Chapter | 4

Aku mencintaimu karena imanmu, bukan hartamu. Aku kagum dengan hapalanmu bukan kejayaanmu. Aku suka dengan akhlakmu, bukan dengan ketampananmu.

__________

Di sepertiga malam, di mana kebanyakan sebagian manusia memilih untuk memuja-muja mimpi indahnya, berlari-lari dari mimpi buruknya. Tidak dengan mereka. Mereka yang lebih memilih untuk bertumpu di atas sajadah, menopangkan kedua tangannya, mengadu kepada Rabbnya, menitihkan airmata harunya. Surga pun merindukannya.

"Ya Allah ... wahai Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kuatkanlah iman Islam hamba-Mu yang lemah ini, Ya Rabb. Selalu limpahkanlah berkah dan rahmat-Mu untuk kami hamba-Mu. Ya Allah ... kuatkanlah hati hamba, Ya Allah, lapangkan dada hamba untuk menerima kenyataan ini. Ya Allah ... berikan hidayah untuk kak Dhira agar dia bisa melupakan penderitaan masa lalunya, dan agar dia tidak membenci hamba, Ya Allah. Walaupun dia bukan kakak kandung hamba, hamba menyayanginya seperti kakak hamba sendiri. Lembutkanlah hatinya, Ya Allah. Rabbana aatina fiddunya hasanah wafil akhirati hasanah wakina adza bannar. Aamiin."

Keila memiliki rutinitas di setiap harinya, dimulai dari salat Tahajud saat membuka mata dan salat Tasbih saat menutup mata.

Selesai salat Tahajud Keila memilih untuk tadarus Al-Qur'an untuk menetralisir kesedihannya. Al-Qur'an adalah pedoman hidup manusia yang siapa membacanya akan mendapat petunjuk sekaligus ketenangan hati dan pikiran jika bisa menghayatinya secara baik dan benar.

Tak berselang lama suara azan Subuh pun berkumandang, dengan suara yang sangat merdu, serta makhorijul huruf yang sangat bagus. Sangat indah didengar, damai, dan tentram.

"Masyaallah, suara siapa, ya, merdu sekali," puji Keila seraya memejamkan matanya, mendalami suara indah sang muazin itu. "Astaghfirullah ... kenapa aku jadi muji suaranya."

Rutinitas selanjutnya, selesai mengerjakan salat Subuh Keila langsung bergegas ke bawah untuk membantu umi memasak di dapur.

Umi sudah lebih dulu ada di sana. Dialah wanita yang Keila ikuti akhlaknya selama ini, dialah perempuan yang tidak pernah lelah mengajarkan Keila bagaimana menjadi seorang muslimah yang baik.

"Assalamu'alaikum, Umi?"

"Wa'alaikumussalam warrahmatullah, eh Kei. Selamat pagi, Sayang."

"Pagi, Umi."

Tanpa dititah lagi Keila langsung membantu Uminya. Kerjaan yang belum sempat terpegang Umi, Keila yang mengerjakan.

"Assalamu'alaikum, Umi?" sapa Dhira yang tiba-tiba datang dan langsung mendekati Umi.

"Wa'alaikumussalam warrahmatullah," jawab Umi sambil menyalakan kompor.

"Dhira bantu apa nih, Mi?"

"Bantu Umi nyapu, ya? Umi belum nyapu di ruang depan."

"Tapi aku maunya bareng, Umi."

"Mau bantu Umi enggak nih?"

"Hm ... yaudah deh, Mi."

Sebelum Dhira melangkah ia tatap Keila terlebih dahulu dengan tatapan super tajam. Keila hanya menunduk menjauh dari tatapan itu.

***

Setelah sarapan sudah siap di atas meja, umi beranjak menuju kamarnya untuk memanggil abi yang masih sibuk dengan Al-Qur'an. Sementara Keila dan Dhira memasuki kamarnya untuk mengganti pakaian sekolah mereka.

Abi dan umi datang lebih dulu. Umi langsung menyendokkan makanan ke piring abi, Keila dan Dhira.

"Assalamu'alaikum, Bi, Mi?" Dhira datang lebih dulu.

"Wa'alaikumussalam warrahamtullah," jawab Umi dan Abi berbarengan sambil menatap ke arah Dhira.

"Kei mana, Dhira?" tanya Abi.

"Masih di kamar, Bi," jawab Dhira malas. Jelas-jelas yang lebih dulu datang Dhira berarti Keila masih di kamar, Dhira langsung tidak mood pagi-pagi.

"Panggilin gih, ini sudah mau siang lho," titah Abi.

Dhira mengangguk, malas sebenarnya, demi pencitraan bahwa dialah anak baik di depan Abi akhirnya ia menyanggupi titahan Abinya itu dengan sekali titah saja.

Ia langsung bangkit menuju kamar Keila. Setelah sampai ia langsung mengetuk pintu kamar Keila tanpa mengatakan apapun.

"Iya sebentar," teriak Keila dari dalam kamar.

Keila langsung bergegas memakai jarum pentul di bagian kerudung area dadanya. Pas sekali ketukan itu terdengar saat Keila sudah siap dengan seragam sekolahnya.

Pemandangan pertama yang Keila lihat di balik pintu adalah wajah garang Dhira yang seakan-akan ingin melahapnya hidup-hidup. Sebisa mungkin Keila tersenyum.

"Eh Kak Dhira, ada apa, Kak?"

"Ada apa, ada apa, cepet! Lenje banget sih dandan aja lama, tuh abi sama umi udah nunggu dari tadi, lelet banget!" Setelah puas mencaci Keila, Dhira langsung pergi begitu saja.

Keila hanya menggelengkan kepala melihat sikap kakaknya yang tidak pernah berubah itu.

***

Umi mengantar Keila, abi, dan Dhira sampai ambang pintu. Abi berangkat dengan pakaian formalnya, Keila dan Dhira berangkat dengan seragam sekolahnya.

Keila dan Dhira sebenarnya dari rumah berangkat bersama, beriringan. Namun, setelah lepas dari pandangan umi, Dhira akan berjalan lebih cepat dari Keila, dia tidak mau berangkat ke sekolah bersama dengan Keila.

Sambil berjalan Keila bersalawat. Langkahnya yang sebelumnya berat kini terasa ringan. Senyuman terus mengembang.

Karena terbiasa berjalan sambil menunduk Keila jadi kurang memperhatikan keadaan sekitar, hingga akhirnya hari ini ia mendapatkan pelajaran, menjaga pandang itu perlu, tapi harus perhatikan juga keadaan.

"Astaghfirullah," desis Keila pelan. Keila tersungkur ke tanah karena ada yang menubruknya dari belakang. Ia lihat tali sepatunya berantakan karena terinjak orang itu.

"Ma ... maaf saya enggak sengaja." Ucapan itu berasal seseorang yang baru saja menubruk Keila.

Keila hanya mengagguk, dia tidak berani untuk mendongak karena dari suaranya saja ia sudah tahu kalau lawan bicaranya adalah seorang ikhwan, ia takut terkena zina mata. Mata sangat berbahaya, jika sekali menatap yang tidak seharusnya ditatap, bisa jadi kita terkena zina mata dan juga zina hati, karena dari mata turun ke hati.

"Kamu enggak apa-apa?" ucapnya lagi setelah terdiam beberapa saat.

"Enggak papa."

"Kenapa kamu enggak bangun kalau enggak apa-apa?"

Keila merutuki dirinya sendiri. Lha iya, bilangnya tidak apa-apa masa masih duduk saja di tanah.

Keila akhrinya bergerak untuk bangun. Rupanya kaki Keila terkilir, nyeri rasanya untuk digerakkan, lukanya masih sangat baru, masih terasa nyeri.

"Aw ...," ringis Keila seraya duduk kembali. Ia memijit mata kakinya yang nyeri itu.

"Ya Allah, saya terlalu ceroboh, maaf tadi saya berlari takut ketinggalan angkot jadi enggak sengaja nabrak kamu, apa sakit banget, ya?"

Keila terkejut saat ia lihat laki-laki tadi berjongkok menyetarakan tubuhnya dengan tubuh Keila. Jantung Keila berpacu dengan kencang, ia takut terjadi apa-apa.

"Maafin saya, ya, saya harus gimana ini?" ucapnya pelan.

Keila tetap diam tak bergeming. Lidahnya seakan kelu. Dia tidak terbiasa dengan posisi seperti ini.

"Kita memang bukan mahram tapi dalam keadaan mendesak kayak gini, saya bolehkan menyentuh kamu buat bantu kamu bangun, kamu mau berangkat sekolah, kan? Kalau kayak gini aja kamu bisa terlambat." Nada bicaranya benar-benar lembut. Seketika jantung Keila yang semulanya normal jadi dag-dig-dug tidak karuan.

"Ta ... tapi."

Laki-laki itu sudah tidak bisa diajak kompromi. Dengan perlahan dia membantu Keila untuk bangun. Tidak sedikit pun ia mencari kesempatan dalam kesempitan, dia begitu hati-hati. Baju syar'i yang Keila kenakan melindunginya dari sentuhan fisik itu.

"Kamu duduk di sini sebentar." Laki-laki itu menitah Keila untuk duduk di sebuah bangku panjang dekat pohon.

Tiba-tiba dia berjongkok. Keila hanya memperhatikannya dalam diam. Sebenarnya apa yang hendak ia lakukan.

Kaila terkejut, dengan cepat ia menyingkirkan kakinya dari tangan laki-laki itu yang hendak menyentuh kakinya.

"Saya cuma mau merapihkan tali sepatumu."

Dia mendongak, Keila menunduk. Pandangan mereka bertemu sesaat. Laki-laki itu langsung membuang pandangannya. Tanpa berbasa-basi lagi dia langsung merapihkan tali sepatu Keila yang sebelumnya berantakan.

Jantung Keila berdetak tidak normal. Wajahnya bersemu merah. Ada apa dengan dirinya.

"Astaghfiirullah," desisnya tanpa sadar.

"Ada apa?" ucap laki-laki itu seraya bangkit dari posisi sebelumnya.

"Em ... enggak, aku enggak apa-apa."

"Terus kamu ke sekolah gimana? Ini udah jam masuk sekolah kalau di sekolah saya," ucapnya seraya duduk di samping Keila dengan jarak yang lumayan jauh.

"Sama, sekarang juga waktunya masuk di sekolahku."

"Di mana sekolahmu?" Dia menoleh sesat setelahnya pandangannya lurus ke depan kembali.

"MTsN Barokah."

"Masyaallah, kita satu tujuan," ucapnya pelan seraya menatap sepatu hitam miliknya.

Keila hanya tersenyum tanpa mengeluarkan suara. Entah mengapa ada rasa senang saat mendengar kalimat yang laki-laki itu ucapkan.

Kita satu tujuan.

"Kalau begitu, bagaimana saya antar sampai ke kelas, maaf saya udah buat kamu kayak ini."

Keila menggerakkan kaki kanannya yang terkilir. Tidak sesakit sebelumnya, ia bangkit, masih kuat, akhirnya ia menggeleng.

"Enggak usah, aku udah enggak apa-apa kok, aku duluan, ya. Assalamu'alaikum," ucap Keila seraya melangkah pelan ke depan.

"Wa'alaikumussalam warrahmatullah."

Laki-laki itu ikut berdiri dan berjalan di belakang Keila. Mana mungkin dia tega membiarkan perempuan yang baru saja ia buat terjatuh ke sekolah dengan langkah lamban sendirian, mau seperti apapun, ini kesalahannya.

***

"Kalian berdua Bapak hukum, berdiri di lapangan sampai jam istirahat!" Gentakan itu berasal dari mulut guru yang berstatuskan di sekolah ini sebagai Guru BK.

Kedua anak itu hanya menunduk. Mereka merutuki nasibnya masing-masing. Apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur. Dia adalah Keila dan laki-laki tadi, hingga saat ini Keila belum mengetahui siapa nama laki-laki itu.

"Maaf, ya, gara-gara saya kamu jadi dihukum," ucap laki-laki tadi sambil menunduk.

"Bukan sepenuhnya salah kamu," ucap Keila.

Lelaki itu hanya diam.

Sepanjang jam hukuman mereka hanya diam, tidak ada yang berani mengangkat suara lebih dulu di antara mereka, tidak terasa bel istirahat pun berbunyi, itu tandanya hukuman telah selesai.

"Alhamdulillah," ucap mereka berbarengan.

"Aku."

"Saya."

Mereka mengucap bersamaan.

"Udah kamu dulu," ucap Keila.

"Kamu aja," ucap laki-laki tadi.

Mereka diam sebentar.

"Aku ke kelas ya," ucap Keila akhirnya.

"Kahf!" Terdengar teriakan seseorang dari arah depan.

Keila terdiam. Apa tadi?

Tiba-tiba ada dua laki-laki berkulit putih dengan wajah yang sangat mirip menghampiri.

"Kahf ... kahf, kenapa sampe bisa kena hukuman, sih?" tanya salah satu dari mereka.

"Ini siapa, Kahf?" tanya laki-laki yang satunya.

Keila langsung menunduk dan pamit untuk ke kelas.

"Kahf, siapa dia?" tanya Keila pada dirinya sendiri.

"Hai?" ucap Gita dan Seira mengagetkan.

"Innalillahi, subhanallah, kalian ngagetin aku aja deh!"

"Langsung tahlilan mendadak Keila kalau lagi kaget." Bahakan tawa Seira melunturkan kekesalan Keila, akhirnya ia pun ikut tersenyum.

"Kamu kok bisa dihukum sih, Kei?" tanya Gita.

"Kok kalian bisa tau, sih?"

     

"Git, sahabatmu nih, ya iyalah kita tau, kamu aja 'kan tadi enggak masuk kelas, dan sekarang masih gendong-gendong tas dari lapangan mau ke kelas, semua orang juga tau keles."

Keila hanya mengangguk-anggukkan kepalanya sambil cengengesan.

"Kok kamu bisa dihukum bareng Al-Kahf, sih?" tanya Seira.

"Al-Kahf siapa?" Keila malah balik bertanya.

"Laki-laki yang tadi, kamu enggak kenal dia emang? Dia' kan mantan Ketua OSIS di sekolah ini, ya ... parah nih, masak enggak kenal, ditambah dia kan The Most Wanted di sekolah ini," kekeh Seira.

"Kok kamu bisa tau benar sih, Sei?" Kini Gitalah yang bertanya.

"Ya, pada kuper nih."

"Al-Kahf? Apa namanya sependek itu?" tanya Keila.

"Mohammed Al-Kahf namanya, kan di mading depan ada, Kei."

"Iya kali, ya, aku enggak pernah ke situ, sih, abis banyak laki-laki terus di situ." Keila menggaruk telungkuknya yang tidak gatal.

Oke nama dia Al-Kahf.

Terpopuler

Comments

𝕂𝕒𝕪𝕝𝕒🅠🅡🅕PUCUK🌱SQUAD🐛

𝕂𝕒𝕪𝕝𝕒🅠🅡🅕PUCUK🌱SQUAD🐛

ehem🤣🤣🤣🤣

2020-10-09

0

pio

pio

gw jadi Keila udah gw rebus si Dhira idih

2020-09-04

0

Yoka Kiara

Yoka Kiara

Lah si Dhira, udah anak pungut tak tahu diri pulak 😶

2020-09-03

1

lihat semua
Episodes
1 Berkenalan dan Mengenalkan.
2 Chapter | 1
3 Chapter | 2
4 Chapter | 3
5 Chapter | 4
6 Chapter | 5
7 Chapter | 6
8 Chapter | 7
9 Chapter | 8
10 Chapter | 9
11 Chapter | 10
12 Chapter | 11
13 Chapter | 12
14 Chapter | 13
15 Chapter | 14
16 Chapter | 15
17 Chapter | 16
18 Chapter | 17
19 Chapter | 18
20 Chapter | 19
21 Chapter | 20
22 Chapter | 21
23 Chapter | 22
24 Chapter | 23
25 Chapter | 24
26 Chapter | 25
27 Chapter | 26
28 Chapter | 27
29 Chapter | 28
30 Chapter | 29
31 Chapter | 30
32 Chapter | 31
33 Chapter | 32
34 Chapter | 33
35 Chapter | 34
36 Chapter | 35
37 Chapter | 36
38 Chapter | 37
39 Chapter | 38
40 Chapter | 39
41 Chapter | 40
42 Chapter | 41
43 Chapter | 42
44 Chapter | 43
45 Chapter | 44
46 Chapter |45
47 Chapter | 46
48 Chapter | 47
49 Chapter | 48
50 Chapter | 49
51 Chapter | 50
52 Chapter | 51
53 Chapter | 52
54 Chapter | 53
55 Chapter | 54
56 Chapter | 55
57 Chapter | 56
58 Chapter | 57
59 Chapter | 58
60 Chapter | 59
61 Chapter | 60
62 Chapter | 61
63 Chapter | 62
64 Chapter | 63
65 Chapter | 64
66 Chapter | 65
67 Chapter | 66 (Fahri)
68 Chapter | 67 (Al-Kahf)
69 Chapter | 68 (Keila)
70 Chapter | 69
71 Chapter | 70
72 Chapter | 71
73 Chapter | 72
74 Chapter | 73
75 Chapter | 74
76 Chapter | 75
77 Chapter | 76
78 Chapter | 77
79 Chapter | 78
80 Chapter | 79
81 Chapter | 80
82 Chapter | 81
83 Chapter | 82
84 Chapter | 83
85 Trailer Rilis
86 Komentar Favorit Author
87 Info
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Berkenalan dan Mengenalkan.
2
Chapter | 1
3
Chapter | 2
4
Chapter | 3
5
Chapter | 4
6
Chapter | 5
7
Chapter | 6
8
Chapter | 7
9
Chapter | 8
10
Chapter | 9
11
Chapter | 10
12
Chapter | 11
13
Chapter | 12
14
Chapter | 13
15
Chapter | 14
16
Chapter | 15
17
Chapter | 16
18
Chapter | 17
19
Chapter | 18
20
Chapter | 19
21
Chapter | 20
22
Chapter | 21
23
Chapter | 22
24
Chapter | 23
25
Chapter | 24
26
Chapter | 25
27
Chapter | 26
28
Chapter | 27
29
Chapter | 28
30
Chapter | 29
31
Chapter | 30
32
Chapter | 31
33
Chapter | 32
34
Chapter | 33
35
Chapter | 34
36
Chapter | 35
37
Chapter | 36
38
Chapter | 37
39
Chapter | 38
40
Chapter | 39
41
Chapter | 40
42
Chapter | 41
43
Chapter | 42
44
Chapter | 43
45
Chapter | 44
46
Chapter |45
47
Chapter | 46
48
Chapter | 47
49
Chapter | 48
50
Chapter | 49
51
Chapter | 50
52
Chapter | 51
53
Chapter | 52
54
Chapter | 53
55
Chapter | 54
56
Chapter | 55
57
Chapter | 56
58
Chapter | 57
59
Chapter | 58
60
Chapter | 59
61
Chapter | 60
62
Chapter | 61
63
Chapter | 62
64
Chapter | 63
65
Chapter | 64
66
Chapter | 65
67
Chapter | 66 (Fahri)
68
Chapter | 67 (Al-Kahf)
69
Chapter | 68 (Keila)
70
Chapter | 69
71
Chapter | 70
72
Chapter | 71
73
Chapter | 72
74
Chapter | 73
75
Chapter | 74
76
Chapter | 75
77
Chapter | 76
78
Chapter | 77
79
Chapter | 78
80
Chapter | 79
81
Chapter | 80
82
Chapter | 81
83
Chapter | 82
84
Chapter | 83
85
Trailer Rilis
86
Komentar Favorit Author
87
Info

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!