BAB 4 - Malam pertama

Prolog

Sore itu, Hartono sengaja masuk ke kamar Nathan yang bernuansa serba merah muda. Dekorasi feminin dengan sentuhan elegan terlihat di setiap sudut, menunjukkan selera pribadi Nathan.

Hartono menarik napas dalam-dalam sebelum mencoba bicara pada putranya itu secara baik-baik.

"Nathan, Ayah ingin kamu menikah, usiamu sudah cukup untuk memberikan keturunan sebagai penerus keluarga kita. Ayah akan carikan gadis untuk kau nikahi, jadi jangan menolak lagi dan cobalah menjadi lelaki sejati," kata Hartono dengan nada serius, berharap putranya itu akan mengerti pentingnya pesan tersebut.

Namun, Nathan tampak asyik tersenyum pecicilan, menatap layar ponselnya seakan tidak mengindahkan pembicaraan ayahnya itu. Hartono pun merasa frustasi, tetapi ia berusaha tetap tenang.

"Kalau itu kemauan Ayah, terserah saja deh, tapi jangan salahkan Janeth kalau semuanya tidak berjalan lancar ya..." jawab Nathan dengan nada cuek, seraya berlenggok dan mengusap pelan keringat yang tak nampak di wajahnya.

Hartono menghela napas panjang dan merasa putus asa. Anak satu-satunya yang selalu jadi kebanggaan keluarga malah berkepribadian lain dan bertingkah aneh.

Janeth adalah nama panggilan Nathan untuk dirinya sendiri. Ia menamai dirinya seperti itu karena menurutnya nama Nathan itu terlalu maskulin, tidak sesuai dengan kepribadiannya.

\=\=\=

Setelah acara selesai, Pak Andi dan Bu Siti langsung pamit untuk pulang ke rumah mereka meski dengan hati yang berat karena harus meninggalkan Vina dengan keluarga barunya. Mereka merasa sangat kejam karena seolah menjual putri semata wayangnya itu.

"Maafkan kami, Vina," bisik Bu Siti, menahan air mata saat memeluk putrinya. "Kami tidak punya pilihan lain."

Vina mencoba tersenyum, meski hatinya hancur. "Tidak apa-apa, Bu, aku akan baik-baik saja," ucapnya, berusaha menenangkan diri dan orang tuanya.

Saat malam menjelang, Hartono mengajak Vina menuju kamar Nathan. "Vina, ini kamar Nathan yang juga sudah menjadi kamarmu," ucap Hartono, menunjukkan pintu kamar yang berdekorasi serba merah muda.

Vina mengangguk, meski hatinya dipenuhi rasa terpaksa. Setelah Hartono pergi meninggalkannya, Vina membuka pintu kamar dan langsung melongo saat melihat pemandangan di depannya.

"Apa! Benarkah ini kamar Nathan? OMG!," gumam Vina sambil menepuk jidatnya. Kamar itu penuh dengan cermin, lampu-lampu kecil berwarna-warni, dan dekorasi yang mencolok layaknya kamar perempuan.

Tiba-tiba saja Nathan datang dengan langkah absurdnya dan sengaja menyenggol Vina hingga ia terseret ke tepi pintu. "Eke tau yey terpesona dengan kamar eke, tapi jangan berdiri aja dan ngehalangin jalan dong, ih! Kesel deeh...."

Vina yang sempat merasa agak ngilu karena tangan yang tertekan ke pintu, seketika menatap Nathan dengan mata kesal lalu menutup pintu seraya membantingnya pelan.

"Aw! Kaget deh eke, yey ribut amat siih... gak tau sopan santun yaa, udah numpang ke kamar orang, berbuat kasar lagi," ucap Nathan mengekspresikan bibirnya dengan kesal.

"Makanya, jangan dorong orang sembarangan! Sakit tau ke jedot pintu," balas Vina seraya berjalan menuju kasur dan mendudukkan dirinya di sana lalu berbaring dengan bebas.

"Hah! Hari yang melelahkan," ucap Vina seraya hendak memejamkan mata. Namun, ia langsung membuka matanya kembali saat sebuah bantal menimpuk wajahnya.

"Hei yey! Siapa suruh boleh tiduran di sana, itu tempat eke you know!" ujar Nathan sewot dan ribut.

Vina bangkit dan berdiri seraya meraih bantal tadi dan melemparkan balik ke arah Nathan. Puk!

"Aw! Yey kurang ajar yaa... Awas aja, jangan pikir yey bisa tidur di sini, aah... Sebel deh...!" pekik Nathan sambil menjingkrak-jingkrakan kakinya karena kesal kena timpuk.

