Gerimis mengundang beberapa orang segera berteduh, ada juga mempercepat gerakannya. Seorang wanita cantik, tersenyum manis ke arah penjual bunga mawar. Lalu,dia membeli setangkai bunga karena kesukaannya itu.
"Aku memperhatikan seringkali membeli buang mawar,buat siapa?". Pria itu, langsung bertanya karena penasaran.
"Oh...Bukan buat siapa-siapa,mas. Aku membeli untuk ku sendiri, sebagai hiasan di meja rias. Kebetulan sekali,bunga yang beberapa waktu lalu di beli sudah layu". Wanita itu, tersenyum semanis mungkin.
"Kirain buat siapa,gitu? Pasti nama mbaknya, Mawar?". Pria itu, mengerutkan keningnya.
"Iya. Betul,mas". Mawar, langsung tersipu malu-malu. Selesai membayar bunganya, langsung berteduh di halte bus.
Tiba-tiba saja, mobil putih yang dikenalnya itu. Berhenti di penjual bunga,lalu seorang pria turun dan menempuh rintik-rintik hujan.
Mawar, ingin memanggil pria yang tengah memilih bunga. Namun, mulutnya terasa tercekat melihat seorang wanita keluar dari mobil.
Deg!
"Mas Romi". Lirihnya pelan, menjatuhkan bunga di tangannya itu. Orang-orang yang berteduh di halte bus,terus menginjak-injak bunganya.
Pria itu, adalah calon suaminya bersama dengan wanita yang dikenalnya juga. Hujan semakin deras, Mawar berjalan kaki menempuh menuju pulang.
Bunga mawar yang tidak layak lagi,masih di genggaman dengan erat. Hatinya benar-benar hancur sekarang,dimana dirinya melihat perselingkuhan calon suaminya itu. Orang-orang tidak tahu, dirinya sudah menangis bercampur dengan air hujan. Bahkan orang sempat keheranan, melihat kelakuannya tidak wajar itu.
Mas Romi, kenapa kamu tega melakukan ini? Apa ini, jawaban mengapa kamu terus-terusan menunda pernikahan kita? Mas,kenapa kamu tidak jujur dengan ku? Apa karena wanita itu, sepupuku sendiri? Ya Tuhan, bagaimana ini? Seseorang yang aku sayangi, tinggal satu atap dengan ibunya juga. Tapi, mengapa dia mengkhianati kepercayaan ku? Apa kurangnya aku,Tuhan? Sejauh ini,aku selalu peduli dengan mereka dan memberikan tempat berteduh.Batin Mawar,terisak dalam tangisnya.
Langkah kakinya sangat berat memasuki halaman rumahnya itu,ada bekas ban mobil juga. Tiba di pintu rumah, tangannya enggan mengetuk.
Tok...Tok...
Mawar, beberapa kali mengetuk pintu dan terdengar suara kunci di putar seseorang di dalam.
Ceklekk...
"Astaga! Mawar! Sebentar,bibi ambilkan handuk. Bisa-bisanya kamu nak,main hujan-hujanan begini". Wanita yang sudah berkepala empat, segera mengambil handuk untuk keponakannya itu.
"Makasih,bi Leha.Maaf, aku merepotkan". Kata Mawar, mencoba untuk tersenyum.
"Mawar, kenapa kamu basah kuyup? Bibi,takut kamu sakit nanti. Kamu cepetan ganti pakaian,biar bibi buatkan teh hangat. Ayo! Kamu sudah kedinginan ini, bahkan badanmu menggigil". Bi Leha, tersenyum kecil.
Untuk apa aku berkata maaf? Sedangkan anak beliau saja, berani-beraninya mengambil calon suamiku.Batin Mawar, untuk saat ini bersabar sambil mencari-cari bukti kuat lainnya."Iya,bi. Dimana Sinta,bi?".
"Si-sinta...Ada di dalam kamar,nak. Kamu panggil sana,atau buka kamarnya sendiri. Cepetan kamu mandi,terus ganti pakaian". Bi Leha, tersenyum dan pergi ke arah dapur.
Apa jangan-jangan...Bi Leha,cuman berpura-pura baik dan perhatian sama aku? Mana mungkin juga, bibi tidak tahu apa-apa tentang semuanya. Bisa jadi, mereka memiliki ide licik di belakang ku. Intinya aku tidak boleh percaya lagi, harus berhati-hati kedepannya nanti.Batin Mawar, tersenyum tipis.
Masuk kedalam kamarnya,enggan mengetuk kamar sepupunya yang sudah merebut apa yang di miliki.
Selesai membersihkan diri, matanya tertuju pada meja ada teh hangat. Dia tidak meminumnya,akan tetapi langsung di buang. Entah kenapa, dirinya merasa takut meminum dari pemberian bibinya.
"Alhamdulillah, akhirnya gajian. Besok pagi ke bengkel mengambil motor,terus bayar perbaikan juga. Semoga jangan mahal-mahal amat,gajiku naik juga akhirnya. Jangan lupa buat di tabung untuk masa depan, sebagai pegangan diri sendiri". Mawar, tersenyum kecil. Akan tetapi, pintu kamar terbuka sedikit dan ada seseorang yang mengintip.
Mawar,merasa ada yang tidak beres.Menutup pintu kamarnya rapat-rapat,lalu menguncinya dari dalam. "Hmmmm... Aku tiba-tiba merasa tidak nyaman,yah? Aku harus waspada sekarang,setiap gajian uangku hilang dua lembar. Apa jangan-jangan.... Tidak,aku tidak boleh menuduh sembarangan tanpa bukti". Gumamnya pelan, menatap foto kedua orangtuanya itu.
Membuka lemari pakaiannya itu,lalu mengambil sertifikat tanah milik kedua orangtuanya. "Dimana aku menyimpan sertifikat tanah rumah ini? Tidak aman sih,aku letakan sembarangan tempat".
Jam dinding menunjukkan pukul tujuh malam, Mawar membantu bibinya menyiapkan makan malam seadanya.
Aku bodoh selama ini, bisa-bisanya tidak sadar diri atas sikap anaknya bibi.Belum lagi, anak bibi laki-laki yang seringkali bikin onar.Batin Mawar, mencoba untuk tenang menghadapi keluarga bibinya.
"Wah... Kebetulan sekali ini, aku datang dan lapar! Bu,masih belum masak juga? Ada kak Mawar, masaknya cepetan dong!". Pria itu, duduk di kursi sambil menunggu.
"Bastian, mendingan kamu bersih-bersih diri. Masa sih, kuliah sampai malam begini? Kamu jangan kebanyakan main segala,jangan sampai ikut pergaulan bebas!". Bi Leha, memarahi anaknya itu.
"Ibu,aku anak yang baik-baik. Mana mungkin juga, mengikuti langkah yang buruk.Ibu, tidak perlu khawatir soal itu. Nah... Kebetulan ada kak Sinta,aku minta uang buat jajan besok!". Bastian, langsung menadahkan tangannya ke arah kakaknya itu.
"Lho,uang yang dikasih sama kak Mawar sudah habis?". Tanya bi Leha, menatap tajam ke arah anaknya.
"Uang 100 ribu, cukup darimana? Jelas-jelas sudah habis,maaf". Kekehnya Bastian, mendorong-dorong kursi kakaknya -Sinta.
"Aku masih belum gajian, uangku tinggal sedikit!". Sinta, menepis tangan adiknya.
Aku yakin sekali,kak Sinta menunggu aku memberikan uang kepada adiknya. Dulu aku mau di bodohi, sekarang tidak akan pernah lagi. Cukup sudah di bodohi sikapnya itu,dia berani macam-macam di belakang ku.Batin Mawar, mengepalkan tangannya.
Sialan! Kenapa Mawar, tidak beraksi untuk memberikan uang kepada adikku.Batin Sinta,geram dengan sikap adiknya merengek-rengek.
"Ayo,kita makan sama-sama. Mawar, gimana motor kami sudah baik?". Tanya bi Leha, tersenyum.
"Hmmm.... Tidak tahu,bi. Besok mau ke bengkel mengambil motornya, semoga sudah baik seperti semula". Jawab Mawar, tersenyum kecil.
Hari ini, Mawar gajian 'kan? Sudah pasti dia akan kasih uang bulanan untuk ku, tidak sabar mencicil tas itu.Batin bi Leha, menikmati makan malam bersama.
Mata Mawar, tertuju pada cincin Sinta yang indah. "Kak Sinta, cincinnya bagus sekali".
Jangan sampai deh, ketahuan olehnya kalau cincin yang aku kenakan asli.Batinnya Sinta.
"Oh...Iya,baru beli.Tapi,beli punya teman cuman imitasi". Kekehnya pelan.
"Iya,mana mungkin Sinta membeli cincin asli uang darimana? Pekerjaan Sinta,cuman staf karyawan biasa". Sahut bi Leha, matanya mendelik tajam ke arah anaknya itu.
Aduhh... Kenapa aku lupa menyimpan tadi? Inilah aku kesenangan,lalu lupa segalanya.Batin Sinta, senyum-senyum sendiri.
Di sinilah Mawar, mengetahui sikap bibi aslinya kepadanya itu. "Bi,bekas ban mobil siapa di depan?".
Deg!
"An-anu...Mobil temannya Sinta, mengantarnya pulang tadi. Kamu tahu sendirilah,harinya hujan deras sore". Jawan bi Leha, langsung.
Baguslah,kalau ibu langsung menjawab dan beralasan segala.Untuk saat ini, belum waktunya hubungan kami diketahui olehnya itu.Batin Sinta,ada keraguan di wajahnya.
"Benar, temanku menawarkan tumpangan karena kasian sama aku".Sahutnya langsung.
Ck,ibu dan anak sama-sama berbohong kepadaku. Baiklah, kalau kalian yang mulai mencari gara-gara sama aku ini. Dasar tidak tahu diri, dikasih tumpangan malah ngelunjak.Batin Mawar, manggut-manggut mendengarnya.
"Mawar,Kamu kenapa tidak minta jemput dengan Romi sore tadi?Padahal harinya hujan, Romi pasti sudah pulang bekerja.Setidaknya kamu hubungi dia, biar tidak kehujanan dan menggigil". Kata bi Leha, tersenyum.
Gimana mau menjemput, Mawar? Calon suaminya itu,tengah bersamaku dan pasti menolaknya dengan beberapa alasan. Kasian sekali yah, kamu di duakan sama tunangan sendiri. Aku tidak akan pernah melepaskan Romi,dia memiliki pekerjaan bagus dengan CPNS.Jelas kehidupan aku terjamin nanti, setelah menikah dengan nya. Aku tidak peduli sama sekali, meskipun merebut milik sepupu.Batin Sinta, tersenyum smrik.
Dia tidak akan mau menjemput ku,bi. Calon suamiku sendiri, sudah bersama dengan Sinta dan pulang ke rumah ini. Bodohnya lagi,bibi seakan-akan tidak tahu apa-apa.Batin Mawar, berusaha untuk tenang. "Tidak apa-apa,bi. Aku takut merepotkan dia, apa lagi hujan". Jawabnya tersenyum.
"Lagian nih, kamu sebagai wanita jangan manja-manja sama calon suami. Takutnya sih, orang-orang pada menilai mu buruk". Sinta, tersenyum mengejek ke arah sepupunya.
"Dulu sampai sekarang ini.Aku tidak pernah manja dengan Romi, calon suamiku. Kedua orangtuanya suka dengan ku, bahkan memanjakan aku ketika main-main kesana. Aku tidak pernah juga, minta apapun karena tau sulitnya mencari uang". Ucap Mawar,sengaja menyindir sepupunya itu. Beranjak dari duduknya,lalu mencuci piring kotornya sendiri di wastafel. Setelah selesai, barulah meninggalkan meja makan tanpa memperdulikan lainnya.
"Sinta,mau kemana kamu? Bantuin ibu, bereskan semuanya dan cuci piring kotor ini. Gara-gara kamu ini, sudah menyinggung perasaannya dan pergi". Kata bi Leha, menatap tajam ke arah anaknya.
"Kenapa nyalahin aku,bu? Mawar aja,baperan orangnya. Rusak ini kuku-kuku akunya,bu. nyebelin banget tau!". Sinta, mengomel-ngomel sambil mencuci piring di wastafel.
Gawat ini,kalau Mawar marah-marah dan tidak mendapatkan uang bulanan. Biasanya kalau marah dengan anakku,Mawar masih ngasih aku uang. Kali ini,kenapa berbeda?.Batin bi Leha, sudah gelisah gusar.
Mawar, mengambil ponselnya dan ada beberapa pesan dari calon suaminya itu
[Sayang,aku kangen sama kamu].
[Hari minggu ini,ada arisan di rumah. Kamu aku jemput yah,bisa bantu-bantu calon ibu mertua. Hehehe... Sekalian nih,buat ngobatin rindu aku sama kamu. Kata ibu,mau bikin kue hari sabtu. Berharap sih,kamu datang karena resep buatan kamu enak]
Mawar, menyunggingkan senyumnya. Dulu senang sekali, kalau calon suaminya mengajak ke rumah dan bertemu dengan keluarganya juga.Tapi,kali ini perasaannya berbeda sudah.
[Aku tidak bisa, sayang. Teman kerjaku ada yang cuti, berarti aku tidak boleh cuti. Maaf,lain waktu saja].
Pertama kalinya, Mawar menolak ajakan calon suaminya itu. Entah kenapa,dia mencoba menghindari Romi mengingat pengakhirannya.
Romi, terus-terusan membujuk calon istrinya agar mau ke rumah. Begitu juga dengan Mawar,berusaha keras menolak dan mencari alasan yang kuat.
Mau tidak mau, Romi mengalah dengan calon istrinya itu.
********************************************
Pagi-pagi buta sekali,Mawar mencatat keperluan di dapur apa saja yang habis. Kali ini,dia yang belanja bulanan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.Tidak percaya lagi dengan bibinya itu, setelah mengetahui kebohongan yang ditutupi beliau.
Selesai dengan setelan kerjanya, langsung ke rumah mang Tohir penjual sayur dan ikan keliling.
"Mang,ini uangnya. Nanti kalau lewat rumah saya, langsung kasihkan ke bibi belanjaannya. Berapa ayam satu ekor,mang?". Tanya Mawar, tersenyum manis.
"Tumben sekali kamu yang belanja,neng? Total semuanya 40 ribu saja,ayam satu ekor ukuran sedang 50 ribu seperti biasanya". Jawab mang Tohir, langsung.
Deg!
Sudah aku duga,bibi berbohong kepadaku selama ini. Dia mengatakan ayam satu ekor ukuran sedang 65 ribu, kangkung dua ikat 7 ribu. Nyata-nyata dua ikat, cuman 5 ribu doang. Bahkan banyak lagi, barang-barang yang di mahali beliau.Batin Mawar, mengangguk pelan."Makasih, mang. Aku berangkat kerja dulu,mau ke bengkel ngambil motor".
"Iya, neng. Hati-hati di jalan yah,kamu jangan terlalu percaya dengan bibimu. Senang sih,kamu yang belanja bulanan sekarang. Mang Tohir, cuman memberi saran saja. Nanti belanjaan kamu,mamang kasih ke bibimu". Kata mang Tohir, langsung di acungkan jempol oleh Mawar.
Aku sengaja tidak membeli ayam,cuman beli ikan pindang dan ikan asin. Sayurnya kangkung tahu,tempe,bayam. Hari-hari menu seperti itu,biar mereka pada bosan dan beli dengan uang sendiri. Enak saja, mereka sudah menumpang di rumah dan menikmati semuanya. Balasannya apa coba, diam-diam menusukku di belakang.Batin Mawar, waktunya membalas perbuatan mereka.
Jarak bengkel lumayan jauh, beruntung ada anak tetangga yang lewat dan mengantarnya ke bengkel.
"Gimana motor saya,bang?". Tanya Mawar,kepada seorang pria. Tapi, matanya tertuju pada pria yang sibuk mengotak-atik motor lain. Menyipitkan bola matanya, melihat tato di tangan pria itu.
"Motornya sudah baik ini, sudah di coba tadi. Senang sekali,kalau ketemu wanita memperhatikan oli motor dan suka servis juga. Neng, merawat motornya dengan baik. Panggil aja, bang Thoriq". Kekehnya pelan.
"Mawar,bang. Senang sekali,ada bengkel di dekat sini. Biasanya motor saya, seringkali rusak dan tidak tau kenapa". Kata Mawar, tersenyum manis.
"Neng, sepertinya ada seseorang yang sengaja merusak motor kamu. Kami menemukan beberapa kejanggalan kemarin,ada tali kabel hampir terputus karena sengaja di gunting". Kata Thoriq.
Siapa lagi, kalau bukan Bastian yang bikin onar. Dia seringkali merusak motor ku ini,jangan sampai emosiku meledak sekali lagi melakukannya.Batin Mawar, sudah curiga siapa orangnya. "Benar,bang. Memang ada seseorang yang berbuat jahat sama saya, pernah kepergok dan di marahin. Nyatanya masih tetap,dia melakukan ini".
"Kamu yang sabar,yah. Tapi,jangan di biarkan begitu saja. Kasian kamu bolak-balik masuk bengkel,buang tenaga dan boros juga". Thoriq, cengengesan melihat wajah pria yang bertato itu
Glek!
Gila! Baru kali ini, melihat postur tubuh pria yang kekar dan berotot secara langsung. Sumpah! Badannya bagus banget, sixpack lagi dan menggiurkan.Batin Mawar, langsung menyadarkan diri karena berpikir aneh-aneh."Berapa bayarannya,bang?".
Thoriq, langsung mendekat pria itu."Bos, berapa?".
Mawar, terkejut mendengar dan bos-nya adalah pria itu. Jantungnya berdegup kencang,dimana pria tadi semakin mendekatinya.
"Ganti oli sama oli yang bagus,60 ribu. Tambal ban muka-belakang,20 ribu. Service full,20 ribu. Totalnya 100 ribu,mbak". Kata pria itu, membuat Mawar keheranan mendengarnya.
Masa murah banget,sih? Biasanya tambal ban 15 ribu,belum lagi service yang rusak. Baguslah, kalau bayarannya murah.Batin Mawar,ada rasa lega juga.
Sinta,kebingungan dengan meja makan kosong melompong.Biasanya tidak pernah seperti ini,menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
``Bu,tidak ada sarapan pagi?``.Tanyanya Sinta,memandang wajah ibunya.
``Mawar,tidak ada ngasih uang bulanan sama ibu.Gimana mau beli bahan makanan coba?Semuanya gara-gara kamu ini,menyinggung perasaannya tadi malam.Terus,pagi kita tidak ada makanan.Ibu,mau minta uang beli makanan dulu.Sebentar lagi,adikmu berangkat kuliah``.Ucap bi Leha,mau tidak mau Sinta mengeluarkan uang berwarna biru dari sakunya itu.
Bi Leha,langsung membeli nasi bungkus di depan yang tidak jauh.Ketika asik membeli makanan,tiba-tiba mang Tohir ada yang tengah berkeliling.
``Kebetulan ada bu Leha,ini titipannya neng Mawar``.Mang Tohir,memberikan satu kresek penuh kepadanya.
Oh...Jadi,Mawar sudah belanja dengan mang Tohir.Batin bi Leha,merasa tidak senang jadinya.``Makasih,mang``.
