BAB 5 - Rebutan handuk

Pagi yang cerah menyapa setelah malam yang penuh ketegangan. Vina terbangun dengan rasa pegal di seluruh tubuhnya karena tidur di sofa yang sempit.

Matanya mengerjap, mencoba mengumpulkan kesadarannya. Lalu ia menoleh ke tempat tidur dan melihat Nathan masih terlelap dengan pose yang elegan dan sedikit berlebihan, seakan tidur di atas panggung.

Vina menghela napas panjang dan mengusap wajahnya. "Ini baru hari pertama dan sudah seperti neraka," gumamnya pelan sambil meregangkan tubuh.

Tanpa diduga, Nathan tiba-tiba menggeliat dan membuka matanya. "Pagi, Yey!," sapa Nathan dengan nada ceria namun aneh, membuat Vina sedikit merinding. "Kamu tidur enak di sofa? Pasti enggak, kan?."

Vina menggelengkan kepala, berusaha menahan kesabaran. "Kalau bukan karena kamu yang ribut semalaman, mungkin aku bisa tidur lebih nyenyak."

Nathan bangkit dari tempat tidurnya dengan gerakan yang dramatis, seperti seorang putri bangun dari tidur panjangnya. "Eke memang butuh kenyamanan maksimal, makanya, yey yang harus ngalah," ujarnya sambil merapikan rambutnya yang acak-acakan.

Vina menatap Nathan dengan pandangan tidak percaya. "Kau ini, benar-benar... Susah banget ya ngerti perasaan orang lain?."

Nathan memasang ekspresi terkejut yang berlebihan. "Apa maksud Yey? Eke ini orang paling pengertian sedunia, tahu nggak!."

Vina menggelengkan kepala dan beranjak dari sofa. "Ya sudahlah, aku mau mandi."

Saat Vina membuka lemari untuk mencari handuk, Nathan berdiri di sampingnya dengan tangan di pinggang. "Eh eh eh, yey jangan sembarangan ambil handuk eke! Itu punya pribadi, tahu!."

Vina menatap Nathan tajam. "Jadi sekarang aku harus minta izin untuk segala sesuatu? Ini tidak masuk akal!."

Nathan mendesah dramatis dan meletakkan tangannya di dada. "Yey ini barbar banget sih! Sopan santun itu penting, tahu."

Vina mengambil handuk dengan gerakan cepat dan mengabaikan omelan Nathan. "Aku mau mandi, kalau kamu masih mau ribut, tunggu di luar," ujarnya sambil berjalan menuju kamar mandi.

Nathan menghela napas panjang dan memutar matanya. "Ih, kesel deh, baru juga semalam udah begini."

Di dalam kamar mandi, Vina merasakan air dingin menyentuh kulitnya dan sedikit meredakan kekesalannya. Ia merenung, mencoba mencari cara untuk bertahan dalam situasi yang tidak terduga ini.

Setelah selesai mandi, Vina keluar dari kamar mandi dengan sedikit perasaan lega. Namun, perasaannya segera berubah saat melihat Nathan yang sedang duduk di depan cermin, merias wajahnya dengan cermat.

"Yey, makeup-nya bagus kan?" tanya Nathan sambil berkedip manja, memperlihatkan hasil riasannya.

Vina mengangkat alisnya. "Kamu benar-benar serius? Kamu mau keluar dengan makeup seperti itu?."

Nathan tertawa kecil, penuh percaya diri. "Eke selalu tampil maksimal, tahu, jangan sirik ya, Yey."

Vina menggelengkan kepala, merasa lelah hanya dengan melihat tingkah Nathan. "Aku tidak peduli, lakukan apa yang kau mau, asal jangan ganggu aku."

Nathan tersenyum puas. "Bagus deh kalau gitu, sekarang kita bisa hidup berdampingan dengan damai, kan?."

Vina menghela napas panjang dan berjalan keluar kamar. "Aku pergi sarapan, jangan buat masalah lagi."

Nathan melambaikan tangan dengan gerakan feminin. "Have fun, Yey!."

Meninggalkan Nathan dengan segala keanehannya di kamar, Vina berjalan menuju ruang makan, berusaha mencari sedikit kedamaian di tengah kekacauan yang baru saja dimulai.

