Dengan hati yang berdetak kencang dan rasa takut Tiara perlahan-lahan berjalan ke arah pintu masuk kantor kepala sekolah.
Ketika Tiara akan mengetuk pintu kantor kepala sekolah tiba-tiba saja ada seorang murid perempuan mengajak Tiara berbicara. Dengan nada sombong nya gadis itu berkata, "Ya ampun Tiara. Lama tidak bertemu. Tidak aku sangka gadis jelek seperti mu bisa lolos masuk ke akademi ini ternyata."
Teman-teman gadis yang disamping gadis itu tampak nya mereka senang menertawai keberadaan Tiara, tokoh utama kita.
Si gadis berambut biru menganggukkan kepalanya, dengan angkuhnya ia menertawai Tiara, "Ya ya... kamu benar sekali. Gadis seperti nya memang tidak pantas masuk ke akademi kita yang suci ini, Helen."
Helena Raynaline Putri, sepupu dari tokoh utama perempuan kita. Rambut coklat ikal, mata berwarna Hijau muda cerah itu ia sedang tersenyum licik menertawakan Tiara.
''Sudahlah Tarah, gadis miskin itu pasti sudah jerah. Lihat itu, dia keringat dingin dan gemetar ketakutan melihat kita, hahaha!''
Dasar Helene licik, apa dia masih kurang telah menghancurkan keluarga ku...?, pikir Tiara.
Lihat saja nanti, kali ini aku tidak akan tinggal diam saja!. pikir Tiara.
''Oh nona Helena yang anggun jelita, tolong ampuni hamba kali ini saja...'' kata Tiara dengan nada kerasnya.
Setelah berpura-pura akting sedih tiara tersenyum licik dan mengejek helena dengan menjulurkan lidahnya, dengan nada keras Tiara berteriak, ''Ah, nona Helena. Ampuni saya... Di akademi kekerasan dilarang nona''
Helena dan ketiga teman perempuannya terkejut dan tersentak melihat kepawaian Tiara.
Tidak lama kemudian ajudan Setya yang saat ini sedang bekerja sebagai wakil kepala akademi sekolah keluar dari pintu kantor ruang kepala akademi, ''Ada apa ini, ada keributan apa ini?'' tanya nya.
''Cih, kali ini kau lolos tiara. Tapi lihat saja nanti, akan ku beri pelajaran kau!'' ujar Helena
Helena dan ketiga teman perempuannya itu lari dari hadapan Tiara. Setelah Helena dan ketiga temannya itu pergi menjauhi Tiara, Tiara menghela nafas lega kemudian ia tertawa terbahak-bahak, ''Rasain, mampus kau. Tidak sia-sia aku dulu mengikuti kelas akting.'' gumamnya.
Ajudan setya berdeham keras, ''Nona Tiara. Saya mohon jaga sikap sopan santun anda di akademi ini.''
''Baik, kak Ajudan.'' jawaban Tiara.
"Bukan kak ajudan, tapi pak wakil kepala akademi sekolah, nona Tiara."
Ajudan Setya bertanya, "Jadi, apakah anda bisa menjelaskan penyebab keributan tadi nona Tiara?"
Tiara menjelaskan dengan suara yang masih agak gemetar, "Mereka, Helena dan teman-temannya, mencemooh dan mengancam saya, Pak Wakil Kepala. Mereka menganggap saya tidak pantas berada di sini dan berusaha membuat saya takut."
Ajudan Setya mengangguk serius, "Saya akan menangani masalah ini. Terima kasih telah memberi tahu saya, Nona Tiara. Silakan masuk ke dalam, kepala sekolah akan segera menyambut Anda."
Tiara masuk ke dalam kantor kepala akademi sekolah, namun ketika ia memasuki kantor ia terkejut melihat raut ekspresi wajah paman Dirga kepala akademi sekolah ini.
Paman Dirga mengernyit kan alis nya ke atas, beliau seperti nya tampak terlihat marah kepada Tiara, "Lamban!."
"Maafkan aku, paman." ucap nya.
Paman Dirga mengetuk meja dengan jarinya sebanyak ketiga kali, "Tiara, dengarkan baik-baik perkataan paman ini. Untuk kali ini saja paman memaafkan kamu, tapi jika lain kali kamu terlambat lagi, tidak ada kata maaf untuk mu Tiara."