``Wahhh...Tumben sekali,Mawar yang belanja ikan sama sayuran?Pasti ada apa-apanya ini,iyakan ibu-ibu?``.Ibu-ibu lainnya menatap sinis ke arahnya.
``Kalian itu,jangan menuduh sembarangan segala.Aku dengan Mawar baik-baik saja.Permisi!``.Bi Leha,kesal dengan ejekkan ibu-ibu lainnya.Sudah pasti mereka langsung bergosip ria,ada marah juga dengan keponakannya itu.
Sesampai di rumah,bi Leha langsung menaruh belanjaan di dapur.``Benar-benar keterlaluan,Mawar!Dia sudah berbelanja sama mang Tohir,terus ngasih belanjaan sama ibu.Ibu-ibu lainnya itu,langsung menuduh macam-macam``.
``Ya sudah,bu.Mendingan marahin Mawar,sudah bikin onar dan malu.Cuman hal sepele begitu,dia ngambek dan marah``.Sinta,tersenyum kecil.
``Gak bisa,Sinta!Takutnya nih,Mawar malah ngusir kita.Terus,mau tinggal dimana kita ini?Kamu cepetan deh,nikah sama Romi dan minta rumah sekalian.Semakin cepat lebih bagus,bisa pindah dari sini``.Bi Leha,duduk lemas di kursi.
"Ibu, tidak semudah itu mengambil keputusan. Aku harus mengambil hati ibunya Romi,terus membuat beliau benci sama Mawar. Tau sendirilah, Tante Dwi dekat sekali dengan Mawar dan mendukung berat". Sahut Sinta, memikirkan bagaimana caranya Mawar berpisah dengan Romi.
"Iya,juga. Bu Dwi,dekat dengan Mawar dan memanjakannya". Bi Leha,bingung dan serba salah. "Apa lagi,kalau bu Dwi mengetahui hubungan anaknya dan Mawar di rusak sama kamu dan bertambah marah".
"Maka dari itu,kami harus waspada dan berhati-hati. Gimana caranya bu,biar Mawar ninggalin Romi? Biar Mawar,di salahkan oleh orang-orang lain juga". Sinta, memijit kepalanya.
"Nanti ibu pikirkan gimana caranya?". Bi Leha, tersenyum sumringah.
"Wahh..Enak nih, pagi-pagi sarapan nasi uduk dan ayam panggang. Begini nih, makanan yang enak dan lezat". Bastian, langsung duduk dan mengambil jatahnya itu."Bu,minta uang".
Sinta, menyodorkan selembar uang kepada adiknya. "Dihemat Bastian, uang segini di cukupi sampai beberapa hari".
"100 ribu,mau beli apa? Gak cukup kak,ngasih sejuta baru bisa beberapa hari". Bastian, menyunggingkan senyumnya.
"Benar-benar,yah! Masih untung aku kasih uang kalau tidak,gimana?". Sinta,kesal dengan adik bungsunya itu. "Mendingan kamu minta sana sama bapak mu,yang sombong itu!".
"Idihh... Bukannya bapak kak sinta,juga?". Bastian cengir kuda memandang wajah kakaknya itu.
Selesai makan bersama, Sinta dan Bastian pergi meninggalkan rumah Mawar.
Bi Leha, terperangah melihat belanjaan Mawar. "Apa-apaan ini,hah? Masa ikan pindang sama ikan asin? Sayurannya kangkung, tahu dan tempe? Astaga! Bisa kurus aku ini,kalau makannya beginian. Ini,nih,kenapa aku tidak suka Mawar yang belanja. Pokoknya aku protes sama dia,ogah masak juga!".
Tanpa membersihkan ikan maupun sayur. Langsung di masukkan ke dalam kulkas,makan siang baginya mudah karena ada uang simpanan hasil dari uang bulanan Mawar sebelumnya.
*********************************************
Mawar, bekerja di supermarket lumayanlah besar kota ini.Beruntung dia memiliki pekerjaan di sini, tidak terlalu berat juga.
Tidak menyangka juga, calon ibu mertuanya datang dan berbelanja bahan membuat kue.
"Kebetulan sekali kamu yang jaga,yah. Mawar, sabtu-minggu bisa datang kerumah?". Bu Dwi, tersenyum sumringah.
"Hmmm...Maaf,bu. Sepertinya aku tidak bisa, karena gantian cuti sama teman". Bukan alasan semata, memang benar dirinya tidak bisa ambil cuti.
"Siapa temannya kamu yang cuti,nak? Biar ibu, yang berbicara ganti sama kamu aja". Bu Dwi,terus memaksa kehendaknya.
Mawar, menatap lekat wajah temannya itu. Memohon kepadanya untuk membantu dirinya kali ini,hanya dengan kode tatapan saja. "Saya bu,tapi tidak bisa di ganti cutinya. Jauh lebih penting daripada Mawar,ada acara pernikahan kakak".
"Alahhhh..Cuman pernikahan kakakmu aja, palingan kamu bantu-bantu sebentar. Mawar,jauh lebih penting daripada kamu. Dia ini, bakalan jadi mantuku di rumah. Wajarlah kami sering bersama melakukan apapun, kebetulan ada acara arisan dan mau memperkenalkan calon menantu". Bu Dwi, menatap sinis ke arah temannya Mawar.
Kenapa kesannya seperti memaksa,yah? Apa bu Dwi,mau memanfaatkan kebaikan aku saja. Beliau seperti tidak memiliki perasaan sedikitpun,padahal Wulan jauh lebih penting.Batin Mawar,merasa tidak nyaman dengan temannya. "Bu,kasian Wulan dan pasti orang-orang mencari keberadaannya. Apa lagi,ini acara kakaknya yang menikah. Maaf,aku tidak bisa kali ini. Lain waktu saja,yah?".
"Ya sudah,kalau kamu tidak mau. Cepetan berapa punya saya ini,ribet amat!". Bu Dwi,kesal dengan penolakan calon menantunya itu.
Selesai dengan semuanya,bu Dwi langsung meninggalkan supermarket dan pasti mengadu kepada anaknya.
"Pasti beliau bakalan ngadu sama dengan calon suamimu, Mawar? Padahal kamu bisa cuti,masih banyak yang lain menggantikannya". Wulan, kebingungan dengan keinginan temannya itu.
"Gak papa beliau mau ngadu apapun,aku tidak masalah jika kami bertengkar". Jawab Mawar,mulai sekarang terbiasa dengan keadaan sekarang.
"Kamu gimana,sih? Padahal kalian sudah bertunangan lho, sebentar lagi bakalan menikah. Mawar,kamu jangan menyerah anggap ujian dalam hubungan kalian". Wulan,merasa kasian kepada temannya.
"Ujian? Kalau calon suaminya ketahuan selingkuh, bagaimana?". Mawar, berusaha menahan air matanya itu.
"Apa!". Wulan, menggeleng pelan mendengarnya. "Jadi...Dia selingkuhin kamu,War?".
Mawar,menyeka air matanya dan mengangguk pelan. Dia langsung melayani pembeli yang mau bayar, berusaha keras untuk mengontrol air matanya jangan berjatuhan di depan orang.
"Mawar,aku tidak menyangka dengan hubungan kalian. Bertunangan lebih satu tahun lho, belum lagi waktu pacaran. Kenapa Romi,tega menduakan kamu?". Wulan, mengelus lembut tangan temannya.
"Yah... Mungkin saja,dia sudah bosan sama aku. Maka dari itu,aku enggan menghubungi duluan maupun mengikuti kemauannya. Baru kali ini,aku menolak mentah-mentah ajakan calon ibu mertua ku. Aku masih tidak bisa berkata apa-apa, mengetahui kebenaran di belakang ku". Ucap Mawar, tersenyum kecil.
Ponselnya berdering tertera nama tunangan, langsung mengangkat panggilan telepon.
(Mawar,datang ke rumah sabtu-minggu atau hubungan kita berakhir)
Deg!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!