Di tengah semua ini, ia bertekad untuk tetap kuat dan menghadapi setiap tantangan yang datang dengan kepala tegak.

Di ruang makan, Vina duduk dan memandang makanan yang terhidang. "Mungkin ini kesempatan untuk mulai memahami keluarga ini," pikirnya sambil mengambil sepotong roti. "Dan apapun yang terjadi, jangan biarkan perutmu kelaparan, Vina," ucapnya dengan mulut yang penuh dengan roti.

Pagi itu, Vina duduk di meja makan, berusaha menikmati sarapannya dengan tenang. Namun, ketenangan itu segera terganggu ketika Widia dan Wiliam turun dari kamar mereka. Keduanya tersenyum sinis melihat Vina yang sedang sendirian di meja makan.

"Kok sarapan sendiri? Di mana suaminya?," ledek Widia dengan nada mengejek.

"Bagaimana malam pertamanya? Apa menyenangkan?," timpal Wiliam dengan tawa kecil yang penuh sindiran.

Vina menoleh sejenak ke arah mereka dengan tatapan dingin dan memutuskan untuk mengabaikannya. Ia melanjutkan makannya karena merasa tidak ada gunanya meladeni ejekan mereka.

Tidak lama kemudian, Hartono datang ke ruang makan dan menyapa Vina dengan ramah. "Selamat pagi, Vina, bagaimana semalam? Apa tidurmu nyenyak?," tanyanya perhatian.

Vina hanya tersenyum kaku dan mengangguk sedikit. Ia tidak tahu harus menjawab apa, karena tidur di sofa semalaman jelas bukan pengalaman yang nyaman.

Saat itu, beberapa asisten datang membawa nampan berisi berbagai makanan ke arah meja dan Vina pun melihatnya dengan heran.

Melihat kebingungan di wajahnya, Hartono pun segera menjelaskan sesuatu. "Nathan tidak pernah sarapan atau makan bersama kami, dia lebih suka makan sendiri di kamar, kalau kamu mau, kamu bisa menemaninya," ujarnya ramah.

"Tidak perlu, aku di sini saja," jawab Vina singkat, berusaha tetap sopan meskipun hatinya sedang gundah. Ia lalu mengambil makanan lain untuk mengenyangkan perutnya.

Widia dan Wiliam pun duduk di meja, mereka tetap memperlihatkan senyum sinis mereka. "Wah, Vina, kamu cepat sekali menyesuaikan diri di sini," kata Widia dengan nada tajam.

"Tentu saja, dia harus, ini kan sekarang rumahnya," timpal Wiliam sambil tertawa kecil.

Vina menarik napas dalam-dalam, berusaha untuk tidak terpancing oleh provokasi mereka. Namun, hatinya tetap merasa perih mendengar sindiran-sindiran itu. "Terima kasih atas sarapannya," ujar Vina, mencoba menutup pembicaraan.

Hartono menepuk bahu Vina dengan lembut. "Vina, jika ada yang kamu butuhkan, jangan ragu untuk memberitahu Ayah, Kami ingin kamu merasa nyaman di sini."

"Terima kasih, Pak Hartono," jawab Vina dengan senyum yang dipaksakan.

Usai sarapan, Vina segera meninggalkan meja makan dan berjalan ke taman di luar rumah untuk mencari sedikit ketenangan. Di sana, ia duduk di bangku taman dan merenungkan hidupnya. Pikirannya melayang, memikirkan betapa berat perjalanan hidupnya saat ini.

Sementara itu di dalam kamar, Nathan yang sedang asyik menikmati sarapannya, tidak menyadari betapa berat beban yang dirasakan oleh Vina.

Dengan segala tingkah lakunya yang centil, ia merasa hidupnya tetap berjalan seperti biasa, tanpa peduli apa yang dirasakan oleh istrinya yang baru.

Di taman itu, Vina menatap langit yang cerah, berharap hari ini akan berlalu dengan sedikit lebih baik dari kemarin. Meski tantangan di hadapannya tampak berat, ia bertekad untuk tetap bertahan dan menemukan kebahagiaan di tengah semua cobaan ini.

Terpopuler

Comments

ᥫᩣ 🕳️ Chusna

ᥫᩣ 🕳️ Chusna

kayaknya emng baikk cumnn ya gtu

2024-06-08

2

ᥫᩣ 🕳️ Chusna

ᥫᩣ 🕳️ Chusna

bayanginn lagii ada cwekk model jalan di panggung 🤣🤣🤣🤣

2024-06-08

2

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 - Seperti bom atom
2 BAB 2 - Pengorbanan
3 BAB 3 - Apa! Banci?
4 BAB 4 - Malam pertama
5 BAB 5 - Rebutan handuk
6 BAB 6 - Meremang
7 BAB 7 - Sosok misterius
8 BAB 8 - Mencari tahu
9 BAB 9 - Rahasia kelam
10 BAB 10 - Akrab
11 BAB 11 - Curhat
12 BAB 12 - Pohon jambu
13 BAB 13 - Berduka
14 BAB 14 - Prahara
15 BAB 15 - Kirain cemburu!
16 BAB 16 - Ganti mode?
17 BAB 17 - Malam yang meresahkan
18 BAB 18 - Prank
19 BAB 19 - Naik tensi
20 BAB 20 - Rencana demi rencana
21 BAB 21 - Teror Masa Lalu
22 BAB 22 - Awal Baru
23 BAB 23 - Ciuman Pertama
24 BAB 24 - Pewaris sah
25 BAB 25 - Makeover
26 BAB 26 - Drama naik motor
27 BAB 27 - CEO
28 BAB 28 - Gayung bersambut
29 BAB 29 - Kita coba yuk!
30 BAB 30 - Gooool!
31 BAB 31 - Hari baru
32 BAB 32 - Sempurna? Waspada!
33 BAB 33 - Kuat dan berotot
34 Takdir & Ramalan Cinta
35 BAB 35 - Hemm... Gawat nih!
36 BAB 36 - Desas-desus di Kantor
37 BAB 37 - Kejutan
38 BAB 38 - Cemburu
39 BAB 39 - Wajarkah perasaan ini?
40 BAB 40 - Mood
41 BAB 41 - Hangat dan mencair
42 BAB 42 - Masuk angin?
43 BAB 43 - Bulan madu
44 BAB 44 - Eropa
45 BAB 45 - Akhir bulan madu
46 BAB 46 - Hamil
47 BAB 47 - Dia kembali
48 BAB 48 - Topeng
49 BAB 49 - Rencana Gila Widia
50 BAB 50 - Pohon jambu 2
51 BAB 51 - Sama-sama mau
52 BAB 52 - Ternodai
53 BAB 53 - Kasihan deh... Xi xi xi
54 BAB 54 - Ketahuan
55 BAB 55 - Penculikan
56 BAB 56 - Baku tembak
57 BAB 57 - Dalam ancaman
58 BAB 58 - Bagaimanakah nasib Vina?
59 BAB 59 - Orang baik?
60 BAB 60 - Komunitas PTL
61 BAB 61 - Mode STL? Jangan lagi deh...
62 BAB 62 - Pertemuan tidak terduga
63 BAB 63 - Taman hiburan
64 BAB 64 - Bucin?
65 BAB 65 - Tragis
66 BAB 66 - Nikah paksa
67 BAB 67 - Hanya sementara
68 BAB 68 - Mimpi
69 BAB 69 - Takdir?
70 BAB 70 - Bertengkar
71 BAB 71 - Surat terakhir
72 BAB 72 - Surat untuk Lita
73 BAB 73 - Pencarian Nathan
74 BAB 74 - Berbeda
75 BAB 75 - Kembalilah
76 BAB 76 - Mode awal
77 BAB 77 - Vina
78 BAB 78 - Paket misterius
79 BAB 79 - Komunitas PTL
80 BAB 80 - Saling mendukung
81 BAB 81 - Kota XX
82 BAB 82 - Akhirnya bertemu
83 BAB 83 - Ciuman rindu
84 BAB 84 - Misi Baru
85 BAB 85 - Keajaiban Terakhir
86 I Love You, Paman
87 Promo karya baru, mampir juga yuk kakak...
88 Pengumuman Spesial!
89 Novel baru, PULAU ANGKER
90 Promo karya baru 'SINGLE MOM'
Episodes

Updated 90 Episodes

1
BAB 1 - Seperti bom atom
2
BAB 2 - Pengorbanan
3
BAB 3 - Apa! Banci?
4
BAB 4 - Malam pertama
5
BAB 5 - Rebutan handuk
6
BAB 6 - Meremang
7
BAB 7 - Sosok misterius
8
BAB 8 - Mencari tahu
9
BAB 9 - Rahasia kelam
10
BAB 10 - Akrab
11
BAB 11 - Curhat
12
BAB 12 - Pohon jambu
13
BAB 13 - Berduka
14
BAB 14 - Prahara
15
BAB 15 - Kirain cemburu!
16
BAB 16 - Ganti mode?
17
BAB 17 - Malam yang meresahkan
18
BAB 18 - Prank
19
BAB 19 - Naik tensi
20
BAB 20 - Rencana demi rencana
21
BAB 21 - Teror Masa Lalu
22
BAB 22 - Awal Baru
23
BAB 23 - Ciuman Pertama
24
BAB 24 - Pewaris sah
25
BAB 25 - Makeover
26
BAB 26 - Drama naik motor
27
BAB 27 - CEO
28
BAB 28 - Gayung bersambut
29
BAB 29 - Kita coba yuk!
30
BAB 30 - Gooool!
31
BAB 31 - Hari baru
32
BAB 32 - Sempurna? Waspada!
33
BAB 33 - Kuat dan berotot
34
Takdir & Ramalan Cinta
35
BAB 35 - Hemm... Gawat nih!
36
BAB 36 - Desas-desus di Kantor
37
BAB 37 - Kejutan
38
BAB 38 - Cemburu
39
BAB 39 - Wajarkah perasaan ini?
40
BAB 40 - Mood
41
BAB 41 - Hangat dan mencair
42
BAB 42 - Masuk angin?
43
BAB 43 - Bulan madu
44
BAB 44 - Eropa
45
BAB 45 - Akhir bulan madu
46
BAB 46 - Hamil
47
BAB 47 - Dia kembali
48
BAB 48 - Topeng
49
BAB 49 - Rencana Gila Widia
50
BAB 50 - Pohon jambu 2
51
BAB 51 - Sama-sama mau
52
BAB 52 - Ternodai
53
BAB 53 - Kasihan deh... Xi xi xi
54
BAB 54 - Ketahuan
55
BAB 55 - Penculikan
56
BAB 56 - Baku tembak
57
BAB 57 - Dalam ancaman
58
BAB 58 - Bagaimanakah nasib Vina?
59
BAB 59 - Orang baik?
60
BAB 60 - Komunitas PTL
61
BAB 61 - Mode STL? Jangan lagi deh...
62
BAB 62 - Pertemuan tidak terduga
63
BAB 63 - Taman hiburan
64
BAB 64 - Bucin?
65
BAB 65 - Tragis
66
BAB 66 - Nikah paksa
67
BAB 67 - Hanya sementara
68
BAB 68 - Mimpi
69
BAB 69 - Takdir?
70
BAB 70 - Bertengkar
71
BAB 71 - Surat terakhir
72
BAB 72 - Surat untuk Lita
73
BAB 73 - Pencarian Nathan
74
BAB 74 - Berbeda
75
BAB 75 - Kembalilah
76
BAB 76 - Mode awal
77
BAB 77 - Vina
78
BAB 78 - Paket misterius
79
BAB 79 - Komunitas PTL
80
BAB 80 - Saling mendukung
81
BAB 81 - Kota XX
82
BAB 82 - Akhirnya bertemu
83
BAB 83 - Ciuman rindu
84
BAB 84 - Misi Baru
85
BAB 85 - Keajaiban Terakhir
86
I Love You, Paman
87
Promo karya baru, mampir juga yuk kakak...
88
Pengumuman Spesial!
89
Novel baru, PULAU ANGKER
90
Promo karya baru 'SINGLE MOM'

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!