Mereka berdiskusi panjang tentang persiapan yang diperlukan untuk Tiara menghadiri Heaven Hive High School. Setya memberikan informasi detail tentang jadwal, tata tertib, dan hal-hal penting lainnya yang perlu diketahui oleh Tiara.Tiara dengan cermat mencatat setiap informasi yang diberikan oleh Setya, mencoba mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk masuk ke lingkungan baru itu. Meskipun hatinya masih gelisah, Tiara berusaha untuk tetap tenang dan fokus pada apa yang perlu dilakukan.
Setelah pembicaraan selesai, Setya memberikan kontaknya kepada Tiara dan menawarkan bantuan jika ada yang diperlukan."Jangan ragu untuk menghubungi saya jika Anda membutuhkan bantuan apa pun, Nona Tiara. Kami siap membantu Anda."
Tiara tersenyum mengucapkan terima kasih, "Saya sangat berterima kasih atas bantuan Anda, Pak Setya. Saya akan berusaha sebaik mungkin."Setelah Setya pergi, Tiara kembali duduk sendiri di ruang tamu, merenungkan segala hal yang telah terjadi. Meskipun masih penuh tantangan, Tiara merasa sedikit lega karena ada seseorang yang bersedia membantu dalam perjalanannya ke sekolah baru itu.Dengan tekad yang kuat, Tiara memutuskan untuk menghadapi masa depannya dengan penuh semangat dan keyakinan bahwa dia akan mampu mengatasi semua rintangan yang akan dihadapinya.
Setelah berdiskusi dengan tuan Setya ajudan paman Dirga perihal perjodohannya dengan Leon, Tiara menghabiskan waktu tiga jam di dalam kamarnya untuk membaca dokumen perjodohannya dengan Leon putra bungsu sahabat ayahnya.
Kulitnya yang berwarna kuning langsat, mata berwarna ungu muda, dan juga rambut ungu panjang itu tampak cantik dan cerah seakan-akan ia seperti tuan putri dari sebuah kerajaan. Tapi sebagai calon menantu dari keluarga kaya Tiara tahu betul betapa beratnya beban itu karena perjodohan ini terpaksa ia terima demi memperbaiki ekonomi keluarganya.
Raut wajah Ririana ibu dari Tiara tampak terlihat khawatir akan keadaan yang sedang dialami oleh putrinya saat ini, dengan tenang beliau duduk di samping Tiara kemudian bertanya, ''Tiara. Apa kamu yakin dengan keputusan mu ini anakku?''
Tiara menganggukkan kepalanya, "Ya ibu. Tiara serius." jawabnya.
Ririana menatap Tiara dengan penuh kasih, merasakan beratnya tanggung jawab yang harus dipikul oleh putrinya. "Kamu tahu, Tiara, ibu selalu ada untukmu. Apapun yang terjadi, kita akan hadapi bersama-sama," ucapnya penuh keyakinan. Tiara tersenyum lega, merasakan dukungan yang begitu besar dari ibunya. Sesuatu yang membuatnya semakin yakin untuk menghadapi masa depannya dengan tegar.
Tiara tersentuh oleh kata-kata ibunya dan menggenggam erat tangan Ririana. "Terima kasih, ibu. Tiara akan berusaha semaksimal mungkin untuk membuatmu bangga," ucapnya tulus. Ririana tersenyum bangga melihat keteguhan hati putrinya. Mereka berdua saling bertatapan, penuh cinta dan kepercayaan satu sama lain, siap menghadapi segala rintangan yang ada di depan mereka.
Tiara tersenyum lega, ''Terima kasih ibu.'' ucapnya. Di dalam rumah keluarganya mereka berlima berkumpul, dengan tabah dan kuat hati Tiara menjalani hidupnya.
''Tiara, kalau kamu ada apa-apa yang ingin kamu sampaikan pada kami kamu bilang saja ya, jangan kamu pendam sendiri adik kecil. Insyaallah ayah, ibu atau para kakak laki-laki mu ini pasti akan berusaha membantu mu''. tuntut kak Daniel
pagi pun telah tiba hari ini adalah hari pertama Tiara masuk ke akademi Heaven ahaive High school atas permintaan paman Dirga calon mertua Tiara.
Dengan langkah terburu-buru Tiara berlari menuju ke akademi, '' Aduh, kok bisa aku terlambat begini sih....'' keluhnya
Ya'ampun, sepertinya Tiara tokoh utama kita hari ini sedang datang terlambat ke akademi. Apa Tiara bangun kesiangan?
Dilain sisi paman Dirga dan para murid akademi Heaven Hive High School sedang berkumpul di depan pintu akademi untuk menyambut tahun ajaran baru.
Sebelum pelajaran dimulai semua murid akademi diwajibkan untuk berdansa satu sama lain untuk menjalankan tradisi akademi menyambut tahun baru di musim semi ini.
Disaat hampir semua murid akademi berdansa, Leon, tokoh utama pria kita ini tampak nya sedang kebingungan, ''Kenapa Tiara belum datang juga ya, apa dia bangun kesiangan??''
Meskipun raut wajah Leon datar tanpa ekspresi seperti itu, aku tahu betul kalau saat ini ia pasti kebingungan karena hanya dia saja yang saat ini tidak berdansa sedangkan yang lain saat ini sedang berdansa. Leon memandangi pintu masuk gerbang akademi dengan harap-harap cemas, mencari-cari tanda kedatangan Tiara. Hatinya berdebar-debar, khawatir Tiara benar-benar terlambat atau bahkan tidak datang sama sekali.
Dengan nafas terengah-engah tiara memasuki pintu gerbang akademi, ''paman Dirga..., maafkan saya datang terlambat.'' ucapnya.
Semua murid akademi terkejut melihat dan mendengarkan Tiara memanggil kepala akademi dengan nama bukan dengan gelar. Semua murid akademi berbisik-bisik setelah melihat sikap ketidak sopanan Tiara kepada paman Dirga yang saat ini sedang bekerja sebagai kepala akademi sekolah.
Saat Tiara memasuki gerbang akademi, pandangan Leon langsung tertuju padanya. Dengan lega, ia melihat Tiara akhirnya tiba meskipun terlambat. Namun, kelegaannya segera berubah menjadi kekhawatiran saat ia melihat reaksi Tiara yang tidak sopan terhadap Paman Dirga, kepala akademi. Leon langsung merasa gelisah karena tahu konsekuensi dari sikap tersebut bisa sangat serius bagi Tiara.
kak Erina berdebat dalam hatinya antara ingin membantu Tiara atau membiarkannya menghadapi konsekuensi dari perilakunya sendiri.
Namun, kecemasannya terhadap nasib Tiara akhirnya mengalahkan keraguan.
Dengan langkah mantap, kak Erina mendekati Tiara setelah berpisah dari kerumunan murid yang masih mencibir."Dengar, Tiara," bisik kak Erina, mencoba menarik perhatiannya tanpa menarik perhatian orang lain. "Kamu mungkin tidak menyadarinya, tapi sikapmu tadi bisa berdampak buruk. Aku tahu kamu punya alasan, tapi kita harus segera menemui pak kepala sekolah dan menjelaskannya."
Tiara menatap kak Erina dengan ekspresi campuran antara kebingungan dan ketakutan. "Tapi... tapi apa yang harus aku katakan?" gumamnya khawatir.
"Katakan yang sebenarnya," sahut kak Erina dengan mantap. "Jujurlah. Pak kepala akademi pasti akan mengerti jika kamu berbicara jujur."
Dengan hati yang berdebar, Tiara mengikuti langkah kaki kak Erina menuju kantor Paman Dirga. Mereka berdua sama-sama berharap bahwa semuanya akan berakhir baik-baik saja.
Setelah acara dansa sekolah berakhir kacau Tiara dan kak Erina bergegas pergi ke kantor kepala sekolah.
Dengan raut wajah yang bahagia kak Erina menemani Tiara berkeliling akademi sekolah.
Saat hampir saja mereka berdua sampai di depan pintu kantor kepala sekolah tiba-tiba saja ada seorang murid laki-laki akademi memanggil kak Erina. "Erina, adikmu meminta mu untuk segera ke ruang OSIS!" teriak murid itu.
"Maafkan aku Tiara, sepertinya aku tidak bisa menemani mu pergi ke kantor kepala sekolah. Soalnya ada urusan yang harus aku selesai kan hari ini." ucap kak Erina dengan wajah murung nya yang terlihat datar tanpa ekspresi itu.
Melihat sikap kak Erina, Tiara tertawa kecil tipis, "Mirip Leon dulu waktu kecil." batinnya.
Tiara terkejut sejenak, "Eh, tunggu. Apa?!" tanyanya.
Dengan cepat kak Erina berlari ke arah tempat temannya memanggil. "Maaf, Tiara!" teriak kak Erina.
Tiara terkejut, mulutnya menganga lebar. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan saat ini?
Apa Yang Sedang Terjadi?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments