Sahabat

Cinta Nara

Part 3

Kita tinggalkan sejenak Angga dan Dina yang tengah berbahagia. Berbanding terbalik dengan yang dialami Nara. Hatinya hancur, separuh jiwanya pergi. Hanya dengan Adeline seorang sahabat yang bisa menjadi tempat sandaran buat Nara berkeluh kesah.

Adeline adalah sahabat Nara sejak SMA. Persahabatan berlanjut saat Nara kuliah di Unib ( Universitas Bengkulu). Dan Adeline pun kuliah ditempat yang sama dengan Nara tapi berbeda jurusan.

Sebagai seorang sahabat yang mengetahui bagaimana perjalanan cinta Nara. Makanya Adeline selalu siap menjadi teman bicara Nara.

Disela kesibukan Adeline sebagai seorang pengajar di Lembaga Bimbel. Ia selalu menyempatkan waktu dan pikirannya untuk Nara.

Adeline adalah seorang pendengar yang baik dan juga paling jago memberi nasehat. Sosoknya yang periang dan humoris membuat Nara bisa sedikit terhibur.

Sore itu matahari malu - malu menampakan wujudnya. Jarum jam ditangan Nara menunjuk pukul 16.00. Dengan naik motor honda astrea putih Nara melesat menjemput adeline di kantornya. Kebetulan Adeline sudah selesai mengajar.

Motor honda itu membawa Nara dan Adeline melesat menerobos jalanan menuju pantai panjang. Ada selaksa bahagia Nara bisa melhat keindahan alam pohon pinus dan cemara di sepanjang pinggir jalan pantai panjang. Pohon pohon yang menjulang tinggi seakan menjadi pagar sebelum kita melihat indahnya samudra hindia yang mengagumkan ciptaan Tuhan.

Bersyukur kami sebagai warga Bengkulu tak perlu jauh - jauh mengunjungi pantai ini. Membutuhkan waktu hanya 15 menit dari pusat kota untuk menuju pantai yang cantik ini.

Tiba di pinggir pantai panjang. Nara memarkirkan motornya. Lalu keduanya berlari - lari kecil bersama Adeline menuju pantai. Semilir angin yang cukup keras menghempas kegalauan kedua anak gadis ini. Mereka tertawa lepas saat menjejaki kaki diihamparan pasir putih nan lembut. Lalu mengejar ombak yang datang silih berganti. Berteriak dalam derunya ombak adalah hal yang biasa dilakukan oleh mereka berdua.

"Aku benci kamu Angga, " teriak Nara dalam hempasan ombak yang menghampirinya.

"Aku benci kamu Dirga," teriak Adeline berteriak lebih keras lagi.

"A-pa? " Nara kaget setelah apa yang diucapkan Adeline. Merasa paling bersalah karena tak peka Adeline mempunyai masalah yang sama dengannya.

"Adeline ... , " kamu kenapa? kenapa tak pernah cerita padaku kalau ada masalah.

Adeline tersenyum , lalu berkata, " Aku gak apa - apa. Biar sama- sama berteriak berdua. Hehehe ... , " Adeline menyangkal ucapan Nara.

Adeline yang periang sosok humoris yang jago memberi nasehat. Selama Nara berteman tak pernah melihat sahabatnyanya ini dirundung masalah. Ya, sudahlah yang penting saat ini Adeline baik- baik saja pikir Nara dalam hati.

"Adeline ... sekarang aku uda lega. Melupakan semua tentang Angga. Harus, terkadang sepintas dalam pikiran kalau Angga akan kembali lagi. Tapi itu tak mungkin. Aku tak mau berharap lagi."

"Iya, Nara. Lupakanla Angga, karena dia tak pantas mendapatkan orang sebaik kamu. Gadis cantik yang baik. Dia akan menyesal meninggalkanmu. Karena kamu terlalu baik Nara."

Nara tersenyum sumringah mendengar ucapan Adeline.

"Akan aku buktikan pada dunia. Aku akan baik - baik saja tanpa kamu, Angga, " ungkap Nara

Lalu Nara melepaskan cincin dari jari manisnya yang pernah diberikan Angga padanya. Kemudian Nara berlari kecil ketengah pantai saat ombak surut. Dilemparnya cincin itu ke dalam lautan yang maha luas.

"Di saat senja kau berikan cincin pengikat janji. Disaat senja pula cincin ini kulepas. Aku berharap akan segera melupakanmu Angga, " Nara berucap di dalam hatinya.

Kemudian Nara kembali ke bibir pantai. Ada rasa lega saat cincin itu telah benar - benar hilang dari pandangannya.

"Ayo Adeline ... , kita pulang, " ajak Nara menggandeng tangan sahabatnya itu.

Lalu motor honda putih itu melesat melintasi jalanan. Sayup - sayup suara adzan magrib berkumandang.

Setelah mengantar pulang Adeline, Nara mampir ke masjid terdekat dari rumah Adeline. Oh ... ya, Adeline berbeda akidah dengan Nara. Nara yang beragama Muslim dan Adeline beragam kristen. Perbedaan diantara mereka tak menghalangi persahabatan mereka.

Sepulangnya dari mengantar Adeline. Nara langsung pulang menuju rumah. Ibunya Nara menyambutnya dengan harap harap cemas. Karena Nara biasanya ijin dulu kalau mau pergi pulang setelah magrib.

Jam dinding di rumah Nara menunjuk jam setengah sembilan malam. Tiba - tiba bunyi telpon rumah Nara berdering.

"Assalamualaikum Nara, Adeline meninggal dunia. Dia minum racun rumput, " sahut seseorang di ujung telpon memberi tahu Nara.

"Tidak mungkin, " tak percaya apa yang baru didengarnya."

Sontak saja gagang telponnya terlepas dari genggaman tangan Nara. Nara begitu terkejut. Seperti mendengar berita yang mustahil. Dan Nara selalu berulang kali berucap tidak mungkin sambil berteriak. Tak mau menerima kebenaran dari berita buruk yang baru saja didengarnya.

Mendengar teriakan Nara. Ibu lalu menghampirinya. Lalu memeluk Nara yang sedang duduk di depan telpon dengan wajah bermandikan air mata.

"Ada apa yang tidak mungkin Nara, " ucap ibu sambil menghapus air mata anaknya.

Masih sesunggukan Nara mengatakan tidak mungkin Adeline meninggal. Baru beberapa jam yang lalu Nara masih bersama Adeline. Nara tak yakin apa yang sudah didengarkannya sebelum melihat langsung sahabatnya itu.

Bersama ibunya Nara langsung menuju rumah Adeline. Di teras depan rumah Adeline tampak kerumunan orang - orang yang ikut melayat. Tampak beberapa teman SMA dan kuliah Adeline berkumpul dirumah Adeline.

Masih terdengar isak tangis keluaga Adeline yang belum bisa menerima kepergian Adeline yang mendadak.

Tangis Nara pun pecah di depan jenazah sahabatnya itu. Menangis tersedu - sedu berbaur dengan tangis keluarga Adeline.

Merasa sangat bersalah kenapa Adeline tak pernah bercerita masalah yang sedang dihadapinya.

Bisik - bisik terdengar beberapa orang yang mengatakan Adeline bunuh diri minum racun rumput untuk mengakhiri hidupnya. Alasan dibalik itu karena masalah cinta. Perbedaan agama yang menghalanginya dengan Kak Reno.

Sungguh tragis nasibmu sahabatku.Hanya karena cinta yang tak direstui oleh kedua orang tua mereka. Maka kau ambil jalan pintas yang salah. Bunuh diri.

Tubuhmu terbujur kaku dengan senyum terukir di wajah pucatmu. Mungkin kau telah tenang di sisi Tuhanmu. Aku akan selalu berdoa dengan caraku untukmu. Maafkan aku sebagai seorang sahabat tak pernah tahu masalahmu. Kau menyimpan rapat lara di hatimu.

Keesokan harinya. Saat matahari tepat di atas kepala. Kurang lebih jam 12-an jenazah Adeline dikebumikan. Nara dan Ibunya turut hadir dalam acara pemakaman tersebut.

Selamat jalan Adeline, selamat jalan sahabatku. Terimakasih untuk semuanya. Selalu ada buatku. Maafkan aku tak pernah mengetahui masalah yang kau hadapi.

Begitu kejamnya cinta sampai kau mengakhiri hidupmu dengan jalan seperti ini. Kau terlalu baik, orang baik yang pergi begitu cepat. Hanya linangan air mata yang menghantarkan kepergianmu. Ungkap hati Nara yang dituangkannya melalui diary mungil yang selalu menjadi tempat curhatnya selain Adeline.

Terpopuler

Comments

Oi Min

Oi Min

Sedih..... Sahabat yg selalu ada untuk kita tlah pergi untk selamanya...... Hiks..... Hiks.... Hiks.... RIP Adeline..... We love you....

2020-12-05

0

Keke Wookie

Keke Wookie

tor..nama pacarnya adeline yg bener Dirga apa Reno..di pantai dia teriak benci Dirga..

2020-07-25

0

ipah

ipah

Sahabat ... sedih

2020-06-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!