"Yoo...ayo kita naik!!" ucap Puri sedikit keras ketika mereka akan mulai mendaki.
"Lu berisik banget sih!" ucap Lola kesal seraya memukul tangan Puri pelan.
Ia kesal sebab pendaki lainnya menatap kearah mereka.
"Aku terlalu senang, La" ucap Puri
Lola tidak lagi menggubris perkataan sahabatnya. Mereka mulai mendaki gunung itu. Berbagai rumput-rumput liar terkadang membuat mereka sedikit kesusahan untuk berjalan, sebab rumput yang panjang membuat kaki mereka terlilit. Namun itu bukan masalah bagi para pendaki dan itu hal biasa.
3 jam berlalu
Seharusnya mereka sudah sampai di posko ke 2, tapi tanda-tanda posko berada di depan mata belum juga terlihat. Mereka juga tidak melihat pendaki-pendaki lainnya. Padahal ada beberapa orang berada dibelakang mereka sejak tadi.
"Apakah masih jauh? aku butuh istirahat" keluh Puri.
"Aku juga tidak tahu. Seharusnya kita sudah sampai atau dugaanku yang salah. Dari bawah pendakian paling lambat sampai ke posko itu 2 jam, karena di posko itu kita akan diarahkan kembali ke jalur yang berbeda" jelas Lola.
"Tapi kita sudah 3 jam mendaki. Tanda-tanda posko juga tidak terlihat sama sekali. Langit juga mendung, takutnya turun hujan" ucap Nita.
"Kita coba naik lagi, mungkin kita akan melihat posko" ucap Lola.
Kedua sahabatnya setuju dan mereka kembali melanjutkan perjalanan, namun 30 menit mereka mendaki tiba-tiba hujan turun.
"Lola...hujan!!" teriak Puri.
"Kita harus berteduh! kita tidak bisa mendaki dengan keadaan hujan seperti ini" ucap Nita
" Kita mau berteduh dimana, disini hanya ada pohon" ucap Puri
Lola menatap sekitarnya. Ia juga mencari-cari dimana yang bisa mereka tempati untuk berteduh.
Sampai matanya melihat sesuatu disisi kanan mereka. "Ayo kita kesana!" ajak Lola. Ia segera berjalan tanpa menunggu sahabatnya.
Nita dan Puri mengikuti langkah Lola. Lola membawa kedua sahabatnya ke sebuah gua.
"Sementara kita berteduh disini dulu" ucap Lola.
Puri dan Nita mengangguk. Mereka duduk lesehan di tanah tidak jauh dari bibir gua. Mereka terdiam dengan mata sama-sama melihat tetesan air hujan pada dedaunan.
Puri menekuk lututnya, lalu memeluknya. Ia mulai merasa dingin. Apalagi hembusan angin yang juga lumayan kencang.
"Aku dingin" ucap Puri seraya mengusap-usap bahunya. Ia menatap kedua sahabatnya.
"Aku rasa kita masuk sedikit lagi ke dalam, agar angin tidak terlalu terasa" saran Lola.
"Tapi didalam terlalu gelap, La" ucap Nita.
"Benar banget. Aku takut masuk kedalam sana. Hiiii....." Puri bergidik ngeri membayangkan apa yang ada dibalik kegelapan itu.
"Kita punya senter hp kan, lagian hanya sebentar saja sampai hujan reda" ucap Lola.
Ia mengambil HP-nya di tas, lalu menyalakan senternya. Diikuti oleh kedua sahabatnya, Lola berjala lebih dulu dengan sangat hati-hati.
Sampai mereka menemukan tempat yang pas. Puri melihat batu besar memilih duduk disana, namun saat ia menjadikan kedua tangannya sebagai tumpuan untuk ia duduk, tanganya tidak sengaja terpeleset dan jatuh.
"Arkhh...." teriak Puri.
Nita dan Lola yang sedang duduk didepan batu yang ingin Puri duduki seketika berdiri dan memanggil nama Puri.
"Puri!!!.."
Mereka segera menghampirinya untuk melihat keadaan sahabatnya.
"Astaga Puri!" ucap Nita dan Lola kaget. Bagaimana tidak, mereka melihat Puri tengah bergelantungan memegang batu yang ada di sisi lubang.
"Tolong aku!" ucap Puri dengan ketakutan. Ia sungguh sangat takut akan jatuh kedalam lubang yang gelap itu.
Ia tidak menyangka dibalik batu besar yang akan ia duduki tadi ada sebuah lubang besar dan dalam yang tidak ia ketahui.
"Nita, pegang kakiku. Aku akan menarik Puri dan kau menarikku!" perintah Lola
Nita mengungguk. Lola segera tengkurap disisi lubang. Dengan bersamaan itu pula Nita memegang kedua kakinya.
