...❣️❣️❣️...
...Pagi itu, Lola masih terlelap dalam tidurnya, terbuai oleh kehangatan selimut tipis, ketika tiba-tiba pintu kamarnya dibuka dengan paksa, berdebam keras, mengagetkan seluruh indranya. Lola yang terkejut langsung terbangun, duduk tegak di atas kasur, jantungnya berdebar kencang di dada, dan menatap nanar ke arah pintu. Ternyata yang masuk adalah Bastian, sosoknya menjulang tinggi dan diselimuti aura dingin....
"Bangun! Dan tanda tangan surat ini," perintah Bastian, suaranya datar dan tanpa emosi, menatap Lola dengan tatapan dingin yang menusuk, seolah tak ada kehangatan sedikit pun di matanya, sambil melempar selembar kertas dan pena tepat ke wajah Lola. Kertas itu melayang seperti daun kering, lalu mendarat di pipinya dengan sentuhan kasar.
...Lola memungut kertas itu, jemarinya sedikit gemetar, lalu membacanya. Walaupun dia hanya tamat sekolah SMP, Lola sangat mahir membaca. Wajah Lola langsung terlihat lesu, seolah semua darah mengalir pergi, setelah membaca kertas itu. Rasa sakit dan penerimaan yang pahit membanjiri dirinya. Dia pun mendongak menatap Bastian....
"Kak Bastian, Lola akan menandatanganinya," ujar Lola, suaranya pelan dan bergetar, lalu mengambil pena dan menandatanganinya dengan cepat, goresan pena pada kertas terasa dingin dan final. Kemudian, dia kembali memberikan kertas itu kepada Bastian.
"Dan satu lagi, kamu dilarang menyebut namaku di sini. Panggil aku Tuan, karena statusmu tidak beda jauh dari para pelayan yang berada di sini," tekan Bastian, suaranya penuh penghinaan, setiap kata terasa seperti cambuk.
"Ba-baik, Tuan," ucap Lola, suaranya nyaris berbisik, menundukkan kepala dalam-dalam sambil meremas kain seprei, jemarinya mencengkeram erat, menyalurkan rasa sakit yang tak terucapkan.
"Dan pakai kartu ini untuk pergi ke salon dan belanja baju yang layak dipakai, karena kamu akan berada di sini selama setahun. Aku tidak mau kamu berkeliaran di mansionku dengan wajah kusam dan bau badan yang sangat menjijikkan itu," hina Bastian, nada suaranya merendahkan, penuh celaan, melempar sebuah black card kepada Lola. Kartu itu melayang, berkilat hitam di udara, lalu jatuh di pangkuan Lola dengan suara klik pelan.
...Lola kembali menganggukkan kepala dengan pelan sambil menunduk takut. Kepalanya terasa berat, dan pandangannya hanya tertuju pada lantai dingin. Bastian menggeretakkan gigi, suara geretak giginya terdengar tajam, lalu keluar dari kamar Lola, langkah kakinya terdengar keras dan terburu-buru....
...Bukanlah Lola tidak tahu cara merawat diri, tapi di mansion miliknya, dia tidak diberikan uang untuk belanja, dan semua pakaian yang dia pakai adalah baju bekas mendiang sang ibu. Tidak seperti Sonia yang bebas berdandan menor, Lola bahkan bekerja seperti pembantu tanpa digaji....
"Aku pasti bisa," batin Lola, suara hatinya penuh tekad yang rapuh. "Setelah satu tahun dia menceraikanku, aku akan pergi jauh dari kota ini dan menjalani hidupku sendiri, menjauh dari mereka semua." Air mata menetes perlahan, membasahi pipinya yang dingin, namun tak ada suara isak tangis yang keluar, hanya keheningan yang menyakitkan.
...Saat sedang melamun, Lola mendengar suara langkah kaki masuk ke dalam kamarnya. Langkah kaki itu terdengar tergesa-gesa dan penuh amarah....
"Hei! Cepat ganti baju, Pak Supir sedang menunggumu di luar. Jangan membuat orang lain menunggumu, kau bukan nyonya besar di mansion ini!" bentak pelayan Bastian, suaranya menusuk, penuh ejekan.
"Ma-maaf, aku akan segera bersiap," imbuh Lola, terkesiap kaget, turun dari atas kasur dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi. Pintu kamar mandi tertutup dengan suara gedebuk pelan.
Setelah selesai mandi, Lola pun berjalan keluar dan masuk ke dalam mobil. Kursi mobil yang dingin terasa di bawahnya. Sang sopir membawa Lola ke salon. Tiga jam Lola melakukan perawatan dan akhirnya selesai. Kulitnya terasa lebih halus, dan rambutnya terasa lebih ringan. Kemudian, Lola kembali menuju ke mal untuk berbelanja baju dan skin care.
