Jakarta. Maka sudah hampir setahun ini tidak ada orang yang duduk di ruang tamu rumahnya yang menemaninya.
Malam minggu ini. Jam didinding rumah Nara menunjuk pukul tujuh. Rencananya Nara dan kedua orang tuanya akan menghabiskan malam panjang dengan menonton acara TV saja. Tiba - tiba ada seseorang mengetuk pintu rumahnya.
"Assalamualaikum ... , " terdengar suara seseorang.
Lalu Nara beranjak turun dari sofa sambil mengucap salam , " waalaikum salam." Kemudian membuka pintu.
"Oh ... kak Aldi rupanya. Ayo masuk, " ucap Nara sambil membuka pintu. Kemudian Nara mempersilahkan Aldi untuk duduk dan berbaur dengan ibu dan Ayahnya yang sedang nonton acara TV. Sementara Nara ke dapur untuk membuat es teh manis dan membawa sedikit cemilan.
Kurang dari lima menit kemudian Nara sudah dihadapan Aldi sambil membawa minuman dan satu toples kecil kacang teur. Lalu duduk manis berhadapan dengan Aldi. Ayah dan ibu Nara kemudian undur diri dan masuk ke dalam kamar mereka. Melanjutkan nonton acara TV kegemarannya.
"Tumben main kesini , " ucap Nara pada Aldi.
"Emang aku gak boleh main kesini, " balas Aldi pada Nara.
"Boleh- boleh aja kak Aldi, '' ucap Nara sambil tersenyum. Aldi adalah kakak kelas Nara saat kuliah di Fakultas Fisipol jurusan komunikasi.
Entah mengapa tak ada angin tak ada hujan tiba- tiba mengunjungi kediaman Nara. Saking Nara penasaran. Berulangkali Nara menanyakannya pada Aldi.
Aldi hanya tersenyum dan berkata, " Apa aku boleh untuk menjalin silahturahmi dengan gadis secantik kamu Nara."
Belum sempat Nara menjawab pertanyaan Aldi. Tiba - tiba seseorang mengetuk pintu rumahnya. Nara kemudian bergegas membuka pintu.
"Oh ... , mas Agus. Ayo silahkan duduk , " sapa Nara sambil tersenyum ramah.
Sebelum sempat duduk. Begitu kagetnya Agus. Ternyata Aldi sudah lebih duluan ke rumah Nara. Usut punya usut ternyata Aldi dan Agus adalah tetangga dekat. Tak ayal mereka berdua tertawa. Mentertawakan dirinya sendiri. Memperebutkan hati gadis pujaan yang sama.
Ditinggalkannya Aldi dan Agus di ruang tamu yang masih terkaget - kaget. Nara di dapur kemudian membuatkan es teh manis sambil geleng - geleng kepala dan tersenyum geli melihat kelakuan Aldi dan Agus.
Setelah selesai membuat es teh manis. Nara kembali ke ruang tamu untuk menemui tamunya. Tak banyak yang diucapkan Agus pada Nara. Begitu pula dengan Aldi. Tampak pembicaraan menjadi canggung. Dan Nara mencoba mencairkan suasana.
Malam semakin larut. Jam di dinding rumah Nara menunjuk pukul 9.15. Diantara Aldi dan Agus tak ada yang mau pulang. Padahal ayah Nara sudah bolak balik dari kamar ke teras rumah. Melihat gelagat ayah seperti itu. Maka Nara meminta dengan sopan agar tamunya pulang.
Akhirnya kedua tamu Nara pulang juga. Nara mengantar kepergian mereka di teras rumahnya saja. Terdengar tawaran Aldi pada Agus untuk pulang bersama. Ternyata Agus ke rumah Nara dengan naik angkot . Maka Aldi dengan basa basi mengajak Agus untuk pulang bersama. Lalu terlihat Agus sudah ada dibelakang Aldi. Hehe ....
Nara kemudian masuk ke dalam kamarnya. Mematuk dirinya kembali di depan cermin besar itu. Menyisir rambut hitamnya yang panjang. Lalu bergumam kecil, " cantik." Ya ... , si cantik Nara mulai bangkit.
Beranjak dari depan cermin, lalu Nara mengambil laptop kesayangannya. Lalu jari - jari tangannya mulai memencet tuts - tuts yang ada di laptop. Jari jari tangannya mulai menari mengikuti irama pikiran yang ada dalam imajinasi Nara. Meliuk - liuk sampai tak terasa malam semakin larut.
Tak terasa Nara sudah hampir selesai membuat novel perdananya. Setelah selesai rencananya mau dikirim ke penerbit besar. Semoga karya pertamanya yang berjudul Kelana mampu menarik hati penerbit sekelas gramedia untuk mencetaknya.
Nara lalu mengembalikan laptopnya ke dalam lemari. Kemudian merebahkan dirinya di atas kasur empuknya. Berbaring sambil membayangkan banyak mimpi dan cita yang ada di dalam benaknya saat ini. Nara yang kini adalah Nara yang ambisus. Nara yang banyak memimpikan segala hal. Lalu ia tertidur lelap dengan merangkul mimpi - mimpinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Oi Min
Bagus Nara..... Kamu harus bangkit.....ingatlah masa2 bersama sahabatmu Adeline sbg penyemangatmu..... Semangat....
2020-12-05
0
Tri Ani
aku mampir lagi
feedback ya
semangat
2020-07-29
0
ipah
Semangat Nara
2020-06-29
1