...Setelah surat perjanjian itu ditandatangani, Lola dibawa pergi oleh Nyonya Amelia dan Tuan Alberto menuju kediaman megah keluarga Bastian. Setibanya di sana, mereka turun dari mobil dan disambut dengan barisan pelayan yang berjejer rapi di depan pintu....
"Selamat datang kembali, Tuan dan Nyonya Besar. Selamat datang di kediaman Bastian, Nona Lola," sapa para pelayan serempak dengan nada hormat.
...Lola membalas sapaan itu dengan senyum tulus, namun ia tak luput memperhatikan beberapa pelayan yang menyambutnya dengan ramah, sementara yang lain menatapnya dengan tatapan sinis dan penuh curiga. Begitu mereka masuk ke dalam rumah, Bastian sudah menunggu mereka di ruang tengah yang luas dan mewah....
"Mama, Papa, kenapa kalian secepat ini?" Bastian memprotes, menatap Lola dengan jelas menunjukkan ketidaksukaannya. "Sudah kubilang aku akan menikah, tapi bukan dengan orang asing yang sama sekali tidak kukenal!"
...Mendengar protes Bastian, Nyonya Amelia menghela napas panjang. Ia sudah menduga putranya akan menolak, namun situasinya memang mendesak, dan Bastian sendiri belum menunjukkan tanda-tanda ingin menikah....
"Lalu, kapan kamu akan melakukannya, Bastian?" gerutu Nyonya Amelia, menatap tajam putranya yang keras kepala. "Kita butuh penerus keluarga! Jangan bilang kamu masih mengharapkan wanita itu?"
"Setidaknya aku mengenalnya dan mencintainya," Bastian mencibir, menunjuk Lola dengan tatapan merendahkan. "Daripada bersanding dengannya, lebih baik aku memelihara seekor anjing!"
"Cukup!" bentak Tuan Alberto, wajahnya memerah karena marah. "Apa kau buta, Bastian?! Wanita itu tidak pernah mempedulikanmu! Kenapa kau begitu keras kepala?!"
...Melihat suaminya mulai emosi, Nyonya Amelia dengan sigap mendekati Tuan Alberto dan mengusap lengan kekarnya, berusaha meredakan amarahnya. Lalu, ia menoleh dan menatap Bastian dengan tatapan dingin yang menusuk....
"Bastian, dengarkan Mama baik-baik," tekan Nyonya Amelia, suaranya dingin mengisyaratkan otoritas yang tak terbantahkan. "Mama hanya menerima satu menantu, dan itu adalah Lola. Jika Mama sampai mendengar kamu menyakitinya, jangan harap kamu bisa lolos dari Mama." Aura seorang istri ketua mafia terpancar jelas dari tatapannya.
"Cih!" desis Bastian geram, lalu berbalik dan pergi meninggalkan mereka di ruang tengah.
...Bastian tahu betul, percuma saja melawan ibunya jika sudah mengeluarkan aura seorang istri ketua mafia. Ayahnya yang disegani saja selalu tunduk padanya. Jadi, Bastian memilih untuk mundur dan pergi. Setelah Bastian menghilang dari pandangan, Nyonya Amelia menghampiri Lola....
"Nak," ucap Nyonya Amelia lembut, menatap Lola dengan tatapan penuh harap. "Bersabarlah. Bastian memang kasar, tapi percayalah, begitu hatinya terbuka, dia akan menghargai dan mencintaimu lebih dari siapapun."
"Iya, Tante... Lola akan berusaha sebaik mungkin," jawab Lola dengan senyum tulus, meskipun hatinya masih sedikit canggung.
"Jangan panggil Tante lagi, sayang. Mulai sekarang, panggil Mama. Kamu sudah menjadi istri Bastian," ujar Nyonya Amelia sambil tersenyum lembut dan mengelus rambut Lola dengan sayang.
"Iya, Ma... Mama," jawab Lola dengan sedikit gugup, namun berusaha tersenyum.
"Nah, begitu lebih baik didengar," kata Nyonya Amelia dengan senyum hangat.
...Setelah berbincang cukup lama, Nyonya Amelia dan Tuan Alberto berpamitan untuk pulang. Lola, yang masih diliputi kebingungan tentang apa yang harus ia lakukan selanjutnya, akhirnya memutuskan untuk berjalan menaiki tangga menuju kamar Bastian. Dengan jantung berdebar-debar, Lola berdiri di depan pintu kamar. Dengan tangan gemetar, ia perlahan membuka pintu dan hendak melangkah masuk ke dalam, namun......
Bruk!
"Kau tidur di kamar pelayan," sentak Bastian dengan nada jijik, matanya menatap Lola dengan dingin. "Aku tidak sudi kau mengotori kamarku dengan bau murahanmu yang mirip bau tempat sampah itu!" Ia kemudian melemparkan koper milik Lola yang baru saja dibawa masuk oleh para pelayan hingga terhempas ke lantai.
...Napas Lola tercekat. Ia mencengkeram erat dadanya yang terasa sesak. Hinaan dari ibu dan kakak tirinya sudah sering ia terima, namun kata-kata Bastian barusan terasa seperti sayatan pisau tajam di jantungnya. Air mata seketika menggenang di pelupuk matanya....
"Baiklah," ucap Lola pelan, menundukkan kepala. Dengan tangan gemetar, ia meraih kopernya, lalu berbalik dan meninggalkan kamar Bastian tanpa sepatah kata pun.
...Saat menuruni anak tangga, Lola melihat sekelompok pelayan sudah berkumpul di bawah, menatapnya dengan senyum sinis dan bisikan-bisikan penuh ejekan. Lola berusaha tidak menghiraukan mereka. Bagaimanapun, hinaan dan cibiran sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari hidupnya. Namun, kali ini, rasa sakitnya terasa lebih dalam....
"Aduh... kasihan sekali," sindir salah satu pelayan dengan nada dibuat-buat saat Lola melewatinya.
"Baru juga resmi jadi istri, sudah diusir dari kamar suami. Memalukan sekali!"
"Namanya juga istri dadakan," timpal pelayan yang lain dengan nada merendahkan. "Kalau cantik dan kaya sih... orang masih bisa mempertimbangkan. Ini sudah jelek, kusam, bau lagi! Cih! Dari jauh saja baunya sudah menyengat."
...Lola membeku di tempatnya, memunggungi mereka, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Dari kejauhan, kepala pelayan melihat kerumunan itu dan segera menghampiri mereka dengan langkah tegas....
"Kenapa kalian berkumpul di sini?! Apa kalian dibayar untuk bergosip dan menyindir?! Bubar kalian semua, sekarang!" bentak kepala pelayan dengan nada marah.
Setelah para pelayan itu membubarkan diri dengan cepat, kepala pelayan menghampiri Lola yang masih berdiri diam. Dengan tatapan lembut, ia bertanya, "Nona, apakah ada yang bisa saya bantu?"
Lola dengan cepat menyeka air mata yang hampir jatuh dan berbalik menghadap kepala pelayan. "Bi... saya ingin ke kamar saya, tapi saya tidak tahu kamar yang mana. Tuan Bastian bilang saya tidur di kamar pelayan," jawab Lola dengan suara serak.
Kasihan sekali nasibmu, Nak, batin kepala pelayan dengan rasa iba yang mendalam terhadap Lola.
"Sini, Bibi antar," tawar kepala pelayan sambil berjalan lebih dulu.
...Lola pun mengangguk kecil, lalu berjalan mengikuti kepala pelayan dari belakang. Sesampainya di depan sebuah pintu kamar, kepala pelayan membukanya. Lola mengintip ke dalam, menatap sekeliling ruangan itu. Kamar itu ternyata tidak jauh berbeda dengan kamarnya di mansion miliknya sendiri—sama-sama kecil dan sederhana. Sebuah kenyataan yang sedikit mengejutkan mengingat kemegahan rumah Bastian....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Nonenk Nonenk
Ada beberapa kata yg tdk lengkap hutufnya, kalaupun salah pengetikan tp ada kata yg terulang tp tetap kurang hurufnya...maaf
2025-02-14
0
Helen Nirawan
kasian nasib mu Lola , dah keluarga lu sinting semua , eh di kawin , malah di jdi in babu , apa beda ny ma di rmh ndiri ? 😓😓😓
2025-03-27
0
panty sari
pedas sekali bibir bastian dikata dia paling ganteng apa yah sabar ya lola
2024-12-27
0