"Sepertinya ini sudah cukup," gumam Lola, suaranya lega, melihat barang belanjaannya yang kini memenuhi dua tas besar. Tangan dan lengannya sedikit pegal membawa semua itu.
...Lola pun bergegas keluar dari mal dan pulang. Setelah sampai di mansion, Lola turun dan berjalan masuk sambil membawa barang belanjaannya masuk ke dalam kamar, lalu mulai menatanya satu per satu sampai selesai. Setiap lipatan baju dan botol skin care ditempatkan dengan rapi, seolah menata kembali sedikit ketertiban dalam hidupnya....
"Hufff... akhirnya selesai," gumam Lola menghela napas lega, rasa puas bercampur lelah menyelimuti dirinya.
Brak!
...Lola kaget dan menoleh ke arah pintu, jantungnya berdegup kencang lagi. Terlihat pelayan yang tadi pagi masuk sambil membawa baju pelayan di tangannya dan melemparnya ke arah Lola. Kain kasar itu jatuh di lantai dengan suara gedebuk pelan....
"Pakai ini dan ikut kami bekerja!" bentak pelayan itu lagi, suaranya menusuk telinga, tanpa ampun.
...Lola memungut baju tersebut, bahan kainnya terasa kasar di jemarinya, dan mengangguk mengerti. Pelayan itu pun keluar dari kamar meninggalkan Lola. Lola segera mengganti baju dengan cepat, sentuhan kain yang kasar terasa asing di kulitnya, lalu menuju dapur, tapi dia malah dibawa ke halaman belakang bagian cuci baju....
"Cuci semua gorden dan kain ini, karena besok akan dipakai," perintah pelayan itu sambil menunjuk ke arah dua baskom besar yang berisi kain kotor. Bau apek dan lembap dari kain-kain itu tercium samar.
"Baik," jawab Lola singkat, suaranya pasrah.
Lola pun mulai mencuci semua gorden satu per satu sampai selesai, tangan dan lengannya terasa pegal dan perih akibat air sabun yang dingin, lalu menjemurnya di halaman belakang.
...Lola yang sedikit pendek kesusahan karena tali jemuran cukup tinggi. Jemarinya mencoba menggapai, berjinjit, namun tetap saja kesulitan. Saat sedang berusaha menarik tali jemuran, tiba-tiba ada seseorang datang membantunya, dan membuat Lola langsung kaget, sebuah sentuhan lembut di lengannya membuat bulu kuduknya berdiri....
"Maaf, Nona. Aku tadi tidak sengaja melihatmu kesusahan jadi aku membantumu, dan aku tidak bermaksud membuatmu kaget," ucap pria itu, suaranya lembut dan menenangkan, tersenyum ke arah Lola sambil menarik tali jemuran.
"Maaf, Tuan, dan terima kasih," tutur Lola sambil menundukkan kepala, rasa malu dan canggung menyelimutinya.
"Eh! Jangan panggil aku Tuan, panggil saja Mark. Aku adalah teman Bastian," kata Mark memperkenalkan diri, senyumnya ramah dan tulus.
"Terima kasih, Ma-Mark," tutur Lola lagi dengan gugup, pipinya sedikit memerah.
"Namamu siapa? Dan kamu pasti pelayan baru, ya? Karena ini pertama kalinya aku melihatmu di sini," ucap Mark antusias, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu.
"Na-namaku Lola, dan ya, aku baru saja bekerja di sini," elak Lola, suaranya sedikit tercekat, menjawab singkat.
"Kalau begitu selamat bekerja, aku masuk dulu, sampai ketemu lagi, Lola," ujar Mark berjalan pergi meninggalkan Lola, langkah kakinya terdengar ringan dan riang.
...Lola hanya mengangguk sambil tersenyum dan kembali bekerja. Rasa hangat dan sedikit harapan menyelinap di hatinya setelah percakapan singkat itu. Setelah selesai, Lola pun beristirahat sejenak di bawah pohon di halaman belakang mansion, bayangan pohon yang sejuk terasa membelai kulitnya, karena dia terlalu capek untuk berjalan masuk ke dalam kamarnya. Tubuhnya terasa berat dan lelah, namun pikirannya mulai sedikit jernih....
(Bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Helen Nirawan
najis lu , eh laki ato banci ? bs ny kasar ma cewe , mending lu jd banci aj ato klo jaman kerajaan kuno tuh blg ny kasim , cocok , kampret , sini lu gw rebus jg neh org , diihh😈😈😈
2025-03-27
1
febby fadila
ck... awas aja kamu sampai jatuh cinta sama lola... kuketok pala kau
2025-03-29
0
Evy
kalo Bastian sudah bucin...bisa dihajar itu pembantu kurang ajar....
2024-11-26
2