Tiara mengangguk mengerti, "Baik paman Dirga, Tiara mengerti." jawabnya.
"Oh iya, ada satu hal lagi yang harus paman sampai kan kepada mu Tiara." katanya.
Tiara bingung, ia bertanya, "Apa itu paman Dirga?" tanya nya.
"Minggu depan pertunangan mu dengan Leon anak paman akan di umumkan disini, jadi persiapkan lah mental mu itu nak. Inilah waktunya kamu menepati janji mu nak." kata paman Dirga.
Tiara mengangguk mengerti, "Baiklah paman Dirga, aku mengerti." jawabnya.
Sementara itu di sisi lain, Leon di ruang OSIS sedang merapikan dokumen, "Aku harap Tiara betah sekolah disini. Aku sudah lama sekali tidak berjumpa dengan nya semenjak aku pindah sekolah dari luar negeri." pikirnya dengan senyuman tipis nya itu.
Setelah Tiara menemui paman Dirga di ruang kantor kepala akademi sekolah ia pun kembali ke ruang kelasnya.
Tiara duduk di tempat duduknya dan menghela nafas lega, "Akhirnya...." gumamnya.
Kemudian ada seorang gadis SMA berambut biru dan murid laki-laki berambut coklat dari kelasnya mengajak Tiara mengobrol, "Hai, aku Sarah dan ini saudara kembar ku Tiko."
"Hei, hebat sekali kamu bisa mengalahkan si helen dan gengnya itu, aku kagum sama kamu." ujar Tiko.
Tiara bingung, "Maksud nya apa ya?" tanya Tiara.
Sarah menjawab, "Kami melihat bagaimana kamu menangani situasi tadi dengan sangat berani. Helena dan gengnya biasanya membuat masalah di sekolah, tapi kamu berhasil membuat mereka mundur. Kami berdua cukup terkesan."
Tiko menambahkan, "Kami pikir kamu pantas mendapat penghargaan untuk itu. Tidak banyak orang yang bisa menghadapi mereka dengan kepala tegak seperti yang kamu lakukan."
Tiara tersenyum, merasa lega bahwa ada orang-orang yang menghargai tindakannya. "Terima kasih, Sarah dan Tiko. Aku hanya ingin menjaga diri sendiri dan menghindari masalah, tapi terima kasih atas dukungannya."
Sarah tersenyum, "Tidak perlu berterima kasih. Kami hanya senang melihat seseorang berani berdiri untuk dirinya sendiri. Jadi, apakah kamu ingin bergabung bersama kami untuk makan siang?"
Tiara merasa senang mendapat tawaran tersebut, "Tentu, aku akan senang bergabung dengan kalian."
Mereka berangkat bersama ke kantin untuk makan siang dan memulai persahabatan baru mereka.
Sesampainya di kantin mereka bertiga duduk di kursi kantin sekolah yang sudah disiapkan.
Ketika membuka kotak bekal Tiara terkejut melihat isi kotak bekal kedua teman baru nya itu, "Ada apa, kenapa tidak makan?" tanya Sarah.
"Oh. Itu, isi bekal kalian luar biasa sekali. Ada daging bakar iga sapi. itu pasti mahal kan?" tanya Tiara.
"Kami beruntung memiliki orang tua yang memanjakan kami," jawab Tiko sambil tersenyum. "Mereka selalu ingin memastikan kami mendapatkan makanan yang baik dan bergizi di sekolah."
Sarah menambahkan, "Tapi jangan khawatir, Tiara. Kami senang berbagi. Silakan ambil sebagian jika kamu mau."
Tiara tersenyum, "Terima kasih, tapi aku sudah membawa bekal sendiri. Tidak apa-apa, aku sudah biasa dengan makanan sederhana."
Mereka pun menghabiskan waktu makan siang sambil berbincang-bincang, dan Tiara merasa senang memiliki teman-teman baru yang ramah seperti Sarah dan Tiko.
Tidak lama kemudian Helen dan gengnya datang ke kantin, Helen melirik isi bekal Tiara lalu tersenyum licik, "Ya ampun, apa ini. Kenapa gadis miskin ini masih tetap disini ya."
Tiara kesal, matanya melotot ke Helen. "Hei, memang nya kenapa kalau aku masih disini hah?!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments