Maka, berhentilah membenci ia yang terlanjur menyakitimu, karena membenci hanya akan membuat hidupmu tak tenang. Belajarlah untuk menenangkan hatimu dengan memberinya maaf sekali pun ia tak pernah meminta maaf, sebab, dengan perasaan demikian maka tentu Allah akan memberimu kebaikan-Nya.
__________
Mentari sudah menjulang tinggi di tengah bumi. Angin terus berhembus mengenai pori-pori. Kabut polusi sudah berlarian ke sana ke mari. Di pukul satu siang Keila baru pulang dari sekolahnya.
"Assalamu'alaikum, Umi, Kei pulang," ucap Keila sedikit berteriak sambil memencet bel rumah.
"Waalaikumussalam warrahmatullah, puteri Umi sudah pulang, gimana sekolahnya hari ini?" tanya Umi sambil mengelus puncuk kepala Keila, ia sedang sibuk membuka tali sepatunya.
"Alhamdulillah, Umi, seperti biasa, baik-baik aja," ucap Keila lembut sambil mencium punggung tangan Uminya dengan penuh takzim.
Keila tidak pernah berbicara menggunakan nada lebih tinggi kepada umi dan abinya, karena mengatakan 'ah' saja sudah dilarang oleh Allah, sebagaimana Allah SWT berfirman:
“Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka.” (QS. Al-Isra [17]: 23).
"Abi belum pulang ya, Mi?" tanya Keila seraya menaruh tas ransel biru mudanya di sofa.
Umi baru saja keluar dari dapur, dia membawa satu nenampan berbentuk apel yang di atasnya terdapat satu gelas susu putih. "Belum, malam kayaknya abimu pulang."
Keila langsung bangkit dari duduknya, ia tidak mau merepotkan uminya. "Maaf, Umi, sini biar Kei aja yang bawa, terima kasih ya, Umi."
Umi tersenyum di balik niqobnya. "Sama-sama, Sayang."
"Assalamu'alaikum, Umi, Dhira pulang," teriak seseorang di luar rumah sambil memencet bel rumah sama persis seperti yang Keila lakukan tadi.
"Wa'alaikumussalam warrahmatullah."
"Sebentar ya, Sayang."
Keila hanya mengangguk dan tersenyum sebagai jawabannya.
"Tumben udah pulang, Kak? Biasanya kamu ada ekskul di sekolah?"
"Hari ini ekskul di sekolah diliburkan, Umi, kan sebentar lagi mau ujian anak kelas tiga SMA-nya," jawab Dhira sambil mencium punggung tangan Umi.
Umi langsung mengangguk paham, "Yaudah, kalian ganti baju dulu gih sambil nunggu Umi siapin makanan," titah Umi ketika Dhira dan Keila sudah berada di ruang tamu.
Keila dan Dhira mengangguk dan langsung menuruti apa yang Uminya ucapkan.
"Awas biar aku dulu yang naik tangga, aku buru-buru," gentak Dhira sambil menggeser lengan Keila kasar.
"Astaghfirullah," desis Keila sambil mengelus-ngelus lengannya yang didorong oleh Dhira.
"Kuatkan batin hamba, ya Allah," bisik Keila sambil mengelus-ngelus dadanya.
"Kamu kenapa, Nak? Kok malah berdiri di sini? Enggak ganti baju?" tanya Umi yang tiba-tiba datang.
"Oh i ... ya, Umi, maaf, yaudah kalau gitu Kei izin ke kamar ya, Umi, Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam warrahmatullah," jawab Umi sambil mengeleng-gelengkan kepalanya dan tersenyum.
***
Selesai mengganti pakaiannya Keila bergegas ke bawah. Sesuai titahan uminya, sehabis mengganti pakaian ke bawah untuk makan siang. Keila akan ikuti segala ucapan uminya, selagi ucapan umi tidak melanggar syari'at Islam.
Saat Keila ke bawah, sudah ada yang lebih dahulu duduk di tempat duduk yang seharusnya menjadi tempat khusus untuk dirinya. Dahulu setiap makan Keila akan duduk di tengah-tengah antara abi dan uminya, bahkan sampai sekarang. Namun, ketika abi tidak ada di rumah, akan diambil alih oleh Dhira, kakak angkatnya. Keila selalu mengalah, menurutnya, jikalau kita terus-terusan egois, dan ditambah dengan yang egois, tidak akan ada habisnya, mungkin dengan cara ini Dhira bisa berubah. Ini masih menjadi perspektifnya saat ini.
"Assalamu'alaikum, Mi, Kak?" sapa Keila saat sampai di meja makan.
"Wa'alaikumussalam warrahmatullah," jawab Umi dan Dhira bersamaan.
"Lama banget, Dek, abis ngapain kamu di kamar?" tanya Dhira dengan nada lembut namun seolah memojoki.
"Maaf, Kak, tadi aku nyapu kamar sebentar," ucap Keila lembut.
"Yaudah ayo makan anak-anak, jangan lupa baca doa ya, nanti kalau kalian enggak baca doa setan ikut makan."
"Siap, Mi."
Selesai makan Dhira langsung bergegas mengambil alih pekerjaan Keila, yang biasanya setelah makan ia akan membereskan piring-piring kotor, kini Dhira sudah lebih dulu membereskannya.
