Hari pernikahan pun akhirnya tiba. Matahari pagi menyinari kediaman keluarga Hartono, yang sibuk dengan persiapan pernikahan Vina dan Nathan.
Seluruh rumah dihiasi bunga-bunga indah dan dekorasi megah, menandakan ada perayaan besar. Segala biaya dan persiapan acara ditanggung oleh keluarga Hartono agar di pastikan acara ini berlangsung sempurna.
Di salah satu kamar, Vina duduk di depan cermin, mengenakan gaun pengantin putih yang anggun. Gaun itu dirancang khusus untuknya, membuatnya terlihat sangat cantik dan anggun.
Seorang penata rias menyelesaikan sentuhan terakhir pada make-up Vina, sementara yang lain memperbaiki tatanan rambutnya.
Vina sempat merasa risih saat penata rias terlihat berbisik-bisik di belakangnya. Entah apa yang sedang mereka bicarakan tapi itu tidak lantas membuat Vina terganggu.
"Apakah ini diriku?," gumam Vina ketika berdiri dan melihat dirinya di cermin, ia hampir tidak mengenali bayangan yang kembali menatapnya. Gadis bar bar dari desa yang keras kini tampak seperti putri dari dongeng.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka perlahan, dan Wiliam, adik tiri Nathan yang berusia lebih muda langsung masuk tanpa permisi. Ia berhenti sejenak karena terpukau oleh kecantikan Vina.
Namun, senyumnya segera berubah menjadi senyum sinis. "Kamu memang cantik, Vina," katanya dengan nada mengejek. "Tapi sayang sekali nasibmu harus menikah dengan Nathan, semoga kamu siap dengan segala keunikannya."
Vina mengernyitkan dahinya berusaha menahan emosi dan hanya menatap Wiliam dengan heran. "Siapa kamu? aku tahu apa yang aku hadapi, terima kasih atas peringatannya," jawab Vina acuh.
Wiliam tertawa kecil dan keluar dari kamar, meninggalkan Vina yang kembali fokus pada dirinya sendiri. Di ruangan lain, Nathan juga sedang bersiap-siap dengan bantuan beberapa asisten.
Persiapannya memakan waktu lebih lama dari yang diharapkan, karena kepribadian Nathan yang menyerupai wanita. "Aduuuh... Ini gimana siiih... Kok bajunya item semua! Aah, eke gak suka deeh...," ucapnya seraya terus membenahi make UP nya yang menor.
Ya, selain persiapan dengan bajunya, Nathan juga merias dirinya dengan make UP yang tebal layaknya hiasan pengantin perempuan.
Nathan mencoba beberapa setelan jas dengan gaya yang gemulai, memeriksa setiap detail di depan cermin. Ia memastikan bahwa setiap jahitan dan modelnya sempurna.
Para asisten berusaha sebaik mungkin untuk mengikuti ritmenya, meskipun terkadang mereka kesulitan memahami keinginannya. "Bestii... gak ada yang ngerti keinginan eke apa, pusing kepala eke."
Beberapa asisten yang berada di dekatnya sempat terkekeh melihat tingkah majikannya itu. Tapi mereka tidak berani mencela karena pekerjaan mereka taruhannya.
Setelah beberapa kali ganti pakaian, akhirnya Nathan menemukan setelan jas yang menurutnya paling cocok. Yakni setelan jas berwarna merah muda sesuai warna kesukaannya.
Ia memandangi dirinya di cermin dengan rasa puas, meskipun di balik senyum itu, tersirat keterpaksaan telah menyetujui perjodohan ini.
Ketika semua sudah siap, tamu-tamu pun mulai berdatangan. Para undangan itu terdiri dari kerabat dekat, teman-teman keluarga, dan beberapa orang penting di komunitas mereka.
Kini, Vina berdiri di depan pintu besar yang akan membawanya ke altar. Ia merasakan tangan ayahnya menggenggam erat tangannya untuk memberikan kekuatan dan dukungan pada putri semata wayangnya itu. "Kamu akan baik-baik saja, Vina. Kami selalu ada di sini untukmu," bisik Pak Andi.
Dengan langkah yang mantap, Vina berjalan menuju altar, diiringi tatapan kagum para tamu. Gaun pengantinnya yang anggun mengalir di belakangnya, sementara wajahnya memancarkan pesona kecantikannya yang alami.
Namun, seiring dengan semakin dekatnya jarak antara dirinya dan altar, Vina mulai merasakan keraguan yang tiba-tiba membuat langkahnya menjadi berat.
Pandangannya tertuju pada sosok yang berdiri di depan altar, hatinya berdegup kencang dan menerka-nerka. Vina memperhatikan sosok tersebut dari ujung kaki hingga kepala, mencoba mengenali siapa yang sedang menantinya.
"Kenapa MUA-nya berdiri di situ? Di mana laki-laki yang bernama Nathan itu?" pikir Vina seraya memutar kepala, melihat sekelilingnya dengan cemas.
Namun, ketika tatapannya kembali ke arah altar, ia melihat seorang pria berbaju merah muda yang berdiri dengan anggun. Pria itu mengenakan jas berwarna lembut dengan aksesoris yang mencolok, wajahnya pun dipoles bak perempuan dan rambutnya pun tertata sempurna.
Seketika, mata Vina membelalak. "Oh tidak! Jangan-jangan laki-laki berbaju merah muda itu Nathan, calon suamiku!," gumamnya, merasakan ketakutan yang menggelayuti hatinya.
Ekspresi Vina yang seketika berubah muram membuat Widia dan Wiliam, yang duduk di samping, tertawa kecil menertawakannya. Senyum sinis mereka seakan menambah beban di hati Vina sehingga membuatnya semakin menyadari kebenaran yang pahit.
Ia baru mengerti kenapa mereka menertawakannya. Nathan yang dijodohkan dengannya ternyata memang benar-benar banci, seorang laki-laki cantik yang berbeda dari bayangannya.
Vina mencoba menenangkan diri, meski hatinya bergolak. Ia menoleh pelan ke arah ayahnya, dengan matanya yang penuh pertanyaan. "Ayah, apa dia yang bernama Nathan?," tanyanya dengan suara yang nyaris berbisik.
Pak Andi mengangguk pelan, wajahnya pun kini terlihat penuh rasa bersalah. "Iya, Nak, itu Nathan."
Vina mengangkat bibir satunya dan tersenyum kecut. "OMG! Aku nikah sama banci?" pikirnya, merasakan darah yang mendidih di kepalanya.
Namun, saat ini tidak ada waktu untuk mundur. Vina hanya melanjutkan langkahnya, meski kini terasa lebih berat. "Pantas saja orang tuanya mau memberikan uang sebanyak itu, anaknya memang benar-benar bermasalah, Oh Tuhan, bagaimana hidupku selanjutnya hu hu hu...."
Dengan gaya gemulai dan bahasa has seorang banci, Nathan melihat penampilan Vina dari ujung kaki hingga kepala dengan tatapan tidak suka dan menganggapnya remeh karena sirik atas kecantikan Vina.
"Akhirnya, ketemu juga sama cewek matre ini," ucap Nathan dengan nada dan suara has banci .
Bahkan, setelah melakukan janji suci dan sah menjadikan suami istri, Nathan enggan saat di suruh untuk menyambut tangan Vina, namun dengan terpaksa ia melakukannya meski setelahnya Nathan langsung membersihkan tangannya dengan tisu basah dan tisu kering selama beberapa kali seolah jijik.
Vina keheranan melihat sikap Nathan, tapi justru itu membuatnya semakin ilfeel pada Nathan.
Vina mencoba tetap tenang, meski hatinya mulai bergolak. Ia merasa bingung dan tersinggung oleh sikap Nathan. Sebagai istri yang baru saja dinikahinya, ia tidak mengerti mengapa Nathan begitu kasar dan merendahkannya.
Widia dan Wiliam, yang mengamati dari kejauhan, saling pandang dan tertawa kecil, menikmati pemandangan yang menurut mereka menghibur. Mereka senang melihat Vina menderita di tangan Nathan, seolah menjadi sebuah hiburan kejam bagi mereka.
"Hai!," seru Vina mencoba berbicara dengan Nathan. Tapi Nathan hanya menjawab dengan singkat dan tidak ramah. "Apose, jangan sok kenal deh ah! yey pikir, yey bisa mendapatkan semua ini hanya karena yey cantik? Jangan harap," ucap Nathan dengan nada sinis, lalu berbalik meninggalkan Vina yang semakin bingung dan terluka.
Di balik semua senyuman tamu yang hadir, Vina merasa kesepian dan terasing. Ia tahu bahwa pernikahan ini tidak akan mudah, tapi ia tidak pernah membayangkan akan mendapat suami banci yang merendahkannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Lippe
EYKE gak suukaaaa
Gak mau, gak suka Gelaay
💅💅💅💅💅💅💅💅💅
2024-06-25
1
ᥫᩣ 🕳️ Chusna
semngtt vin buatt si kucingg jdii harimauu
2024-06-08
3
ᥫᩣ 🕳️ Chusna
wah wahhh tatr kauu dsledingg baru tau rasa than
2024-06-08
1