Sang Nurbuwat tumbuh dewasa dengan ajaran-ajaran kebijakan yang diturunkan sang ayah, Sang Bapak Alam. Nurbuwat yang dianugerahi kecerdasan di atas rata-rata mempertanyakan apakah ada kehidupan lain selain apa yang ada di sekitarnya.
Sang Nurbuwat pun mulai mengembara mencari sesuatu yang untuk sebagian orang mustahil ditemukan. Hingga suatu ketika ia menemukan sebuah celah dimensi. Sebuah dimensi yang ternyata berdampingan dengan dimensi alam nyata. Sebuah dimensi yang dikenal dengan dimensi Alam Gaib. Sebuah alam nan indah layaknya sebagai bumi itu sendiri, namun yang membedakan hanyalah penghuninya saja. Jika bumi merupakan tempat tinggal bagi makhluk Jasmani maka Alam Gaib menjadi tempat tinggal makhluk halus, para Lelembut atau dikenal dengan bangsa Jin dan siluman.
Dan disinilah Nurbuwat akan dipertemukan dan sebuah takdir yang tak terduga.
Nun disana di sebuah istana nan megah nampak jelas beberapa makhluk cantik melayang-layang seringan kapas bercanda dan tertawa-tawa riang dengan suara semerdu nyanyian alam.
Nurbuwat terpesona akan kecantikan makhluk yang melayang-layang tanpa sayap tersebut. Dengan penuh rasa penasaran sang Nurbuwat memberanikan diri muncul dari persembunyiannya dan menanyakan;
"Wahai penghuni Alam Gaib perkenankanlah aku bertanya, gerangan makhluk cantik apakah yang aku ajak bicara ini."
Mereka terperanjat kaget mendengar suara yang begitu asing. Suara seorang pemuda dari makhluk yang bernama manusia. Mereka semua kabur melesat masuk ke dalam istana dan mengunci pintu rapat-rapat.
Karena penasaran beberapa dari mereka mengintip dari celah-celah lubang ventilasi atau membuka sedikit celah jendela.
"Ayolah, aku cuma mau bicara. Aku takkan menyakiti siapapun." Setengah jengkel Nurbuwat merajuk.
Dari dalam istana terdengar bisik-bisik gaduh seperti saling mendebat atau saling menyuruh siapa yang paling berani untuk maju menghadapi maju menghadapi makhluk asing bernama manusia itu.
Setelah beberapa saat menunggu, tiba-tiba salah satu dari jendela kencana menyeblak terbuka. Salah satu makhluk cantik yang sepertinya dipaksa didorong keluar tampak jengkel memaki-maki jendela yang sudah ditutup rapat kembali oleh teman-temannya.
"Kalian sepertinya makhluk pemalu ya." Nurbuwat menghampiri makhluk jelita itu dengan semburat rona merah jambu yang menghiasi pipinya.
Makhluk yang menyerupai gadis jelita itupun akhirnya memberanikan diri melayang turun menjejakkan kaki telanjangnya ke tanah melangkah anggun menghampiri Nurbuwat. "Anda sepertinya bukan orang biasa. Karena Anda makhluk Jasmani pertama dapat mengunjungi Alam Gaib ini."
"Oh ya, aku orang pertama? Wah hebat dong ini merupakan suatu prestasi. Oh ya, perkenalkan aku Nurbuwat, putra Sang Bapak Alam." Nurbuwat memperkenalkan diri.
"Ooh pantas Anda dapat sampai kemari."
"Yah begitulah..." Mereka berjalan-jalan santai berdampingan sembari bercakap-cakap menikmati keindahan taman kompleks istana.
"Dan kau, makhluk apa sebenarnya kalian. Kalian seperti memiliki daya pesona magis tak terkatakan. Sehingga menggoda iman setiap insan yang memandang."
Hati gadis mana yang tak tergetar mendengar kata-kata manis rayuan gombal seperti itu, bahkan bidadari surga pun menjadi salah tingkah mendengarnya. Tersenyum tersipu menunduk malu semburat rona merah lagi-lagi terlukis jelas di pipinya yang manis. Padahal tak sedikit pun terbersit niat dalam hati Nurbuwat merayu, apalagi membuat seorang gadis jelita jatuh cinta.
"Sa-saya..." gadis jelita itu menjadi tergagap gugup salah tingkah menanggapi pertanyaan yang seharusnya simpel untuk dijawab. "...De-Dewi Mulat, kami disebut sebagai Bidadari, kami adalah makhluk sebangsa peri." Makhluk cantik itu terus menunduk gugup.
"Hmm pantas kalian begitu cantik..."
Begitulah pertemuan Nurbuwat dengan Dewi Mulat seorang bidadari jelita kelak akan menjadi jodohnya.
Sementara itu Sang Rudra yang menyimpan dendam masa lalu kepada Sang Bapak Alam, tengah merencanakan sesuatu dengan otaknya yang licik.
Mengetahui bahwa Sang Nurbuwat merupakan manusia terpilih yang ditakdirkan melahirkan para pemimpin dunia, maka Rudra pun merancang sebuah rencana agar keturunannya dapat dipersatukan dengan keturunan Nurbuwat dan dapat menjadi penguasa juga seperti keturunan Nurbuwat kelak..
Adalah Dlajah salah seorang putri dari Sang Rudra Malih Rupa, merubah wujud menyerupai sosok Dewi Mulat yang merencanakan misi berbahaya mendapatkan benih manusia pilihan.
Dibantu sang ayah gadis yang baik perawakan, wajah maupun suaranya sudah amat mirip dengan Dewi Mulat melangkah anggun memasuki bilik pribadi Nurbuwat. Setelah menyembunyikan secara gaib Dewi Mulat yang asli tentunya.
Tanpa menyadari atau mungkin terhipnotis oleh kecantikan Dlajah Nurbuwat mencumbu mesra Dlajah yang dikira istrinya tersebut.
Dan begitu tahu Nutfah Nurbuwat telah jatuh ke rahim putrinya, Sang Rudra pun memanggilnya pulang untuk berganti dengan Dewi Mulat yang asli.
Waktu pun berlalu hingga Dewi Mulat mengandung dan melahirkan dua orang bayi kembar, tepat pada waktu Julungwangi (saat matahari terbit). Namun anehnya, salah satu bayi Dewi Mulat tidak sempurna dan hanya berbentuk gumpalan cahaya (nur) nan menyilaukan.
Di tempat lain di hari yang sama, pada waktu Julungpujut (matahari tenggelam) Dlajah putri Sang Rudra pun melahirkan seorang anak berbentuk Asrar (daya hidup yang memancarkan cahaya), berkilauan sebening embun.
Rudra pun membawa Asrar tersebut dan menyatukannya dengan bayi cahaya milik Nurbuwat secara diam-diam. Perlahan perpaduan cahaya menyatu secara ajaib membentuk tubuh seorang bayi merah nan mungil sempurna berselimut cahaya.
Perlahan Sang Rudra yang bermaksud memegang dan menimang bayi berjenis kelamin laki-laki itu. Namun alangkah terkejutnya Sang Rudra tanganya menembus tubuh sang bayi yang lelap tertidur seolah hanya memegang cahaya, tangan jahat Sang Rudra tak mampu menjamah bayi itu bahkan kulit arinya sekalipun.
Tiba-tiba sang bayi terbangun dan menangis untuk yang pertama kalinya. Membuat Nurbuwat dan Istrinya terjaga. Seketika Sang Rudra pun menghilang bersembunyi ke alam gaib. Nurbuwat terkejut sekaligus bersyukur kepada Sang Maha Pencipta yang telah menyempurnakan "gumpalan cahaya" menjadi raga bayi laki-laki yang sempurna.
Dengan penuh kasih Nurbuwat menimang putra keduanya yang berselimut cahaya itu dengan riang gembira. Nurbuwat menamai putranya itu sebagai Sang Senjakala, sedangkan kembarannya yang normal diberi nama Sang Fajar.
Sang Rudra mengintip dari balik tirai dan bekata; "Hari ini aku tidak bisa menyentuhmu. Tapi, suatu saat kau akan menjadi sekutuku. Ingat itu, cucuku..." Sang Rudra tersenyum menyeringai.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Anita Venter
Bikin cerita ini susah, Salut Sama author nya,,
2020-10-15
0
zhafa
zhafira datang memberi dukungan like rate conent🥰🥳🥳🥳🥳🥳
2020-10-01
0
@elang_raihan.Nr☕+🚬🐅🗡🐫🍌
Penasaran ☕🤭
2020-09-12
0