Saat aku bersantai di pintu belakang rumah seraya membaca buku tafsiran seorang profesor terkenal tentang penguraian hukum waris bagi masyarakat suku batak secara khusus batak Toba.
Tiba-tiba Friska mendekatiku yang datang dari arah luar, matanya tertuju pada kalung emas perhiasan dan juga gelang yang ku pakai.
Aku juga mengenakan cincin emas di jariku sebanyak dua serta anting dan semuanya emas London.
Cincin masing-masing 5 garam sebanyak dua, kalungku dua puluh gram dan mainan salibnya 5 gram.
Gelang ku 20 gram dan antingku seberat 5 gram, dimana kiri dan kanan masing-masing dua setengah gram.
Hasil kerja di Medan sebagai cleaning servis di pusat perbelanjaan terbesar di kota medan selama dua tahun dan selalu lembur, ku tabung sedikit demi sedikit hingga bisa membeli yang ku mau.
"Emas London itu da?" tanya Friska padaku.
"Iya," jawabku ketus.
"Nanti kado dari mu cukup gelang mu itu aja, iya!" ujarnya yang seperti memaksa.
Buku ku yang cukup tebal dan ku letakkan, lalu kutatap wajah yang sok logu itu.
"Nanti hadiah mu apa kau berikan untukku?" tanyaku padanya.
"Lucu eda ini, lah! hula-hula itu cukup memberikan ulos karena itu yang terpenting...!"
"Bapak kau lah...! emangnya kau siapa? aku yang capek-capek jadi babu dan kau seenaknya minta gelang ku ini.
mati kau situ, gara-gara kau yang bunting seperti ini dan aku harus menikah dengan anak manja yang buta huruf itu." ucapku dan Friska menangis lalu pergi.
Perhiasan langsung ku copot, lalu ku taruh didalam dompet dan kemudian ku masukkan ke dalam bra ku.
Walaupun ngak nyaman tapi demi hartaku yang kudapatkan dengan susah payahnya karena perempuan hamil itu pasti mengadu pada mamak.
Ku sembunyikan perhiasanku di kantong luar koperku, kantong tersembunyi yang berada diluar dan ada penutupnya sehingga akan sulit untuk ditemukan.
Kemudian ku ambil imitasi yang ku beli yang serupa dengan emas perhiasan ku yang asli dan itulah yang ku pakai.
Alasannya untuk mengelabuhi mamak dan kedua calon menantunya itu, lalu aku berpura-pura santai lagi didepan pintu masuk dapur.
Benar dugaan ku, kulihat Ramses yang datang bersama calon istrinya yang hamil duluan bersama mamak.
Aku merasa seperti dukun yang bisa meramal kejadian di masa depan dan inilah buktinya karena mereka datang lagi dan tentunya akan meminta emas perhiasan ku.
"Mak...! ini si Nauli, sengaja dia mempamerkan emasnya pada Friska dan calon istriku ini memintaku untuk membeli barang yang sama dengan milik Nauli." ucap Ramses yang terlihat begitu emosi.
"Nauli...! sini emas mu itu, nanti itu pasti akan diminta oleh eda-eda mu di rumah mu sana, biar mamak yang menyimpannya." pinta mamak yang meminta emas perhiasan ku.
Dengan wajah merenguk dan emas itu kuberikan, tentunya imitasi yang seharga dua puluh ribu yang ku beli semirip mungkin dengan emas perhiasan ku.
Namanya juga imitasi murahan, karena aku sudah menduga hal ini terjadi.
"Mana surat-suratnya?" tanya mamak.
"Hilang karena buru-buru pulang ke kampung," jawabku.
Mamak tersenyum saat menerima imitasi itu, lalu pergi ke arah rumah mak tua yaitu rumah abang sepupu bapak karena Friska dan juga Merlin dititipkan disana.
Lalu ku intip secara diam-diam dan mamak membagi perhiasan imitasi itu pada kedua calon menantunya.
Aku tersenyum karena bisa menipu mamak, sudah ku pelajari trik-trik ini dari buku-buku yang ku baca.
"Makan itu imitasi," ucap ku lalu pergi.
Aku pulang ke rumah dan masuk ke kamarku, kulihat emas perhiasan ku yang asli masih aman dan kemudian aku beres-beres pakaianku.
"Nauli...! ngak ada rencana mu mencuci pakaian adek-adek mu ini?" tanya mamak padaku yang sudah berada didepan pintu kamar ku.
"Ngak...! aku sudah mamak jual pada Yosua dan mamak ngak berhak lagi untuk menyuruhku.
aku mahal loh mamak jual, ingat baik-baik iya mamak ku, kalau aku lecet sedikitpun karena mencuci pakaian yang banyak itu.
jika keluarga Yosua mengembalikan ku, apa mamak dan bapak sanggup mengembalikan sinamot yang besar itu?" jawabku pada mamak.
Mamak terlihat begitu emosi dan aku ngak perduli dengan ekspresi itu, sekalipun aku di katai durhaka aku ngak perduli.
Hati ku sudah telanjur sakit, dipaksa menikah seperti ini karena kedua anak laki-laki menghamili pacar-pacarnya dan mahar ku akan digunakan untuk membiayai pernikahan mereka.
Mamak langsung pergi dari kamar ku ini dan melemparkan barang yang ditemuinya, tapi beruntung Yosua lewat.
"Bang Yosua...!" teriakku dari pintu kamar.
Yosua langsung belok ke arah rumah dan tepat di dekat jendela, lalu ku ambil tas ku dan keluar dari jendela.
"Bawa aku jalan-jalan bang...!"
"Tapi kata mamak calon pengantin ngak bisa jalan-jalan jauh." ucapnya yang memotong pembicaraanku.
"Ngak harus jalan jauh bang...! di kafe yang di ujung sana aja, aku makan miesop kampung di kafe itu." sahut ku padanya.
"Ayo...!" ucapnya dan kemudian jalan.
Motor yang dipakai oleh Yosua sudah full modifikasi dan knalpotnya sudah racing yang sangat bising.
"Peluk lah abang, dek!" pintanya padaku.
"Abang punya uang, ngak?" tanya ku padanya.
"Anak toke babi ini, jadi jangan sepele. ambil aja dompet abang disaku jas dalam." sahutnya
Kuambil dompetnya dan ternyata cukup banyak uang di dalamnya dan dompet itu ku simpan di tasku lalu ku peluk Yosua dari belakang.
Entah berapa meter motor melaju, kulihat ada penjual pakaian dan ku minta Yosua untuk berhenti.
"Boleh ngak adek beli baju? tapi pakai uang abang." pintaku padanya.
"Boleh...! tapi sisakan untuk beli bakso dan beli bensin." jawab Yosua.
Aku mengganguk dan kemudian langsung masuk ke warung itu, lalu ku mintak di keluarkan baju tidur dan apapun koleksinya.
Dua pasang pakaian tidur dan selusin celana dalam dan dua bra, setalah ku tawar dan uang masih tersisa dua ratus ribu lagi.
Lanjut ke kafe dan akhirnya kami tiba di kafe tersebut dan langsung memesan dua mangkok bakso serta jus buah.
"Kudengar tadi nantulang marah-marah," ucap Yosua.
"Samuel ngulah seperti biasa, hilang di buatnya parang dari rumah." ucapku yang beralasan.
Samuel adikku yang paling kecil dan saat ini masih kelas 5 sekolah dasar yang menjadi alasan ku pada Yosua.
Berhubung bakso sudah terjadi dan kami berdua langsung menyantapnya hingga tak tersisa sedikitpun.
"Apa cita-citamu, dek?" tanya Yosua setalah meminum jus jeruknya.
"Ingin jadi hakim, kalau ngak jadi pengacara," jawabku.
"Hebat kamu ya punya cita-cita seperti itu, apa itu harus sekolah lagi?" tanyanya lagi yang terlihat sangat penasaran.
"Iyalah bang...! makanya adek mau nikah sama abang dengan harapan abang bisa membiayai ku untuk sekolah lagi." jawabku padanya.
"Terus kenapa adek bilang waktu di medan lebih menikahi bapakku?" tanyanya yang membuat ku sedikit bingung.
"Kan bapak abang yang punya banyak uang." jawabku yang berusaha mencari jawabban terbaik.
"Selama masih abang anak laki-laki satu-satunya di rumah, semuanya aman terkendali dan adek bisa pendidikan lagi nantinya." ucap Yosua dengan penuh percaya diri.
Aku yakin itu hanya bualan semata, Yosua adalah tipe-tipe laki-laki yang meminta-minta pada keluarganya.
"Abang yang bilang untuk sinamot agar lebih banyak kepada mamak karena abang sangat menyukaimu.
selama ini kamu terlalu sombong sehingga ku lakukan segala cara untuk mendapatkan perhatian mu walaupun kamu marah padaku...!"
"Apa yang bisa abang berikan untuk saat ini? misalnya sesuatu yang berharga seperti kalung emas." ucapku padanya.
Sedari dulu memang seringkali si Yosua ini dimanfaatkan karena duitnya selalu banyak.
"Apa itu bang?" tanyaku padanya karena mengeluarkan dompet kecil yang biasanya dari toko emas.
"Selama ini abang nabung dan rencananya mau abang berikan waktu adek wisuda kemarin, tapi kamu malah berantem sama nantulang dan membuat abang ngak jadi memberikannya.
apalagi saat melihat laki-laki bajingan itu, laki-laki yang kamu bilang calon suami mu" ucapnya dan kemudian berdiri lalu mendekatiku.
"Biar abang pakaikan, iya!" ucapnya lagi.
Lalu berdiri dibelakang ku dan kemudian memakaikan kalung perhiasan emas itu di leher ku.
Mungkin sekitar lima gram untuk rantainya tapi ada mainannya bentuk salib dan kalau ku taksir mungkin ada lima gram.
"Sudah...! ini suratnya iya!" sahut Yosua dan memberikan dompet emas itu padaku.
Benar taksiran ku, rantainya lima gram dan mainannya lima gram. Emas London dan toko emasnya tempat satu kampung ini membeli emas.
"Terimakasih bang Yosua ganteng...!" ucap padanya.
"Sama-sama, dek! oh iya, kamu ngak berhubung lagi sama laki-laki bajingan itu?" tanya Yosua.
"Ngak bang...! aku juga sudah bilang kalau aku akan menikah dengan abang." jawabku karena telah mendapatkan kalung emas darinya.
Yosua tersenyum dan itu benar-benar menjijikkan, mungkin dia kira sudah sangat tampan tapi sebenarnya itu sangat menjijikkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
aria
mampir lg
2024-07-27
0
Christin Kim sashi
kata bunting diganti jadi hamil? kurang gimana gitu.
bunting biasanya untuk hewan kalau hamil baru manusia
2024-06-14
1
Christin Kim sashi
spil bukunya dong kak...
bisa beli dimana tuh bukunya
2024-06-14
1