Dai segera berjalan menuju bukit di belakang sekolah. Tapi di bukit belakang, Dela bersama dengan temannya yang selalu mengganggunya sudah ada disana.”Hai Dela aku dengar dari guru kalau kamu mau ikut lomba desain busana itu. Apa benar?,”ucap temannya.
Dela dengan sikap yang takut dan gemetar dia berkata,”Itu benar,kenapa kalian membawa aku ke sini Jeni.”
“Aku hanya ingin kamu keluar dari daftar lomba saja. Kamu tahukan kalau perusahan fasion terkenal di negara kita yang menyeposorinya. Jadi aku ingin kamu tidak ikut agar kemenangan itu menjadi meilikku dan kawan yang lain,”ucap Jeni dengan wajah tersenyum penuh dengan kelicikan.
“Tapi itu tidak bisa aku juga menginginkannya,”ucap Dela yang tidak mau melepaskan hal berharga itu. Tapi Jeni dengan kawannya itu langsung menapar Dela langsung di jambak rambutnya membuat Dela terjatuh di tanah. Jeni juga hendak menarik rambut dia menuju tebing di dekat bukit itu.
“Bagaimana jika kamu nanti jatuh ke sini, kamu tidak akan bisa ikut bukan,”ucap kawan Jeni. Dela melihat ke bawah yang jurang, membuat dia takut dengan tangan masih memegang rambutnya yang di jambak oleh kawan Jeni.
Di tempat lain Dai yang sudah sampai dibukit sempat mendengar suara minta tolong. Hati Dai merasa bergetar membuat dia segera berlari menuju suaranya. “Dela,”ucap Dai dari jauh melihat adiknya yang berharga sedang akan di celakai oleh Jeni. Dai merasa tidak terima segera dia berlari dan memegang tangan siswa wanita di depannya setelah dia sampai.
“Siapa kamu mengganggu saja, cepat lepaskan aku,”ucap kawan Jeni yang merasa tidak terima dengan sikap Dai.
Dela melihat ke belakang ada Dai yang berdiri di belakangnya.”Kakak Dai kenapa kamu ada disini,”ucap Dela yang juga terkejut.
“Ohhh jadi dia kakak kamu,”ucap Jeni dengan berani mendekat dan hendak memukul Dai. Tapi bukan kena pukulan Dai mendorong Jeni dan kawannya langsung membantu Dela berdiri.
“Kamu baik-baik saja Dela,”ucap Dai dengan wajah berkaca-kaca. Karena dia tidak menyangka kalau dia akan bisa bertemu dengan Dela. Setelah beberapa tahun di dalam neraka tanpa Dela dia mencari tahu tentang sumber masalah monster datang ke bumi.
Di depan matanya dia bisa melihat Dela tapi dengan kondisi yang tidak baik. Tubuh Dela yang acak-acakan di wajah penuh dengan luka dan rambut yang berantakan. Dai melihat ke arah Jeni dengan kawanya,”Jadi kalian yang mengganggu adikku selama ini.”
Jeni dengan berani mendekat dan menujuk ke arah Dai dengan wajah percaya dirinya.”Kalau iya kenapa dia itu pantas hanya seorang anak miskin dan yatim piatu saja berlaga untuk ikut lomba. Sadar diri dong posisi kalian itu ada di bawah jadi dibawah saja,”ucap Jeni.
Dai mendengarnya hanya tertawa karena orang didepannya bukan lawannya dia hanya membawa Dela pergi dari sana. Tapi Jeni menghentikan mereka berdua,”Kalian mau kemana?.”
“Itu bukan urusan kalian yang hanya tahunya menindas orang saja. Apa orang tua kalian tidak mendidik dengan baik, sikap kalian itu seperti sampah yang tidak memiliki hati. Aku juga tidak perduli kalau kalian mati disini,”ucap Dai segera membawa Dela.
“Kamu tahu tidak siapa aku jika kamu melawan kamu akan menderita,”ucap Jeni yang merupakan adik dari Hito.
“Kamu itu adiknya Hito bukan kalian itu hanya sampah,”ucap Dai. Karena merasa tidak senang dan kesal membuat dia harus segera pergi.
“Kakak kenapa kamu bisa tahu kalau aku ada disini,”ucap Dela yang masih di tarik tangannya oleh Dai.
“Kakak hanya ingin bertemu dengan kamu saja. Maafkan kakak jika selama ini aku mengabaikan kamu ya Dela,”ucap Dai melihat ke arah Dela dengan penuh penyesalan.
“Aku tahu kalau kakak selama ini juga sama seperti aku. Jadi aku tidak ingin mengaduk kepada Kakak,”ucap Dela yang juga tahu kalau selama ini disekolahan Dai juga di bulliying. Dai melihat ke arah Dela dengan tersenyum dan mengelus kepalanya sambil meratakan rambutnya.
“Jadi mulai sekarang kamu jangan menyembunyikan sesuatu dari kakak lagi ya. Karena hanya kamu yang kakak miliki setelah ayah dan ibu pergi,”ucap Dai menyandarkan kepalanya ke tubuh Dela didepannya. Dai yang merasa aneh dengan sikap kakaknya membuat dia penasaran.
“Kakak apa yang sudah terjadi dengan kamu, apa kakak sakit,”ucap Dela merasa gelisah dengan sikap kakaknya yang berbeda.
“Kakak tidak sakit hanya saja aku ingin bersama dengan kamu dan melindungi kamu. Bagaimana kalau hari ini kita berkunjung ke makan orang tua kita. Sudah lama bukan kita tidak pergi ke sana,”kata Dai. Dela yang juga sadar sudah lama tidak ke makan orang tuanya mengangguk kepada Dai.
Sebelum dia melewati gerbang sekolah dia dihadang oleh beberapa satpam.”Ada apa ini,”ucap Dai melihat satpam. Dai juga melihat Jeni dan kawannya membawa beberapa guru.
“Maaf ini waktu sekolah masih berlangsung. Jadi bisa tidak, ada tidak membawa Dela pergi,”ucap satpam.
“Kenapa saya dilarang membawa adik saya pergi untuk pergi ke rumah sakit,”ucap Dai.
Wali kelas yang sedikit terkejut melihat ke arah jeni dan kawannya kalau Dai itu membawa paksa Dela sampai mereka berdua juga di siksa di belakang sekolah.
“Aku tidak tahu apa yang sedang dibicarakan oleh kedua siswa ini.Tapi anda bisa melihat sendiri bukan luka yang didapatkan adik saya ini dibuat oleh kedua siswa yang kalian jaga itu. Saya juga memiliki buktinya. Kalau mereka menyiksa adik saya untuk tidak ikut lomba agar mereka berdua bisa menang. Mereka juga mengancam nyawa adik saya, jika ini diteruskan kita bisa memanggil polisi,”ucap Dai memperlihatkan sikap Jeni dan kawannya yang menyiksa adiknya.
Jeni melihat itu tidak percaya diri dan memohon kepada walinya kalau itu bukan dilakukan oleh mereka berdua.”Apa benar kalian berdua menyiksa Dela,”ucap wali kelasnya.
“Aku juga tidak ingin menjadi panjang. Jika bisa aku ingin pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan adik saya. Jadi bagaimana ibu guru,”ucap Dai dengan ramah.
“Baiklah jika begitu kita bisa selesaikan semua ini dengan damai,”ucap wali kelas.
Tanpa panjang lebar Dai dan Dela di izinkan bisa keluar dari sekolah. Di perjalanan Dela melihat ke arah kakaknya dengan tanda tanya yang membuat dia bingung. Dai melihat ke arah Dela dengan wajah penasaran itu hanya bisa berkata,”Aku tidak sengaja menemukan cctv di dekat bukit jadi aku memeriksa kejadian kamu di siksa sebelum aku datang bertemu dengan kamu tadi. Maafkan kakak tidak memberitahukan kepada kamu. Habis mereka berdua juga sangat jahat kepada kamu kakak tidak terima dong,”ucap Dai.
Dela hanya menggelengkan kepalanya dan segera merangkul tangan Dai karena merasa bangga dengan sikap kakaknya yang seperti pahlawan baginya. Dai mendapatkan sikap senang dari Dela hanya bisa mengelus kepalanya saja. Di perjalanan menuju makan orang tuanya apa mereka akan dalam bahaya?.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments