...❣️❣️❣️...
...Sebulan berlalu, namun bagi Lola, kehidupannya tetap terasa seperti roda yang berputar di tempat. Dia tetap bekerja seperti biasa, setiap hari dipenuhi rutinitas yang monoton dan melelahkan. Hari ini, Nyonya Amelia datang menjemputnya untuk menghadiri acara pesta yang diadakan oleh partner kerja Tuan Alberto....
...Nyonya Amelia menatap Lola dengan kekaguman yang semakin dalam, karena menantu pilihannya itu semakin cantik. Tubuhnya yang dulu kusam kini berubah menjadi putih bersih dan mulus, memancarkan aura yang berbeda, membuatnya tidak sabar untuk memamerkan Lola kepada ibu-ibu sosialita yang mempunyai menantu yang suka berdandan menor....
"Ayo, kita turun, sayang," ajak Nyonya Amelia, suaranya lembut dan bangga, setelah mereka tiba di gedung mewah tempat acara itu diadakan. Cahaya lampu kristal yang gemerlap menyilaukan mata Lola.
...Lola mengangguk lalu turun dan berjalan mengikuti Nyonya Amelia dan Tuan Alberto dari belakang. Saat masuk, semua mata langsung menatap ke arah mereka, bagai ribuan sorot lampu yang menghakiminya, yang membuat Lola langsung tidak percaya diri, dadanya terasa sesak. Tak lama, muncul Mark yang langsung menyapa mereka semua....
"Halo Tante, Om, dan kamu juga Lola," sapa Mark, suaranya ramah dan hangat, tersenyum manis kepada Lola. Senyumnya terasa seperti oasis di tengah gurun ketidaknyamanan Lola.
...Menyadari itu, Nyonya Amelia langsung menghadang pandangan Mark, matanya menajam....
"Simpan saja senyum jelekmu itu. Dan panggil dia Kakak Ipar, karena dia adalah menantuku, istri Bastian," tegurnya, suaranya penuh penekanan, menjelaskan status Lola kepada Mark.
Mark langsung membulatkan mata, ekspresi terkejut terlihat jelas di wajahnya. "Apa? Bukannya dia—"
...Mark tidak mampu melanjutkan perkataannya, karena dari belakang Lola menggelengkan kepala, pandangannya penuh permohonan agar Mark tidak memberitahu apa yang sudah terjadi di mansion, sedangkan Nyonya Amelia masih menunggu perkataan Mark, alisnya terangkat, penuh ketidaksabaran....
"Dia apa? Kalau bicara yang benar kamu," gerutu Nyonya Amelia menatap Mark dengan kesal, nada suaranya menunjukkan ketidaksenangan.
"Hahahaha! Tidak, Tante, a-aku hanya salah bicara saja, maaf," elak Mark sambil tertawa hambar, tawanya terdengar dipaksakan, berusaha menutupi kegugupannya.
"Sudah sayang, ayo kita pergi menyapa yang lain saja," ajak Tuan Alberto menarik lengan Nyonya Amelia. Suara musik latar yang lembut menemani langkah mereka.
...Nyonya Amelia mengangguk dan berjalan pergi sambil membawa Lola....
Mark menatap kepergian mereka dengan sejuta pertanyaan di benaknya. "Istri? Bukannya kemarin aku bertemu dengan dia... dia memakai baju pelayan dan mengaku sebagai pelayan. Ada yang tidak beres, aku harus bicara dengan Bastian," gumam Mark, pikirannya berputar mencari jawaban, kerutan muncul di dahinya.
...Acara pun dimulai. Nyonya Amelia memperkenalkan Lola kepada ibu-ibu sosialita dengan senang hati....
...Ada juga yang kagum dan suka kepada Lola, tatapan mata mereka ramah dan penuh pujian, namun ada juga yang tidak suka dan iri kepada Lola, bisikan-bisikan sinis terdengar samar di antara tawa. Tapi Nyonya Amelia malas tahu. Beberapa jam kemudian, acara selesai, mereka pun bubar. Dalam perjalanan pulang, tiba-tiba mobil mereka diikuti orang asing, sebuah firasat buruk menyelimuti Lola....
"Tuan, sepertinya mobil kita diikuti," lapor sang sopir, suaranya tegang dan waspada.
"Mereka mengira Bastian sedang di luar negeri jadi aku tidak bisa mengatasi mereka, cih! Terlalu berani," desis Tuan Alberto, nada suaranya penuh kemarahan dan sedikit cemas, sambil mengeluarkan senjata dari bawah jok kursi mobil belakang. Suara logam bergeser terdengar jelas di keheningan mobil.
...Lola yang sedang duduk di kursi depan ketakutan setengah mati saat melihat Tuan Alberto mengeluarkan senjata, jantungnya berdebar kencang, darah seolah berhenti mengalir. Dan melihat Nyonya Amelia yang sedang sibuk memasang senjata, gerakannya cepat dan terlatih, tanpa sedikit pun keraguan....
"Sayang, kamu pakai ini untuk berjaga-jaga," ucap Nyonya Amelia, suaranya tenang namun ada ketegasan yang mendalam, memberikan sebuah pistol kepada Lola. Pistol itu terasa dingin dan berat di telapak tangan Lola yang gemetar hebat.
...Lola pun menerima senjata tersebut dengan tangan yang gemetar hebat, dan tidak tahu apa yang harus dia lakukan dengan senjata itu. Tak lama, mobil mereka mulai dihujani peluru bertubi-tubi, suara tembakan memekakkan telinga, bagai hujan es di atas atap seng, beruntung kaca mobil mereka adalah kaca anti peluru, rasa lega sesaat menyelimuti Lola....
Cittttttttt! Cittttttttt!
...Sopir membanting setir untuk menghindari tembakan, ban mobil berdecit keras di aspal, tapi tetap saja tidak lolos dari musuh yang terus-terusan menembak mobil mereka....
"Bawa kami ke arah pantai," ucap Tuan Alberto kepada sang sopir, suaranya memerintah, penuh tekanan.
"Baik, Tuan."
Ciiittttttt!
...Sopir kembali membanting setir, menerobos lampu merah menuju ke arah pantai yang sepi, karena sudah jam 1 tengah malam. Musuh terus mengejar mereka dari belakang tanpa memberikan celah untuk mereka kabur. Nyonya Amelia yang marah langsung menurunkan kaca jendela mobil dan menembak mobil musuh menggunakan senjata (M249), suara letusan senapan otomatis yang memekakkan telinga memenuhi udara, bau mesiu tercium samar....
"Sayang, hati-hati," ucap Tuan Alberto sambil menarik ujung dress
Nyonya Amelia yang sedang sibuk membalas tembakan musuh, nada suaranya mengandung kekhawatiran yang mendalam.
...Lola menutup kedua telinga saat senjata mereka saling beradu tembak, suara tembakan yang tak henti-hentinya membuat kepalanya pening. Namun, karena mobil Tuan Alberto sudah mengalami rusak parah, akhirnya terbalik dan memutar di udara beberapa kali, sensasi terbalik yang memualkan perut, dunia berputar di mata Lola, dan akhirnya berhenti setelah menabrak pembatas jalan. Suara benturan yang keras menggedor telinga Lola, diikuti keheningan yang mencekam. Tuan Alberto dan Nyonya Amelia terluka parah, darah mulai merembes, membasahi kain jok, sedangkan sang sopir mati di tempat. Hanya Lola yang masih sedikit sadar, rasa pusing dan mual menggerogotinya, dan mencoba keluar dari mobil yang hampir terbakar itu, bau asap mulai tercium, menusuk hidung....
"Mama... Papa...," lirih Lola setelah sadar dan menatap sekitarnya, suaranya serak dan putus asa.
...Tak lama, ponsel Tuan Alberto berdering. Dengan susah payah, Lola meraih ponsel yang ada di saku Tuan Alberto, tangannya gemetar dan lengket oleh darah, lalu menjawab. Ternyata itu panggilan dari Mark....
"Ha-halo," suaranya bergetar hebat.
"Lola, kalian di mana? Jangan matikan panggilan, kami akan ke sana sekarang," perintah Mark lewat ponsel, nada suaranya mendesak dan khawatir.
...Lola tidak menjawab, karena dia melihat segerombolan orang berjalan ke arah mobil mereka dengan senjata lengkap, siluet mereka terlihat menakutkan di kegelapan malam, senapan di tangan mereka memantulkan cahaya samar. Lola berusaha meraih senjata (M249) dari tangan Nyonya Amelia, logam dingin terasa di tangannya, dan bersusah payah keluar dari dalam mobil dengan dress pesta yang berlumuran darah, setiap gerakan terasa nyeri, lalu menembak mereka semua secara membabi buta sambil menutup mata, suara tembakan bertalu-talu tak terkontrol....
"Sial! Masih ada yang hidup, cepat berlindung!" teriak salah satu musuh kepada yang lain, suaranya penuh kepanikan.
...Namun, dari arah belakang, Mark yang baru saja muncul langsung turun dari mobil dan mengeluarkan senjata, lalu mulai menembak mereka semua, suara tembakan Mark terdengar lebih terarah dan mematikan. Tak mau mati konyol, para musuh itu pun memilih kabur menyelamatkan hidup mereka masing-masing, langkah kaki mereka terdengar tergesa-gesa menjauh....
...Setelah semua musuh kabur, Mark pun menghampiri Lola yang sedang berdiri memegang senjata sambil menutup mata, tubuhnya gemetar tak terkendali....
"Lola, tenang ini aku Mark, turunkan senjatamu, mereka semua sudah pergi," ucap Mark, suaranya lembut dan menenangkan, perlahan mendekati Lola.
...Lola membuka mata dengan perlahan setelah mendengar suara Mark. Pandangannya masih sedikit kabur oleh air mata. Lola langsung menangis, isak tangisnya pecah, tak tertahankan, dan melempar senjata ke atas aspal, suara benturan logam terdengar nyaring....
"Mark... Mama dan Papa, mereka—" Tangis Lola langsung pecah lalu pingsan, tubuhnya limbung dalam pelukan Mark.
"Kalian! Cepat keluarkan Tante dan Omku dari dalam mobil!" perintah Mark, suaranya lantang penuh kekhawatiran, meraih tubuh Lola dan menggendongnya masuk ke dalam mobil. Lola terasa ringan dalam pelukannya.
...Dengan cepat, para anak buah Mark mengeluarkan tubuh Tuan Alberto dan Nyonya Amelia dengan hati-hati dari dalam mobil, mereka bergerak sigap dan cekatan, lalu mereka semua langsung menuju ke rumah sakit. Tuan Alberto, Nyonya Amelia, dan Lola pun langsung ditangani oleh dokter....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
febby fadila
kaget dan shok tentunya lola..
2025-03-29
0
ira
Lola kmu hrs latihan bela diri jg
2024-09-01
3
Rianti Dumai
latih loala biar jadi kuat Thor,,,
2024-07-19
2