"Puri, gapai tanganku!" pinta Lola dengan mengulurkan tangannya kebawah.
"Aku tidak bisa Lola. Aku akan jatuh kalau melepas batu ini" ucap Puri.
"Tidak Puri!! Kamu harus cepat memegang taganku"
Puri mencobanya. Ia dengan berani melepaskan satu cengkraman pada batu dan berusaha menggapai tangan Lola. Namun ia tidak sampai.
Lola memajukan sedikit lagi tubuhnya kebawah agar bisa menggapai tangan Puri.
Hap...
Lola dan Puri berhasil menggapai tangannya.
"Tarik Nita!!" teriak Lola.
Nita berusaha menariknya, tapi sangat sulit dan berat. Ia sudah terduduk karena tidak bisa menariknya sama sekali.
"Aku tidak kuat" ucap Nita.
"Tarik terus, Nita. Jangan lepas kakiku!" ucap Lola
Lagi-lagi mereka berusaha untuk menarik Puri dari lubang tersebut. Puri dibawah sana sudah tidak kuat bergelantungan.
Lola bisa merasakan tangan Puri yang mulai merosot dan mengendur.
"Kamu kuat Puri!" ucap Lola menguatkan.
Puri juga berusaha, namun rasanya ia sudah tak sanggup. Semakin turun dan tubuh Lola juga ikut tertarik. Nita yang berada paling atas berusaha menahan, namu ia juga ikut terseret.
"Lepas saja, Lola. Setelah ini kalian minta bantuan" ucap Puri pasrah.
"Nggak. Nggak akan aku lepas. Aku masih kuat menahanmu. Biar Nita yang keluar cari pertolongan" ucap Lola.
Ia tidak mau meninggalkan sahabatnya. Jika ia melepaskannya, Puri pasti akan jatuh dan ia tidak tahu seperti apa dibawah sana. Jangan sampai sesuatu yang berbahasa menanti jika ia lepas. Walaupun sebenarnya ia juga sudah merasa lelah dan tidak kuat. Perut dan dadanya juga terasa sakit karena menjadi tumpuan.
"Tidak. Aku juga tidak akan melepasnya. Kalau aku melepasnya yang ada kalian bardua akan jatuh" Nita menggeleng cepat.
Diantara ketiganya tidak ada yang mau melepaskan. Walaupun disisa tenaga mereka. Lambat lain mereka semakin terseret kebawah. Puri menatap Lola dengan menggeleng.
Dari tatapnya itu ia mengatakan tidak akan bisa dan tidak sanggup lagi. Apalagi semakin lama semakin kebawah.
Puri tersenyum menatap sahabatnya. "Aku pasti akan baik-baik saja. Kembali dan mintalah pertolongan. Aku akan menunggu" ucap Puri.
Setelah itu Puri melepaskan genggamannya pada Lola dan jatuh kebawah.
"PURIIII...!!!" Lola berteriak keras.
Entah apa yang ada dipikirannya saat ini, Lola ingin menjatuhkan tubuhnya kebawah.
"Lola... jangan nekat" teriak Nita. Ia masih berusaha menarik kaki Lola.
Tak berselang lama Nita berhasil menarik Lola. Mereka terdiam menatap kebawah dengan perasaan campur aduk.
"PURII...!!" teriak kedua-nya, tapi tidak ada sahutan sama sekali.
Mereka saling pandang. "Lebih baik kita cari pertolongan" ucap Lola.
Mereka berdiri dan akan bersiap untuk melangkah, namun tiba-tiba tanah yang mereka pijak saat ini tiba-tiba retak dan jatuh. Membuat mereka ikut jatuh.
ARKHHHH....
Teriak Nita dan Lola saat mereka jatuh kebawah.
...----------------...
"Lola!!" teriak ibu Lola dari tidurnya.
Nafasnya tidak teratur. Apa yang sedang ia mimpikan?
"Ibu...ada apa?" tanya ayah Lola dari arah pintu setelah mendengar teriakkan istrinya.
"Ayah....aku memimpikan Lola. Aku mendengarnya berteriak" ucap ibu Lola panik.
"Ibu tenang ya.. itu hanya mimpi. Putri kita pasti baik-baik saja. Ada Nita dan Puri juga bersamanya" ayah Lola menenangkan istrinya dengan mengusap lengannya.
"Tapi ayah..."
"Ibu tenanglah. Lebih baik kamu istirahat, jangan banyak pikiran, nanti kamu sakit. Aku akan menemanimu" ayah Lola membantu istrinya untuk tidur kembali.
Ia memeluk istrinya agar merasa nyaman. Ibu Lola tetap berusaha berfikir positif walaupun hatinya gundah gulana memikirkan putri sulungnya.
.
.
NEXT
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments