Puri, Nita, Lola sudah terlelap dengan nyenyak. Seharian berjalan kaki dan kurangnya asupan makanan membuat mereka kelelahan. Lola yang sudah terlanjur percaya begitu saja dengan Ore tidak memiliki kewaspadaan saat ini. Ia tidur dengan nyaknya dan tenang tanpa takut terjadi hal yang tidak terduga.
Tanpa mereka sadari, sebuah cahaya putih mendekati mereka dan membungkus.
Pagi hari
Hari sudah pagi, tapi tidak ada cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah itu karena banyaknya pepohonan dan juga rumput yang menjalar mengelilingi rumah pohon.
"ARKHHHH...." teriakan Puri membangunkan Nita, Lola yang masih tidur. Mereka bangun dengan keadaan kaget dan langsung duduk.
"Arkhh.." teriak Nita
"Arkhh.." teriak Lola.
Mereka berteriak bergantian karena melihat wajah sahabat-sahabatnya.
"Lola, Puri, Nita" ucap mereka bersamaan menyebutkan nama sahabatnya.
"Kenapa kalian berubah?" pertanyaan yang sama mereka lontarkan.
"Kamu juga" jawab mereka bersamaan pula. Mereka tidak menyadari jika mereka sama-sama berubah.
Nita yang pakaian berubah menjadi warna hijau dengan kalung bemata biru melingkar di lehernya. Sebuah bando berbentuk tumbuhan menjalar di atas kepalanya.
"Apa itu rumput?" tanya Puri seraya menyentuh bando Nita.
"Bukan. Woahh..dari mana kau mendapatkannya? kalungmu juga cantik sekali" Puri takjub melihatnya.
"Mana aku tahu. Aku saja baru bangun"
"Bandomj juga cantik. Sangat kontraks dengan rambutmu" Nita mengusap rambut Puri berubah warna jadi ungu.
"Sungguh. Aku memang cantik. Baju ini juga sangat bagus. Entah bagaimana caranya semua ini menempel di tubuhku, tapi aku sangat suka" Puri berputar dengan gembira. Ia yang selalu ceria sangat cocok dengan bando dan warna rambutnya yang cerah.
"Kenapa kamu tidak punya bando Lola?" tanya Puri ketika melihat kepala Lola tidak terjadi apapun.
Hanya rambut dan bajunya yang berubah warna putih. Rambut yang di kepang dua mengelilingi lingkaran kepalanya. Ada juga yang menjuntai kebawah sebelah kiri, tapi tidak semua rambutnya terkepang.
"Tapi aku juga suka. Kamu terlihat sangat cantik Lola" puji Puri
"Apa tidak seperti nenek-nenek yang sudah ubanan?" Lola melihat ujung rambutnya.
"Tidak, itu sangat cocok denganmu"
"Apa yang sebenarnya terjadi?" Lola masih bingung dengan yang terjadi pada mereka. Nita, Puri mengangkat bahunya.
Lola merasa aneh pada tubuhnya, ia memejamkan matanya dan Ore muncul di pikirannya.
"Kalian di beri kepercayaan untuk membantu orang-orang di sini" ucap Ore.
"Kami disini hanya tersesat. Kami tidak ingin terlibat apapun dengan negeri ini"
"Kalian menjadi wanita terpilih, kalian harus menyelesaikan tugas yang di berikan. Aku sudah membantumu, kini waktunya kalian mengabulkan permintaan ku"
"Mana bisa seperti itu. Kau yang menawarkan bantuan pada kami. Aku tidak mau menurutimu. Kami mau pulang, tempat kami bukan di sini"
"Kalian tidak akan bisa keluar dari sini"
Ore meninggalkan Lola dari bayang-bayangnya. Lola tersadar dan membuka matanya menatap sahabatnya yang menatapnya aneh.
"Kau masih mengantuk Lola?" tanya Puri melihat Lola memejamkan matanya sambil duduk.
Lola hanya diam menatap sahabatnya dengan pandangan bimbang dan bingung.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Lola. Ia menunduk.
"Kita lanjut cari jalan pulang" ucap Nita.
"Tapi kita sudah berubah. Kita terikat di sini"
"Apa!! bagaimana bisa?"
"Aku juga tidak tahu. Jika ingin keluar dari sini kita harus menyelesaikan misi"
"Misi? misi apa itu?" tanya Nita
"Aku tidak tahu. Kita harus mencarinya sendiri"
"Bagaimana mencarinya. Arkhhh...ini benar-benar gila" Nita mengacak rambutnya ingin melepaskan bando di kepalanya tapi tak bisa.
"Kenapa ini juga tidak bisa terlepas?" Nita menarik bandonya dengan keras tapi tidak bisa.
"Tempat ini serem. Kita harus keluar" Puri berlari keluar dari rumah pohon itu. Ia merasa merinding. Di ikuti Nita, Lola di belakang.
"Aku jadi lapar" Puri memegang perutnya yang berbunyi.
"Masih ada sisa makanan kemarin kan?" tanya Lola. Puri mengangguk.
Mereka duduk di rerumputan memakan sisa cemilan mereka kemarin. Setelah habis mereka berjalan kembali. Mengikuti langkah kaki mereka yang entah akan berakhir di mana.
Melihat tumbuhan di sekitar mereka yang terlihat berbeda dari negeri mereka.
"Wooh.... bunga ini layu?" Puri mendekati salah satu bunga yang tiba-tiba menunduk. Ia menyentuhnya dan menegakkan kembali.
"Hah... bunganya tegak kembali" Puri takjub. Saat ia melewati bunga tadi, bunganya tiba-tiba menunduk, saat ia menyentuhnya bunganya kembali tegak.
"Jangan di sentuh Puri" Nita menarik Puri untuk menjauh.
"Memang kenapa? apa itu beracun?"
"Bisa saja itu bukan bunga, tapi iblis"
"Memangnya iblis bisa berubah jadi bunga. Setahuku iblis hanya berubah jadi hewan atau manusia"
"Ya...bisa saja. Tempat ini kan aneh"
"Hiiiii...." Puri berlari menjauh ketika mengingat dirinya berada di negeri aneh.
Mereka kembali berjalan, hingga siang hari mereka mulai merasa lapar.
"Aku laper banget. Aku juga haus. Aku gak sanggup jalan lagi" Puri mengeluh.
"Makanan kita sudah habis" ucap Nita.
Mereka bingung. Mereka juga sangat lapar dan haus. Tidak ada air ataupun makanan yang bisa mereka makan di sana.
"Eh...itu buah" Puri menunjuk pohon di depan mereka yang kira-kira jaraknya 5 meter di depan.
Puri berlari mendekatinya. Nita, Lola kaget melihat Puri berlari. Mereka meneriaki Puri untuk tidak mendekati pohon itu tapi Puri seolah tuli dan berdiri di bawah pohon buah tersebut.
Nita, Lola sangat takut terjadi sesuatu pada sahabatnya. Dengan tingkahnya yang tanpa pikir-pikir langsung pergi begitu saja tanpa takut.
Lola yang takut dan waspada sebab ia berfikir Ore mungkin selalu mengikutinya dan sengaja membiarkan mereka agar tidak bisa pulang ke negeri mereka.
Puri menatap buah itu takjub. Ia memetiknya dan langsung memakannya. Hal itu membuat Lola berteriak dan berlari menghampirinya lalu merampas buah itu kemudian membuangnya.
"PURI!! jangan makan sembarangan" Lola menatap Puri tajam yang cemberut melihat buahnya di buang.
"Kenapa di buang?" Puri menatap Lola sedih.
"Apa kamu tidak bisa belajar dari apa yang terjadi pada kita. Kita tersesat di hutan aneh dan ini bukan negeri kita. Kamu lupa, tubuh kota tiba-tiba berubah dalam semalam entah bagaimana caranya. Apa kamu tidak takut nantinya kita tidak bisa keluar dari sini dan terjebak selamanya?" Lola marah-marah. Ia sungguh tidak habis fikir dengan pikiran Puri yang tidak berfikir sebelum bertindak.
"Benar yang Lola bilang. Bagaimana jika buah itu beracun? di sini tidak ada rumah sakit, Puri" ucap Puri
"Aku lapar sekali, hikss..." Puri menunduk dan menangis.
"Aku tahu. Kita pun sama Puri, tapi perhatikan dulu sebelum kamu memakannya" Lola berbicara pelan kali ini.
"Bagaimana caranya kita tahu buah itu beracun?" tanya Puri.
Lola tidak menjawab. Ia mengambil sisa buah yang Puri makan dan memperhatikannya. Namun pandangannya tiba-tiba buram. Lola mengedip-ngedipkan matanya untuk menetralkan pandangannya.
Ketika pendangannya mulai normal kembali, ia kaget melihat buah di tangannya terlihat sangat jelas dan detail. Ia bisa melihat bagian dalam buah dan seperti apa di dalamnya seperti mikroskop yang melihat objek sangat kecil yang tidak bisa dilihat oleh mata telanjang.
Dan yang Lola lihat buah itu aman dan tidak beracun. Untung ia pernah membaca buku tentang arti dari objek yang terlihat, sehingga ia tahu jika buah itu aman.
"Buah ini aman. Kita bisa memakannya" ucap Lola.
"bagaimana kau tahu itu aman ?" tanya Nita.
"Karena aku tidak melihat hal yang berbehaya di dalam buahnya. Makanlah puri!" Puri tersenyum mendengarnya.
Dengan semangat Puri memetiknya dan memakannya dengan lahap, begitupun dengan Lola yang ikut mengambil buahnya. Sementara Nita masih ragu dan tidak percaya.
"Kau tidak ingin mencobanya?" Lola menawarkan buah itu.
"Tidak" Nita menggeleng dan hanya duduk di sebelah Lola.
.
.
NEXT
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments