(Tandai Typo)
Devian melangkah memasuki kamarnya, dimana sang istri sudah tertidur diatas kasur king size milik mereka. Disamping istrinya, terdapat seorang wanita paruh baya cantik yang duduk di sisi ranjang sambil menggenggam tangan sang istri.
"Mam" panggilnya.
Wanita paruh baya itu lantas menoleh "Maaf Devian, Mami terpaksa menyuntikkan istrimu obat tidur. Mami tidak tega melihatnya".
Devian tersenyum, berjalan mendekat "It's Okay Mam, apa kondisi kejiwaannya baik-baik saja?".
"Kata dokter, Miranda sudah benar-benar sembuh dari gangguan kejiwaannya, namun yang membuat kita bingung adalah kenapa dia masih bersikap sama?" ucapnya.
Ya, nama istri dari Devian adalah Miranda. Angelica Miranda D'angelo istri tercinta dari Leonardo Devian D'angelo.
Wanita paruh baya itu berdiri, menghadap putra sulungnya "Devian, Mami berharap kamu cepat menemukan cucu Mami" ucapnya lirih.
Kejadian 4 tahun lalu tak pernah dia lupakan, dimana sang suami meninggal terkena serangan jantung karena kabar sang cucu yang hilang dicuri orang. Ya, Gavino D'angelo, suami Melody D'angelo.
Devian terdiam, menatap istrinya sejenak "Mam, ada yang ingin aku sampaikan. Ikut aku ke ruangan kerjaku" Devian melangkah keluar dari kamar itu, tapi sebelum itu dia sudah lebih dulu mengecup kening sang istri.
Melody mengikuti putranya dari belakang. Didepan pintu, mereka berpas-pasan dengan adik Devian, putri kedua sekaligus bungsu dari Gavino dan Melody, namanya Evelyn D'angelo.
"Loh? Mami sama Kakak mau kemana?" tanya dia.
"Kebetulan sekali kau sudah pulang. Ayo ikut" Devian kembali melangkah.
Evelyn menatap Melody dengan tanya, Melody hanya mengangkat kedua bahunya, pertanda dia sendiri juga tidak tahu. Keduanya pun mengikuti Devian dari belakang.
"Mam, bagaimana keadaan Kak Angel?" tanya Evelyn. Evelyn memanggil Miranda dengan sebutan Angel, katanya itu adalah panggilan kesayangan.
Melody menghela nafas lelahnya "Sama seperti pemeriksaan awal, Eve" raut wajahnya terlihat masam.
Evelyn yang mengerti segera mengelus punggung Melody "Kita hanya bisa berdoa dan berharap, Mam".
Melody hanya mengangguk lesu. Dia berharap agar menantunya segera kembali seperti sedia kala.
Sebenarnya ada hal lain yang membuat Miranda seperti itu. Kisah sebenarnya bukanlah hanya kehilangan rahim dan anak, tapi Miranda juga kehilangan kedua orangtuanya. Kedua orangtuanya tewas dalam tragedi kecelakaan tunggal pada saat dalam perjalanan menuju rumah sakit, dimana kejadian itu terjadi pada 4 tahun yang lalu, tepat saat Miranda akan melahirkan.
***
"Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Melody yang sudah berdiri didepan meja kerja milik putranya.
Devian nampak membuang nafas lelah, lantas memandang Mami dan adiknya bergantian. Tatapannya terlihat, sendu dan sulit untuk diartikan.
Melody mengerti lantas mendekat dan langsung mengelus puncak kepala putra sulungnya "Kenapa?".
"Kakak tenang, aku yakin Kak Angel akan baik-baik saja" ucap Evelyn.
Devian bersandar pada kursi kebesarannya sambil memejamkan kedua manik tajamnya "Ini bukan tentang istriku. Tapi..." Devian berhenti sejenak, membuka kedua matanya lalu memandang Melody dan Evelyn secara bergantian.
"Tapi apa?" tanya Melody dan Evelyn secara bersamaan.
"Vania" hanya satu kata yang keluar dari mulutnya. Satu kata yang langsung membuat Melody dan Evelyn mengerti.
Evelyn pun ikut mendekat "Apa sudah ada titik terangnya, Kak?".
Devian hanya berdehem, hal itu membuat Melody dan Evelyn sama-sama tersenyum senang. Inikah akhir dari penantian mereka selama 4 tahun belakangan ini? Jika benar, maka mereka akan sangat merasa bersyukur.
"Lalu cucu Mami dimana? Kenapa kamu tidak membawanya pulang ke mansion ini? Dia baik-baik saja kan? Dia hidup dengan baik kan? Apa dia sehat? Bagaimana rupanya? Pasti dia secantik Miranda bukan?" Melody langsung menyerbu Devian dengan berbagai pertanyaan, membuat Devian refleks memijat pelipisnya.
"Sayangnya dia tidak hidup dengan baik sesuai yang Mami kira. Tadi, aku bertemu dengan anak kecil yang bernama Vania..." Devian pun menceritakan kejadian tadi kepada Mami dan adiknya secara detail.
Melody dan Evelyn yang mendengar itu lantas menutup mulut mereka dengan tangan mereka. Sebegitu menderitanya kah permata keluarga mereka?.
"Devian, kamu?...Ma-mami" Melody bahkan tak bisa melanjutkan kata-katanya karena mendengar cerita Devian yang menyatakan jika kondisi dan keadaan sang cucu benar-benar sangat buruk.
Evelyn? Gadis SMA itu hanya terdiam tak menyangka. Dia berpikir bahwa kehidupan yang dijalani sang ponakan sangat dan sangatlah berat bagi anak sekecil Vania.
"Ken sedang menyelediki anak itu, aku yakin dia adalah Vania, anakku. Aku yakin itu. Nanti aku akan bertemu dengannya dan aku akan memeriksa kalung yang mungkin dia pakai" ujar Devian.
Melody mengangguk setuju "Mami ikut! Kita juga harus memastikan baju bayi yang dia milikki, kamu gak lupa kan tentang ukiran nama yang ada di bajunya?".
Devian menggeleng "Aku gak akan pernah melupakannya, Mam. Aku akan menemuinya besok".
"Kak, aku ik-...".
"Kamu sekolah, Eve! Masalah ini biar Kakak dan Mami yang urus. Tugasmu hanya mengawasi istriku" potong Devian cepat.
Evelyn mengangguk lesu "Baiklah kalau begitu, aku tunggu kabar baiknya ya kak! Dadah Mam!" dia pun keluar dari ruangan itu.
Tersisa lah Devian dan Melody, Devian lantas berdiri dan berjalan mendekati balkon dengan kedua tangan yang berada disaku celananya.
"Mami keluar ya? Mami akan berusaha menjelaskannya pada Miranda nanti" ucap Melody bersiap untuk keluar, namun langkahnya terhenti ketika Devian membalas ucapannya.
"Jangan, Mam. Biarkan ini menjadi kejutan untuk istriku" ucapnya tanpa memandang Melody.
Walaupun Devian tak melihatnya, tapi Melody tetap mengangguk dan keluar dari sana, meninggalkan Devian yang termenung menatap langit sore ini.
"Bagaimana perasaan kamu, sayang? Jika kamu melihat kondisi anak kita yang sangat kurus dan tidak terawat itu?" gumamnya lirih, air matanya pun ikut berjatuhan, memikirkan anak yang dia temui tadi, anak yang begitu kurus dan sangat kotor. Hatinya akan benar-benar hancur jika terbukti bahwa anak itu adalah putrinya, anak semata wayangnya bersama Miranda.
Disisi lain, Vania baru saja selesai makan. Dia mulai merapikan beberapa baju miliknya ke dalam tas kecil. Dia hanya membawa baju bayinya, beberapa helai baju, dan barang-barang yang sangat penting lainnya.
Setelah itu dia mendukung tasnya, memandang sekeliling gubuk yang sudah hampir mau roboh "Vania haluc telual dali cini, talau ndak, bica-bica Vania teltimpa cama tayu-tayu deh" ucapnya.
Dia pun berjalan keluar, meninggalkan gubuk itu sambil sesekali menoleh ke belakang, memandang gubuk tersebut dengan senyuman khasnya.
"Maap ya nek, nanti Vania atan temui nenek ladi. Tapi Vania haluc peldi dulu, Vania mau cali olantua Vania".
Vania kembali melanjutkan langkahnya. Langkah demi langkah membawanya ke sebuah mansion mewah yang entah kenapa dia bisa sampai disana, seakan kakinya sendiri yang menuntunnya ke mansion itu. Dia berdiri memandang kagum ke arah mansion itu, mansion paling mewah, besar dan megah dari mansion lainnya.
"Woah, becal cetali. Apa ini ictana?" ucapnya terkagum-kagum.
Lama disana dia lantas kembali berjalan mendekati jalan setapak yang ada di samping pagar beton tinggi mansion itu. Dilihatnya di ujung jalan setapak itu ada seekor anak kucing yang sangat menggemaskan.
"Ihh! Meow? Cini-cinii cama Vania! Ayo tita belteman? Tamu mau tan meow? Xixi coalna Vania ndak puna teman, tan tata meleta Vania dembel, mictin dan bau. Jadi tamu temenan caja cama Vania" celotehnya.
Namun anak kucing itu segera memanjat dan pergi dari sana, meninggalkan Vania yang memandangnya dengan sendu.
"Telnata cama caja ya? Mau itu olan ataupun hewan, meleta tetap caja menjauhi Vania" Vania berdiri, berjalan luntang-lantung tanpa tujuan dan arah. Dia hanya terus berjalan tanpa dia tahu jika seseorang memandangnya dari kejauhan.
"Itu bukannya anak yang Tuan temui?" gumam orang itu.
Ken. Dia memandang beberapa teman bodyguardnya "Ikuti anak itu. Awasi dia dan cari informasi mengenai anak itu. Saya akan menyelidiki tempat tinggalnya dulu" ucap Ken.
Lantas empat bodyguard berbaju hitam langsung melangkah, mengikuti Vania dari belakang. Sedangkan Ken menuju ke gubuk bekas Vania tinggali. Disana dia mendapatkan banyak informasi lewat cerita dari warga sekitar. Salah satu informasi yang membuatnya semakin yakin jika Vania adalah anak majikannya adalah nama dari Vania. Warga mengatakan jika nama Vania adalah Bellvania Gianna D. Dimana mereka tak mengetahui nama belakang Vania, dikarenakan nama yang terukir dibaju bayinya hanya itu. Kata warga, almarhum nenek sendiri yang menceritakan mengenai nama dan baju serta kalung yang ada pada diri Vania.
To be continued...
(Hai. Seperti biasa, like dan komen ya! Timakacih udah baca! Dadah!).
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
sendy kiki
kak up lagi dunk. dikit lagi Vania berkumpul lagi keluarga kandungnya. ga sabar. double up dunk Kaka 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹 tiap up gift sellu ada
2024-06-05
4