Cinta Lama Bersemi Kembali

Cinta Nara

Part 2

Hampir tiga bulan lebih Angga berada di kota ini, kota Jakarta. Melanjutkan kuliah S2 jurusan Magister Akutansi (Maksi) Universitas Indonesia. Suatu kebanggaan pada diri sendiri sudah berhasil sampai pada titik ini.

Angin sepoi - sepoi berhembus di siang yang terik. Cuaca yang panas menyengat tertolong oleh pohon - pohon rindang di pelataran depan fakultas Maksi UI Salemba.

Kampus UI Fakultas Maksi yang asri. Kampus yang terletak di pusat kota. Beberapa bunga tampak bermekaran. Begitu juga dengan hati Angga. Cinta itu tumbuh kembali bermekaran bersama Dina.

Dina adalah cinta pertama Angga. Cinta yang dirasakan sewaktu mereka menginjak kelas tiga SMP. Angga begitu mencintai Dina. Tapi Dina pergi begitu saja meninggalkan kota Bengkulu menuju Jakarta. Dina meninggalkan separuh hatinya tertinggal di kota ibu Fatmawati ( istri presiden Sukarno).

Dina tak kuasa menolak kepergiaannya sendiri. Sebagai seorang anak perwira tinggi kepolisian Dina harus siap mengikuti ayahnya sebagai abdi negara. Ayahnya Dina di promosikan menjadi kapolres di Jakarta Selatan.

Cinta monyet yang mereka rasakan kembali bersemi di sini. Di almamater kuning ini cinta itu masih sama. Masih menggelora seperti dikala mereka masih remaja berseragam putih biru.

Bermula dari keberanian Dina yang iseng menelpon Angga tiga bulan lalu. Sore itu Angga belum pulang dari kantornya. Angga baru saja menerima pengumuman kelulusannya untuk mengikuti tubel (tugas belajar) di fakultas akutansi UI Salemba.

Tiba - tiba suara ponselnya berdering.

"Assalamualaikum Angga? apa kabar? masih ingat gak suaraku ini. Ya, udalah kalau emang lupa, " kata Dina mau mengakhiri telponnya.

"Tunggu ... , jangan dimatikan. Aku sepertinya mengenal suaramu, " suara yang tak mungkin aku lupa jawab Angga dalam hati.

"Dina ya !"

"Aku senang kamu masih bisa mengenal suaraku, " jawab Dina sambil mencoba mengatur degup jantungnya yang kian berdetak lebih kencang.

"Kamu apa kabar? Sudah hampir tujuh tahun kita tidak bertemu," kata Angga.

"Aku baik baik saja, sudah bekerja di perusahaan dan sekarang mau mengambil magister Akutansi di UI.

"A -pa ? kapan kuliahnya?, " tanya Angga penasaran.

"Minggu depan? aku mulai kuliah, " jawab Dina.

"Sama, kita akan kuliah ditempat yang sama, " ujar Angga pelan

Angga tak pernah menyangka. Keajaiban Tuhan itu ada. Seseorang yang pernah mengisi relung hatinya kembali hadir menawarkan cinta yang dulu sempat singgah.

Hampir dua tahun lamanya Angga terpuruk. Sampai ada Nara yang mampu membuka hatinya kembali. Nara memiliki rupa persis seperti Dina. Wajah dan kulit yang sama. Makanya saat pertama kali Angga melihat Nara ada desiran halus di dadanya seperti melihat kembali sosok yang amat dirindukannya.

"""'

Kegiatan di kampus begitu menyita waktu Angga. Mengambil kelas reguler adalah pilihan Angga. Sedangkan Dina mengambil jurusan ekstensi.

Disela - sela kesibukannya, Angga dan Dina bertemu di kantin pada sore harinya. Maklum saja, mereka berdua berbeda kelas. Angga jadwal kuliahnya pada hari senin sampai sabtu , dari pagi sampai sore. Sedangkan Dina setiap hari masuk sore dan malam. Kecuali hari sabtu masuk pagi sampai sore.

Untuk memudahkan proses perkuliahannya. Angga mencari kos - kosan di dekat kampus UI. Berjalan kurang lebih tiga ratus meter Angga sudah sampai di tempat ia menimba ilmu di sini.

Berbeda dengan Dina yang notabene anak Jakarta. Awalnya iya ingin bolak balik dari rumah, pekerjaan dan kuliah. Lama - lama ia memutuskan untuk menjadi anak kos juga seperti Angga.

Bekerja sambil kuliah amat melelahkan bagi

Dina. Akhirnya ia memutuskan untuk risign dari pekerjaan. Namun papanya Dina tetap menganjurkan Dina bekerja. Dina tak harus pergi setiap hari ke kantor. Dina adalah direktur sebuah perusahaan yang dibangun oleh papanya Dina.

Untuk menjalankan perusahaannya. Papa Dina akan mencari wakil direktur yang membantu Dina menjalankan kekosongan posisi direktur.

Menikmati kehidupan di Jakarta adalah keinginan Angga. Sudah bertahun - tahun hidup di kota Bengkulu. Ini pertama kalinya ia merantau. Pengalaman pertama dalam hidupnya.

Suasana senin pagi di pusat kota. Kendaraan lalu lalang seperti tak ada matinya. Geliat kehidupan dimulai pada pagi hari. Tampak beberapa mahasiswa dan para pekerja hilir mudik di depan gedung kampus Maksi UI.

Pagi yang cerah secerah hati Angga menyambut hangatnya mentari pagi. Setelah berpakaian rapi dan menggendong ransel di punggung lalu keluar dari kamar kos - kosan menuju kampus tercinta. Sambil bersenandung lagu " mutiara yang hilang, kini datang kembali .... "

Lagu itu diulang - ulang sampai tak terasa Angga sudah sampai ke tempat tujuannya.

Memasuki ruang kelas pun Angga masih tetap bersenandung kecil. Kemudian matanya mencari tempat duduk yang kosong di depan. Meletakkan tas ranselnya di bawah meja. Lalu duduk manis sambil menunggu kedatangan dosen dan beberapa teman yang belum datang.

"Ciye ciye ... , seorang teman mencolek Angga dari belakang. Karena sedari tadi matanya tak berkedip melihat Angga. Angga menoleh ke belakang sambil tersenyum pada Arif. "Napa Rif? "

"Kamu kenapa? kayak lagi seneng banget," ucap Arif penasaran.

"Iyalah, nanti sore aku mau jalan - jalan dengan Dina" ucap Angga pelan.

"Ooh ... , Arif membulatkan mulut tanda mengerti.

Arif adalah teman satu kampung dengan Angga. Satu tempat kerja dan sama - sama sedang kuliah mengambil jurusan yang sama. Sebagai seorang teman Arif tahu siapa pacar Angga di Bengkulu. Arif diam - diam menyukai Nara, cuma ia merasa sungkan pada Angga.

Jam dinding di ruang kelas menunjuk pukul 7.45 WIB. Beberapa mahasiwa sudah lengkap dan siap mengikuti mata kuliah manajemen pajak. Seorang pria tua berperawakan sedang dengan rambut sebagian memutih berusia hampir 50 tahun memasuki ruang kelas.

Pelajaran mata kuliah manajemen pajak berakhir sudah. Bapak dosen yang bernama Pak Aris lalu undur diri lalu dilanjutkan dengan mata kuliah yang lain dan seterusnya.

Selesai mata kuliah hari ini kurang lebih jam setengah tiga. Seperti yang telah disepakati bersama Dina. Angga ingin melihat monas dari dekat. Ini pertama kali ia ke monas setelah tiga bulan menginjakkan kaki di ibukota negara Indonesia tercinta.