Adapun Vina, setelah melempar bantal tersebut, ia lantas pergi ke toilet yang ada di kamar tersebut tanpa menghiraukan Nathan yang mengomel.

Di dalam toilet, Vina menatap wajahnya yang masih terlihat cantik dengan polesan makeup-nya. Lalu ia berpikir tentang Nathan hingga membuatnya kesal dan melepaskan sanggul rambutnya secara kasar.

"Argghh! Kenapa hidup ini benar-benar tidak adil!" teriaknya sambil membasuh mukanya. Air dingin yang membasuh wajahnya seakan membawa sedikit ketenangan di tengah kekacauan hatinya saat ini.

Setelah beberapa saat, Vina keluar dari toilet dan melihat Nathan yang masih menggerutu sambil menata tempat tidur. Ia tahu malam ini akan menjadi malam yang panjang dan sulit, tetapi ia bertekad untuk tetap kuat.

"Baiklah, Nathan, aku akan tidur di sofa," kata Vina akhirnya, mengalah demi menghindari konflik lebih lanjut.

Nathan mendengus, "Bagus deh! Eke gak mau rebutan tempat tidur sama yey."

Vina berbaring di sofa, menatap langit-langit kamar yang penuh dengan lampu-lampu kecil. Hatinya penuh dengan pertanyaan tentang masa depan yang tidak pasti.

Meski pernikahan ini adalah jalan keluarnya dari masalah keuangan keluarganya, Vina tidak pernah membayangkan akan menghadapi situasi seperti ini.

Di tengah kesunyian malam, Vina merenung dan berdoa, berharap ada keajaiban yang bisa mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Tapi untuk saat ini, ia harus bertahan dan menjalani hari demi hari dengan segala kekuatan yang dimilikinya.

"Yey, gak ganti baju? Jorok amat siih... Ih amit-amit, dia tidur dengan kuman di badannya!," ujar Nathan seraya pergi ke kamar mandi dengan langkah gemulai yang khas.

Meski mendengar omelan Nathan, Vina memilih mengabaikannya dan hanya berbalik membelakangi Nathan dengan cuek. Ia tidak peduli meski harus tidur dengan gaunnya yang masih terpakai.

"Bodo amat," serunya lalu memejamkan mata, berharap bisa segera terlelap.

Setelah beberapa saat, Vina sempat tertidur hingga akhirnya terbangun karena merasa tidak nyaman dengan gaunnya. Ia bangkit dan menyadari bahwa Nathan tidak berada di kamar.

"Kemana orang aneh itu?," gumamnya sambil mengusap wajah. "Argghh! Aku gak peduli!."

Merasa semakin tidak nyaman dengan gaunnya, Vina pun segera berdiri dan menuju lemari baju yang sangat besar di sudut kamar. Saat membuka lemari tersebut, ia membelalakan matanya.

"Hah! Bahkan mereka sudah menyiapkan baju yang sangat banyak untukku," ujarnya takjub melihat deretan baju di lemari tersebut.

Namun, Vina tidak tahu bahwa baju-baju tersebut sebenarnya adalah milik Nathan. Jangan heran kalau baju-baju itu penuh dengan warna-warna cerah dan model perempuan yang mencolok.

Setelah melihat beberapa pakaian, Vina akhirnya memilih sebuah baju tidur sederhana dan menuju kamar mandi untuk berganti baju. Tapi, saat Vina hendak membuka pintu toilet tiba-tiba saja...

"Hei! Ada orang tauu... Yey emang gak tau sopan santun yaa... Dasar gadis kampung!," teriak Nathan dari dalam.

"Yang benar saja! Dia masih di kamar mandi? Dia mandi atau tapa sih! Menyebalkan!," umpat Vina kesal. Akhirnya, ia pun memutuskan berganti baju di kamar saja dan segera siap dengan baju tidurnya.

Tiba-tiba, pintu kamar mandi pun terbuka dan terlihat Nathan yang juga sudah siap dengan gaun tidur perempuan yang berwarna merah muda. Vina melongo, tak dapat menahan diri untuk menertawakan Nathan dengan cemooh.

"Benar-benar banci," gumamnya pelan nyaris tidak terdengar.

"Ngomong apa yey? Sirik aja siih..." ujar Nathan memalingkan wajahnya dengan gemulai. Namun, Vina hanya bersikap acuh dan berbaring kembali di sofa.

Tiba-tiba Nathan menghampirinya dan mengamati baju yang dipakai Vina. "Eh eh eh... Yey pakai baju eke! Siapa suruh? Cepet, buka baju eke aah... Sebel deeh..." ujar Nathan seraya berjingkrak kesal karena bajunya dipakai Vina.

"Oh jadi ini baju kamu? Ih! Kirain!," tanya Vina tak habis pikir. "Pinjam dulu deh! Aku gak bawa baju," seru Vina kesal, namun Nathan tetap ngoceh dan tidak mau diam.

Vina hanya mengabaikan Nathan dengan berbagai tingkahnya, lalu ia berbaring kembali di sofa seraya menutupi kedua telinganya dengan bantal. Akhirnya dengan rasa lelah dan kesal, Vina pun benar-benar tidur terlelap.

Terpopuler

Comments

Lippe

Lippe

nama samaran : Janeth😭😭😭
Plesetan dari nama Jamet(h) pasti 🤣🤣🤣

2024-06-25

1

ᥫᩣ 🕳️ Chusna

ᥫᩣ 🕳️ Chusna

gnii amatt yaaak hidupp

2024-06-08

2

ᥫᩣ 🕳️ Chusna

ᥫᩣ 🕳️ Chusna

nahh gtu haruss bar bar vin 🤣🤣🤣

2024-06-08

2

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 - Seperti bom atom
2 BAB 2 - Pengorbanan
3 BAB 3 - Apa! Banci?
4 BAB 4 - Malam pertama
5 BAB 5 - Rebutan handuk
6 BAB 6 - Meremang
7 BAB 7 - Sosok misterius
8 BAB 8 - Mencari tahu
9 BAB 9 - Rahasia kelam
10 BAB 10 - Akrab
11 BAB 11 - Curhat
12 BAB 12 - Pohon jambu
13 BAB 13 - Berduka
14 BAB 14 - Prahara
15 BAB 15 - Kirain cemburu!
16 BAB 16 - Ganti mode?
17 BAB 17 - Malam yang meresahkan
18 BAB 18 - Prank
19 BAB 19 - Naik tensi
20 BAB 20 - Rencana demi rencana
21 BAB 21 - Teror Masa Lalu
22 BAB 22 - Awal Baru
23 BAB 23 - Ciuman Pertama
24 BAB 24 - Pewaris sah
25 BAB 25 - Makeover
26 BAB 26 - Drama naik motor
27 BAB 27 - CEO
28 BAB 28 - Gayung bersambut
29 BAB 29 - Kita coba yuk!
30 BAB 30 - Gooool!
31 BAB 31 - Hari baru
32 BAB 32 - Sempurna? Waspada!
33 BAB 33 - Kuat dan berotot
34 Takdir & Ramalan Cinta
35 BAB 35 - Hemm... Gawat nih!
36 BAB 36 - Desas-desus di Kantor
37 BAB 37 - Kejutan
38 BAB 38 - Cemburu
39 BAB 39 - Wajarkah perasaan ini?
40 BAB 40 - Mood
41 BAB 41 - Hangat dan mencair
42 BAB 42 - Masuk angin?
43 BAB 43 - Bulan madu
44 BAB 44 - Eropa
45 BAB 45 - Akhir bulan madu
46 BAB 46 - Hamil
47 BAB 47 - Dia kembali
48 BAB 48 - Topeng
49 BAB 49 - Rencana Gila Widia
50 BAB 50 - Pohon jambu 2
51 BAB 51 - Sama-sama mau
52 BAB 52 - Ternodai
53 BAB 53 - Kasihan deh... Xi xi xi
54 BAB 54 - Ketahuan
55 BAB 55 - Penculikan
56 BAB 56 - Baku tembak
57 BAB 57 - Dalam ancaman
58 BAB 58 - Bagaimanakah nasib Vina?
59 BAB 59 - Orang baik?
60 BAB 60 - Komunitas PTL
61 BAB 61 - Mode STL? Jangan lagi deh...
62 BAB 62 - Pertemuan tidak terduga
63 BAB 63 - Taman hiburan
64 BAB 64 - Bucin?
65 BAB 65 - Tragis
66 BAB 66 - Nikah paksa
67 BAB 67 - Hanya sementara
68 BAB 68 - Mimpi
69 BAB 69 - Takdir?
70 BAB 70 - Bertengkar
71 BAB 71 - Surat terakhir
72 BAB 72 - Surat untuk Lita
73 BAB 73 - Pencarian Nathan
74 BAB 74 - Berbeda
75 BAB 75 - Kembalilah
76 BAB 76 - Mode awal
77 BAB 77 - Vina
78 BAB 78 - Paket misterius
79 BAB 79 - Komunitas PTL
80 BAB 80 - Saling mendukung
81 BAB 81 - Kota XX
82 BAB 82 - Akhirnya bertemu
83 BAB 83 - Ciuman rindu
84 BAB 84 - Misi Baru
85 BAB 85 - Keajaiban Terakhir
86 I Love You, Paman
87 Promo karya baru, mampir juga yuk kakak...
88 Pengumuman Spesial!
89 Novel baru, PULAU ANGKER
90 Promo karya baru 'SINGLE MOM'
Episodes

Updated 90 Episodes

1
BAB 1 - Seperti bom atom
2
BAB 2 - Pengorbanan
3
BAB 3 - Apa! Banci?
4
BAB 4 - Malam pertama
5
BAB 5 - Rebutan handuk
6
BAB 6 - Meremang
7
BAB 7 - Sosok misterius
8
BAB 8 - Mencari tahu
9
BAB 9 - Rahasia kelam
10
BAB 10 - Akrab
11
BAB 11 - Curhat
12
BAB 12 - Pohon jambu
13
BAB 13 - Berduka
14
BAB 14 - Prahara
15
BAB 15 - Kirain cemburu!
16
BAB 16 - Ganti mode?
17
BAB 17 - Malam yang meresahkan
18
BAB 18 - Prank
19
BAB 19 - Naik tensi
20
BAB 20 - Rencana demi rencana
21
BAB 21 - Teror Masa Lalu
22
BAB 22 - Awal Baru
23
BAB 23 - Ciuman Pertama
24
BAB 24 - Pewaris sah
25
BAB 25 - Makeover
26
BAB 26 - Drama naik motor
27
BAB 27 - CEO
28
BAB 28 - Gayung bersambut
29
BAB 29 - Kita coba yuk!
30
BAB 30 - Gooool!
31
BAB 31 - Hari baru
32
BAB 32 - Sempurna? Waspada!
33
BAB 33 - Kuat dan berotot
34
Takdir & Ramalan Cinta
35
BAB 35 - Hemm... Gawat nih!
36
BAB 36 - Desas-desus di Kantor
37
BAB 37 - Kejutan
38
BAB 38 - Cemburu
39
BAB 39 - Wajarkah perasaan ini?
40
BAB 40 - Mood
41
BAB 41 - Hangat dan mencair
42
BAB 42 - Masuk angin?
43
BAB 43 - Bulan madu
44
BAB 44 - Eropa
45
BAB 45 - Akhir bulan madu
46
BAB 46 - Hamil
47
BAB 47 - Dia kembali
48
BAB 48 - Topeng
49
BAB 49 - Rencana Gila Widia
50
BAB 50 - Pohon jambu 2
51
BAB 51 - Sama-sama mau
52
BAB 52 - Ternodai
53
BAB 53 - Kasihan deh... Xi xi xi
54
BAB 54 - Ketahuan
55
BAB 55 - Penculikan
56
BAB 56 - Baku tembak
57
BAB 57 - Dalam ancaman
58
BAB 58 - Bagaimanakah nasib Vina?
59
BAB 59 - Orang baik?
60
BAB 60 - Komunitas PTL
61
BAB 61 - Mode STL? Jangan lagi deh...
62
BAB 62 - Pertemuan tidak terduga
63
BAB 63 - Taman hiburan
64
BAB 64 - Bucin?
65
BAB 65 - Tragis
66
BAB 66 - Nikah paksa
67
BAB 67 - Hanya sementara
68
BAB 68 - Mimpi
69
BAB 69 - Takdir?
70
BAB 70 - Bertengkar
71
BAB 71 - Surat terakhir
72
BAB 72 - Surat untuk Lita
73
BAB 73 - Pencarian Nathan
74
BAB 74 - Berbeda
75
BAB 75 - Kembalilah
76
BAB 76 - Mode awal
77
BAB 77 - Vina
78
BAB 78 - Paket misterius
79
BAB 79 - Komunitas PTL
80
BAB 80 - Saling mendukung
81
BAB 81 - Kota XX
82
BAB 82 - Akhirnya bertemu
83
BAB 83 - Ciuman rindu
84
BAB 84 - Misi Baru
85
BAB 85 - Keajaiban Terakhir
86
I Love You, Paman
87
Promo karya baru, mampir juga yuk kakak...
88
Pengumuman Spesial!
89
Novel baru, PULAU ANGKER
90
Promo karya baru 'SINGLE MOM'

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!