Jam delapan pagi dan Yosua bersama rombongannya sudah hadir didepan rumah dan acara adat berlangsung.
Hingga akhirnya kami bersama-sama menuju gereja untuk melangsungkan martuppol atau bertunangan.
"Cantik kali sayang ku...!"
"Ngak usah banyak bacot kau, perhatikan aja langkah mu." ucapku pada Yosua yang mencoba merayuku.
Yosua terdiam dan kami lanjut jalan hingga akhirnya tiba di gereja dan masuk kedalam gereja.
Tidak berapa lama kemudian diadakan acara kebaktian terlebih dahulu dan kemudian khotbah singkat.
Kini tiba saatnya kami saling membacakan janji pernikahan dan pembacaan tentang riwayat diri masing-masing.
Terlebih dahulu pendeta membaca riwayat hidup kami dengan lengkap dan kini tiba saatnya untuk membacakan janji pernikahan.
"Sa..saya...! ti..d...a..k... tidak...!" ucap Yosua yang seperti mengeja huruf demi huruf.
Yosua hanya sampai kelas dua sekolah dasar dan berhenti sekolah karena tidak bisa membaca.
Pada jaman kami belum ada PAUD atau pendidikan anak usia dini, kami bisa membaca saat di bangku kelas satu sekolah dasar.
Jika belum bisa membaca maka tidak akan naik kelas sampai bisa membaca dan menulis baru bisa naik kelas dua.
"Pelan-pelan iya dan ngak usah buru-buru...!" ucap pak pendeta.
haaaaaaaa...!'
Suara napas panjang dari Yosua, wajahnya berkeringat padahal gereja ini full kipas angin dan daerah kami termasuk daerah dingin.
"Sa...sa...saya...ti..da..k.. tidak....!"
hahahaha.... hahahaha.....!" suara tawa Santo yang duduk bersama oppung borunya.
"Si gelleng pidong tidak bisa membaca...!" ucap Santo dengan begitu kuatnya tapi mulutnya langsung ditutup oleh oppung borunya menggunakan tangan.
Dalam gereja dan adat batak yang begitu kental, sehingga oppung borunya menutup mulut Santo.
"Oppung kenapa sih? si loak itu memang kecil pidongnya karena kami pernah mandi di sungai...!"
Mulut Santo di bungkam lagi oleh oppung borunya karena ucapannya dan akhirnya dibawa keluar dari gereja.
Pidong yang dimaksud oleh Santo adalah kelamin Yosua dan gelleng artinya kecil dan itu artinya kalau senjata Yosua sangat kecil seperti yang di ucapkan oleh Santo.
Hanya kaum bapak yang berani bisik-bisik karena biasanya hal-hal seperti itu berasal dari mulut kaum bapak.
Sementara kaum ibu hanya bisa terdiam tapi sebagian berbisik-bisik yang tentunya membahas burung Yosua yang di katai oleh Santo.
"Tenang bapak ibu...! tadi itu anak-anak dan ngak usah terlalu di ambil hati, kita lanjutkan ya." ujar pendeta tapi wajah Yosua masih memerah.
Ngak bisa ku bayangkan sebenarnya, di gereja dan dihadapan banyak orang dan di katai burungnya kecil dan itu merupakan harga diri seorang laki-laki.
Pada akhirnya pendeta yang membaca dan di ikuti oleh Yosua hingga akhirnya selesai juga dan kemudian penandatanganan saksi.
Dua kali minggu ibadah barulah kami akan menerima pemberkatan pernikahan dan pendeta meminta Yosua untuk menghapal akad nikah nantinya.**
Kami semua sudah berada di depan rumah ku, untuk selanjutnya marhata sinamot dan sebagainya.
Memang benar kalau sinamot ku senilai seratus lima puluh juta rupiah dan sudah dipanjar dua puluh juta rupiah.
Hanya dua juta rupiah yang belum diserahkan dan nanti akan diberikan ketika acara adat pernikahan.
Hingga akhirnya acara selesai dan aku masih di rumah karena alap jual, nanti Yosua dan keluarganya akan menjemput ku di rumah ini.
Acara sudah selesai dan para tetangga yang membersihkan semuanya karena ini adalah adat dan semua bekerjasama.
"Lihatlah tuh calon eda mu itu, bisa-bisa nanti rambut mu rontok di buatnya." ucap tetangga ku seraya membantu membuka hiasan rambutku.
"Biar aja lah bou, aku juga ngak tau nasibku ke depannya." sahutku dengan santai.
"Kamu tenang aja...! kata si Rere kalau tahun depan di bulan mei kalau ngak salah akan dibuka pendaftaran calon pegawai negeri sipil.
Rere juga baru selesai wisuda sarjana hukum di universitas Sumatera Utara dan akan mengikuti seleksi hakim.
kamu daftar aja dan jika sudah jadi hakim kau tinggalkan si loak itu." ucapnya dengan begitu santai.
Si loak artinya adalah si bodoh yang bisa di tipu dan itulah arti si loak di kampung kami ini.
"Jadi si Rere sekarang kemana?" tanyaku yang penasaran.
"Dimedan lah, katanya dia sudah diterima di kantor pengacara gitu. kalaupun Rere ngak lulus seleksi hakim, nantinya akan melamar pekerjaan di bank tapi tunggu dapat dulu status pengacaranya." jawabnya mak Rere.
"Emangnya bou ngak mau menjodohkan Rere gitu?" tanyaku lagi.
"Ngaklah...! biarkan dulu Rere bekerja sesuai dengan bidangnya dan jika Rere menyerah akan jodoh maka bou akan bertindak.
bou yakin kok kalau Rere bisa mendapatkan jodohnya, saat ini biarkanlah Rere bekerja untuk mencari pengalaman hidupnya.
toh juga bou ngak banyak mengeluarkan uang untuk membiayai kuliahnya.
bou hanya bayar kos-kosannya dan biaya hidupnya sebelum beasiswanya keluar." jawab bou mak Rere.
Seandainya mamak ku punya pemikiran yang sama seperti bou ini, pastinya saat ini aku sudah berada di kantor pengacara sebagai pegawai sembari belajar dan pendidikan advokat.
"Menurut bou lah, berapa lama aku bisa mempertahankan pernikahan ini?" tanyaku dengan nada suara yang pelan.
"Bukannya mendahului Tuhan, Iya! tapi kalau melihat sikap Yosua, mamaknya dan para saudara perempuannya.
mungkin kamu hanya bertahan selama setahun, tapi bou yakin kalau kamu adalah orang pintar.
bou yakin kalau kamu bisa melakukan yang terbaik dengan cara mu dan ngak usah pikirkan yang lainnya.
jalanin aja dulu dan lihatlah bagiamana nanti kedepannya dan harus melakukan apa untuk yang terbaik.
kamu lulusan terbaik dari sekolah mu dan kamu membiayai kuliah mu sendiri hingga lulus dan dapat gelar sarjana.
ngak mudah untuk meraih itu semua, kerja sambil sekolah dan itu bukan pekerjaan mudah.
Nauli bisa bekerja sambil sekolah hingga menjadi lulusan terbaik, bou yakin kalau Uli bisa melakukan yang jauh lebih baik lagi." ujar bou mak Rere dengan begitu lembut di kupingku.
Aku hanya mencoba berbakti pada kedua orangtuaku dengan cara mengorbankan masa depanku dengan menikah.
Menikah dengan seorang pria yang dikendalikan oleh mamaknya seratus persen dan aku ngak tau kedepannya bagiamana.
"Memang benar kalau keluarga calon suami mu itu punya banyak harta, tapi jika tidak pandai mengolahnya maka hancur seketika.
lapo tuak, main bilyard dan balapan liar ngak jelas seperti itu. apapun ngak bisa dilakukannya karena semuanya di atur oleh mamaknya.
mungkin saja malam pertama kalian akan di ajarin oleh mamaknya, di ajarin gimana caranya menggoyang dengan benar." ucap mak Rere.
"Bou ini ada-ada ajah lah...!"
"Iya loh Nauli...! itu si Yosua di suapin makan loh dan bajunya di pakaiin baju.
bou malu melihatnya dan adik mu si Manro yang baru kelas enam sekolah dasar sudah malu kalau kulihat mandi.
pokoknya siap-siap aja untuk kemungkinan buruknya dan siap-siap untuk menghadapi para saudara perempuan calon suamimu yang melebihi ibu tiri yang jahat." sanggah mak Rere.
"Bou...! apa bou percaya kalau menolak pariban akan mendapatkan malapetaka?" tanyaku karena itu alasan pertama kedua orangtuaku untuk menjodohkan ku dengan Yosua.
"Persetan dengan pariban, bou aja menolak pariban ku dengan alasan biar keluarga nambah.
buktinya bou dan keluarga baik-baik aja, bou melahirkan satu anak perempuan dan tiga anak laki-laki.
Rere anak pertama dapat beasiswa di universitas Sumatera Utara, lalu Revan jadi tentara lalu Kardo jadi polisi.
itu hanya alasan kedua orangtua mu saja, karena sudah telanjur menerima uang sinamot dari keluar keluarga bou mu itu.
pacar kedua adik mu hamil duluan, disuruh melamar tentara tapi bawa pacar dan kemudian menghamilinya.
itu hanya alasan saja, kedua orangtua mu itu terlalu memanjakan adik-adik mu karena laki-laki dan itu tidak berlaku bagi bou." ucapnya dengan tegas.
Hanya alasan saja, menolak pariban akan mendatangkan malapetaka adalah cerita dongeng dari jaman dahulu yang tidak pernah terjadi.
Semuanya informasi sudah terkumpul, kedua orangtuaku menjadohkon ku dengan Yosua agar bisa menikahkan kedua adik laki-laki yang telah menghamili pacar-pacar mereka.
Dengan semua yang terjadi dan aku harus mempersiapkan mental ku ke depannya, mental untuk menghadapi suamiku, kakak ipar dan adik ipar serta ibu mertuaku.
Tuhan...! tolong kuatkan hati dan kuatkan mental ku Tuhan untuk menghadapi jalan hidup ku ke depannya.
Mudah-mudahan aku sanggup dan mudah-mudahan ada jalan terbaik untukku, jalan yang membuat keluar dari hidup yang akan rumit ke depannya.
Bukannya mendoakan hal buruk, tapi sudah tau mengenai keluarga Yosua dan sikapnya yang terkadang di luar nalar umat manusia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
aria
mampir lgggg
2024-07-27
1
rismawati bangun
sabar ya Nauli..
2024-06-13
2
Heri Wibowo
yosua benar benar anak manja.
2024-06-09
1