Dengan naik mobil ertiga putih yang dikendarai Dina akhirnya sampai juga mereka ke tempat tujuan. Eits ... , sebelumnya mereka mampir sebentar untuk sholat ashar di Masjid Istiqlal.

Setelah menyelesaikan sholat ashar tibalah mereka di Monas. Jam tangan Angga menunjuk pukul 15.30 Wib. Bukan main senangnya Angga bisa melihat Monas dari dekat. Tapi apa dikata sebelum mobil mereka mau masuk langsung dicegat petugas parkir di pintu masuk.

Dina yang menyetir mobil lalu membuka kaca jendela mobilnya.

"Maaf mbak ... , Monas setiap hari senin tutup kecuali hari libur. Kalau mau besok saja ya!! Sesi pertama jam delapan pagi sampai jam empat sore. Sesi kedua jam tujuh malam s.d jam sepuluh malam, " kata petugas yang menjaga pintu masuk monas.

Tugu monas adalah ikon DKI Jakarta. Tugu ini dibangun sebagai monumen peringatan perjuangan dan perlawanan rakyat dalam merebut kemerdekaan dari pemerintahaan kolonial Belanda. Tugu monas ini memiliki tinggi 132 meter dengan mahkota bergambar lidah api yang dilapisi emas.

Lembaran emas yang menempel di mahkota monas diyakini oleh Angga dan sebagian orang Bengkulu adalah emas yang berasal dari Bengkulu.

Menurut berbagai literatur yang ada emas yang ada di monas adalah sumbangan dari seorang pengusaha dari Aceh bernama Teuku Markam pada masa pemerintahan presiden Sukarno. Emasnya berasal dari desa Lebong Tandai kabupaten Rejang Lebong provinsi Bengkulu.

Gagal sudah keinginan Angga untuk bisa melihat monas dari jarak dekat. Tak mengapa hanya sampai di pelataran pintu masuk saja. Akhirnya perjalanan mereka pindah ke kawasan Kota Tua.

Menikmati indahnya suasana malam di kota tua. Lampu - lampu berpijar menambah elok bangunan putih peninggalan Belanda. Riuh rendah suara pengunjung diikuti lantunan live musik menambah syahdu suasana malam ini.

Setelah mengelilingi berbagai bangunan dan museum yang ada di Kota Tua. Angga dan Dina menyempatkan diri untuk mampir ke dalam Cafe Batavia. Duduk sambil menikmati hidangan kuliner yang telah dipesan. Berbagi cerita dan sesekali tertawa lepas. Maklum saja Angga dan Dina sudah hampir tujuh tahun tidak bertemu.

Duduk saling berhadapan bersama Dina. Saling menatap dalam diam. Angga merasakan ada desiran halus menelusup di dadanya. Begitu juga yang Dina rasakan. Debaran yang dirasakan seperti yang dirasakan Angga.

"Din ... , apakah hatimu masih milikku," ucap Angga pelan sambil menggenggam jemari tangan Dina dan berusaha mengatur degup jantungnya yang melompat - lompat.

Lalu Dina mengangukkan kepala tanda mengiyakan dan tersenyum menatap mata coklat Angga.

Hormon norephinefrine mulai bekerja pada sepasang sejoli ini. Aura kebahagian bisa terlihat dari orang yang sedang jatuh cinta. Seperti yang dialami Angga dan Dina saat ini. Cinta yang pernah ada kini bersemi kembali.

Terpopuler

Comments

Oi Min

Oi Min

Tuh kaaan..... Angga gaje bgtz..... Nara kmu selama 7 th ga di anggap, cuma pelampiasan Angga aja..... Semoga Nara brtmu laki2 yg lbh baik dari si bastard Angga

2020-12-05

0

Nur Ain

Nur Ain

Oh ada awek lain rupanye

2020-07-11

1

ipah

ipah

Angga jahat

2020-06-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!