Dikisahkan dari Abu Hurairah, bahwa pernah datang kepada Rasulullah SAW seorang laki-laki, kemudian dia berkata, "Berilah aku wasiat!" Nabi pun menjawab, "Jangan marah!" Beliau mengulangi pesannya tersebut sampai beberapa kali. "Jangan marah!"
—HR. Bukhari.
__________
Walaupun rumah mereka berjauhan tetap saja kalau sepulang sekolah itu mereka harus kumpul sebelum pulang ke rumahnya, hanya untuk sekedar mengucap dan menjawab salam setelah itu melambaikan tangan seraya melempar senyuman.
"Maaf, ya, aku enggak bisa bareng kalian, abi hari ini jemput aku."
"Santai, kita berdua masih bisa berjalan kok tanpa kamu, jadi enggak usah enggak enak hati gitu, Kekei," ucap Gita seraya menepuk pelan bahu Keila.
Setelah saling berbalas salam Keila berjalan lebih dulu, ia menghampiri mobil sedan berwarna silver yang sudah sedaritadi berhenti di area dekat halte.
"Assalamu'alaikum, Abi?" ucap Keila seraya mengetuk kaca mobil yang tertutup setengah.
"Wa'alaikumussalam warrahmatullah." Seulas senyum terukir indah di wajah Abi.
Keila membalas senyuman Abinya seraya membuka pintu mobil, setelah itu ia langsung meraih tangan kekar Abi untuk ia kecup punggung tangannya.
"Gimana hari ini?" tanya Abi ketika mereka sudah berada di dalam mobil.
"Alhamdulillah, Bi, kayak biasa, baik-baik aja."
"Alhamdulillah."
"Ke warung bu Gege dulu yuk, kita beli es campur, nanti kita makan di sana, sekalian beliin untuk umi di rumah."
Keila mengangguk setuju. "Udah lama ya, Bi, kita enggak ke sana."
"Abi kamu nih sibuk mulu, maaf, ya."
"Enggak papa, Abi, lagi juga 'kan Abi sibuknya berfaedah bukan sibuk mikirin kesalahan orang lain."
Abi tertawa. "Ngapain Abi mikirin kesalahan orang lain, kesalahan Abi aja jarang Abi pikirin."
***
Sesampai di warung bu Gege Abi langsung melesat ke tengah-tengah kerumunan. Sementara Keila menunggu di bangku panjang yang jaraknya tidak jauh dari tempat pemesanan.
Lumayan lama, akhirnya Abi datang membawa dua mangkuk es campur dan dua pelastik hitam yang isinya juga es campur, yang di pelastik buat umi dan Dhira di rumah.
Keila dan Abinya langsung melahap es campur itu. Siang-siang makan es campur, segar, ditambah tempatnya ini dihinggapi banyak pepohonan tinggi yang masih terlihat asri, sejuk.
Setelah menghabiskan es campur mereka langsung kembali ke rumah. Umi pasti sudah menunggu dengan berbagai tebakan karena Keila dan Abi pulang lewat jam biasanya.
"Assalamu'alaikum, Umi, Kei pulang," teriak Keila sambil memencet bel lalu melepas sepatunya.
"Wa'alaikumussalam warrahmatullah, kalian enggak kenapa-napa 'kan di jalan?"
Abi merangkul bahu Umi. "Tadi aku ajak Kei ke warung bu Gege, nih buat kamu sama si Dhira."
Umi tersenyum di balik niqobnya. "Pas banget, aku lagi kepengen-kepengennya nih. Yaudah yuk langsung makan aja, makanan udah Umi siapin daritadi, nanti takutnya dingin malah merusak selera makan kalian."
Keila langsung bangkit menuju ruang makan yang sudah ada Dhira lebih dulu di sana, diikuti abi yang masih merangkul bahu umi sampai ke ruang makan. Keromantisan mereka tidak pernah luntur termakan usia.
"Ekhem ... hargai jomlo, Mi, Bi," ucap Keila dengan nada didatar-datarin.
"Eh iya ada jomlo toh," kekeh Umi sambil duduk di samping Keila.
Sebelum makan abi memimpin doa, setelahnya mereka langsung melahap makanan yang ada di hadapannya. Hening, hanya sesekali suara dari mulut Keila, abi, dan Dhira yang memuji makanan umi.
***
Setelah makan mereka berkumpul di ruang keluarga untuk menonton televisi bersama. Jarang-jarang momen ini tercipta, apalagi kalau abi lagi banyak tugas, sulit untuk santai-santai bersama.
Suara televisi tersaingkan oleh suara lengkingan telepon yang jaraknya tidak jauh dari ruang keluarga. Umi langsung berlari ke arahnya. Jeda beberapa menit umi datang kembali.
"Abi disuruh cek email dari pak Nanda," ucap Umi sambil duduk kembali di samping Keila.
Abi mengerutkan keningnya seraya memijit-mijit perlahan.
"Kenapa, Bi?"
"Ada kesalahan nih, Mi. Mau marah enggak tega, enggak marah dia terus ngulangin. Astaghfirullah, Abi ke kantor dulu, ya."
Abi langsung bangkit menuju kamar untuk mengambil kunci mobil dan memakai jaket.
"Sabar ya, Bi, jangan dibawa emosi," ucap Umi saat Abi kembali lagi ke ruang keluarga.
Televisi sudah dimatikan, seluruh sorot mata menatap Abi.
"Yaudah Abi berangkat, ya."
***
Dhira bersorak dalam hati saat abi sudah melangkah pergi dari rumah. Sudah saatnya ia lampiaskan kekesalannya yang sebelumnya tertahankan karena ada Abi. Ia menatap Keila tajam.
Umi terdiam, terlihat seperti sedang mengingat-ingat. "Duh ... Umi mau beli sayur sama buah dulu, ya, Umi baru keinget belum belanja bulanan."
Dhira tambah bersorak senang. Kali ini ia mengatakan Allah adil, saat ini Allah ada di pihaknya.
Umi langsung melesat keluar. Tinggallah Keila dan Dhira yang masih setia di ruang keluarga dengan televisi yang sudah dimatikan.
Saat ini mereka terlihat akur, duduk di satu sofa yang sama, bersebelahan, padahal itu hanya pencitraan Dhira saja agar bisa dianggap anak baik oleh abi dan umi.
"Kamu tuh terlalu cari simpati, ya, kalo abi lagi di rumah," ucap Dhira sambil melirik tajam Keila yang sudah gugup ketakutan.
"Simpati gimana, Kak?"
Dhira bangun, ia berdiri di hadapan Keila yang masih duduk di atas sofa.
"Aku enggak suka lihat abi selalu membedakan aku sama kamu, aku ini anak dia juga bukan cuma kamu aja. Kamu itu terlalu alay, lebay, jadi anak caperan!" Dhira mendorong Keila kasar hingga Keila terpental ke arah belakang senderan sofa.
Keila meringis. "Maaf," lirihnya sambil berusaha bangun.
"Maaf-maaf, bosen dengarnya," gentak Dhira sambil melipatkan tangannya di dada.
"Aku harus gimana, Kak? Kenapa sih Kakak selalu aja marah sama aku? Kakak juga benci banget sama aku? Apa salah aku ke Kakak?" lirih keila sambil menahan airmatanya yang sebentar lagi akan jatuh.
"Kamu mau tau kenapa aku benci kamu, hah?!" gentak Dhira sambil mencengkram kuat bahu Keila.
Keila hanya menunduk, Keila tidak berani menatap mata Dhira jika dia sedang diselimuti emosi.
"Aku benci sama kamu, karena aku iri sama kamu yang disayang banyak orang, sedangkan aku? Aku cuma pajangan aja di sini!" gentak Dhira sambil mendorong Keila kasar hingga Keila terpental kembali. Setelahnya ia pergi begitu saja.
Keila hanya bisa menangis, ia tidak sanggup untuk melawan kakaknya itu, Keila lebih memilih untuk mengalah, karena api akan padam bila disiram dengan air dan juga karena ia tidak berani melawan Dhira.
Setelah Dhira pergi dan memasuki kamarnya, Keila bergegas memasuki kamarnya. Ia kunci pintu kamarnya rapat-rapat. Ia menangis dalam diam di kamarnya.
"Ya Allah, berilah hidayah untuk kakakku itu, selalu berilah dia ketenangan batin, kelapangan hati, jauhkanlah ia dari sifat dendam di masa lalunya yang mengakibatkan dia membeci orang lain," lirih Keila sambil memeluk gulingnya.
Setelah hatinya mulai tenang, Keila memilih untuk meneruskan bacaan bukunya yang kemarin. Keila membuka buku halaman kedua yang sebelumnya terurungkan ia baca.
Di antara perilaku yang akan mendapatkan adzab dan siksa dari Allah SWT di antaranya:
Yang pertama, adalah perilaku sombong, baik sombong kepada Allah maupun kepada sesama manusia. Di antara prilaku sombong adalah tidak membiasakan diri untuk berkomunikasi dengan orang lain, bersifat pendiam dan bersifat pendendam. Dalam suatu haditsnya Rasulullah SAW bersabda yang artinya: "Tidak akan masuk surga, seseorang yang di dalam hatinya terdapat sifat kesombongan walaupun sebesar atom."
Yang kedua, prilaku selalu bersifat marah. Dalam suatu haditsnya Rasulullah bersabda, la taghdab, la taghdab, la taghdab. Jangan marah, jangan marah dan jangan marah, kendati pun marah adalah sifatnya manusia dan fitrah manusia.
Tetapi Rasulullah SAW mengatakan:
Innal baghda minas syaitan. Sesungguhnya marah itu dari setan. Apakah itu marah yang masih terkendali akal sehatnya atau marah yang tidak terkendali akal sehatnya. Yang jelas sifat marah mendatangkan azab Allah SWT.
Selama kita menampilkan sifat marah, maka murka Allah terbuka untuk kita, azab Allah terbuka untuk kita, kutukan dan laknat Malaikat terbuka untuk kita, peluang bala dan bencana, besar sekali mengancam keselamatan kita dan selama kita marah setan memproklamirkan dirinya dengan penuh kemenangan serta pintu neraka dibukakan untuk kita.
Imam Ali Karamullahu Wajhah mengatakan, penyebab utama yang membuat orang banyak mengidap penyakit (penyakit yang sudah komplikasi) karena dia selalu marah yang membawa kepada kebencian yang tersimpan, bahkan marah kata imam Ali, menyebabkan orang cepat mati karena beliau menjelaskan orang yang suka marah hakikatnya dia memperpendek umur.
Sekali marah maka 360 persendian dalam tubuh akan ikut bermasalah terutama dalam hal ini peredaran darah akan tidak stabil dalam tubuh kita.
Sehingga Rasulullah SAW mengingatkan kita umatnya dalam suatu haditsnya yang artinya: "Jauhilah oleh kalian semua sifat dan prilaku marah."
Bahkan Nabi SAW, memberikan tuntunan apabila kita marah, maka ada beberapa solusinya:
Mengucapkan istighfar tiga kali pada saat kita marah, apabila masih marah juga, maka kita harus melakukan solusi berikutnya.
Mengambil air wudu lalu menegakkan salat sunnah mutlak dua rakaat. Ternyata masih marah juga.
Berdoalah kepada Allah, untuk minta hati yang baru. Insyaallah, Allah akan memberikan jalan keluar terbaik untuk terhindar dari perilaku buruk kita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
𝕂𝕒𝕪𝕝𝕒🅠🅡🅕PUCUK🌱SQUAD🐛
astaghfirullah😌, aku sering marah saat daring🤧🤧🤧🤣🤣🤣
2020-10-09
0
Yoka Kiara
Masayaallah, keluarga nya adem pisan. Saya jadi Keila bakal terus berusaha jadi anak yang berbakti kalau orangtuanya tipe kaya gini. 🤐
2020-09-03
0
pio
baik bgt ayahnya
2020-08-21
1