"Umi, Kei izin ke kamar, ya? Kei ada banyak PR," izin Keila.
"Iya silahkan, nanti kalau kamu udah ngerjain PR-nya jangan lupa istirahat, ya!"
"Iya, Umi, Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam warrahmatullah."
Saat Keila berjalan menuju tangga tiba-tiba Dhira menyelengkat kaki Keila dengan sapu yang ia pegang. Alhasil Keila tersungkur di lantai.
"Astaghfirullah, Kak," lirih Keila.
Dhira hanya tertawa kecil melihat Keila terjatuh. Ia merasa bahagia jika Keila menderita.
"Ada apa, Kei?" teriak Umi yang sepertinya sedang menghampiri ke arah mereka.
Dhira bergegas mendekat ke arah Keila dan berpura-pura mengelus-ngelus kaki Keila yang terkilir.
"Ada apa, Kei?" tanya Umi lagi saat sudah ada di antara mereka.
"Enggak apa-apa, Umi," lirih Keila. Ia takut, jika ia jujur nanti Umi akan memarahi Dhira dan Dhira akan semakin benci padanya. Sudah cukup baginya semua perlakuan Dhira selama ini, ia tidak mau menambahkan api permusuhan ini.
"Enggak, Umi, tadi Keila nubruk Dhira, mungkin dia enggak lihat aku lagi nyapu, kamu enggak apa-apa kan, Dek?"
Fitnah apa lagi ini, Kak?
Keila hanya terdiam, ia menahan tumpukan airmatanya yang saat ini sudah menumpuk di kelopak mata.
"Astagfirullah, Keila, kamu kalau jalan lihat-lihat, Nak, jangan terlalu ceroboh, di mana yang sakit?" ucap Umi seraya mengusap kaki Keila, mencari apakah ada luka atau tidak.
"Maaf, Umi," lirih Keila.
"Yaudah enggak apa-apa, lain kali jangan diulangi," ucap Umi tegas tapi penuh kasih sayang.
"Iya, Umi," lirih Keila.
Di belakang Umi, Dhira terlihat sedang tertawa kecil dan tersenyum licik ke arah Keila.
Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar, Keila hanya bisa menguatkan dirinya sendiri.
"Mari Umi bantu ke kamar," ucap Umi sambil membantu Keila berdiri.
***
Selesai mengerjakan PR, Keila memilih untuk membaca buku yang ada di rak bukunya, Keila sangat hobby membaca, sampai-sampai abinya setiap minggu membelikan ia buku dan menaruh di rak bukunya tanpa sepengetahuan.
"Kemarin aku udah baca buku yang ini, sekarang aku baca apa ya ...." gumam Keila sambil memilih-milih buku koleksiannya.
"Hindari Dendam," ucap Keila seraya menatap cover buku berhalaman 250 lembar yang ia ambil dari rak bukunya.
"Menarik."
Keila langsung menarik bangku ke belakang, setelah itu ia duduki. Buku yang sebelumnya ia genggam kini ia taruh di atas meja. Keila membuka lembaran awal buku itu.
Dendam dalam bahasa Arab disebut hiqid, yaitu:
Mengandung permusuhan di dalam batin dan menanti-nanti waktu yang terbaik untuk melepaskan dendamnya, menunggu kesempatan yang tepat untuk membalas sakit hati dengan mencelakakan orang yang didendami.
Berbahagialah orang yang berlapang dada, berjiwa besar dan pema'af.
Tidak ada sesuatu yang menyenangkan dan menyegarkan pandangan mata seseorang, kecuali hidup dengan hati yang bersih dan jiwa yang sehat, bebas dari rasa kebingungan dan bebas dari rasa dendam yang senantiasa menggoda manusia.
Seseorang yang hatinya bersih dan jiwanya sehat, ialah mereka yang apabila melihat sesuatu nikmat yang diperoleh orang lain, ia merasa senang dan merasakan karunia itu ada pula pada dirinya.
Dan apabila ia melihat musibah yang menimpa seseorang hamba Allah, ia merasakan sedihnya dan mengharapkan kepada Allah untuk meringankan penderitaan dan mengampuni dosanya.
Demikianlah seorang muslim, hendaknya selalu hidup dengan hati yang bersih dan jiwa yang sehat, rela terhadap ketentuan Allah dan terhadap kehidupan.
Rasulullah SAW bersabda:
“Janganlah kamu putus hubungan, belakang-membelakangi, benci-membenci, hasut-menghasut. Hendaknya kamu menjadi hamba Allah yang bersaudara satu sama yang lain (yang muslim) dan tidaklah halal bagi (setiap) muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Perlakukan setiap orang dengan kebaikan hati dan rasa hormat, meski mereka berlaku buruk, mencaci pada Anda, atau pun berburuk sangka. Ingatlah, bahwa Anda menunjukan penghargaan pada orang lain BUKAN karena SIAPA MEREKA, tetapi karena SIAPA DIRI Anda.
Orang yang gemar mengkritik dan merendahkan orang lain, sering tidak menyadari bahwa dia MENGKRITIK DARI TEMPAT YANG LEBIH RENDAH.
“Orang yang pernah menzalimi saudaranya dalam hal apapun, maka hari ini ia wajib meminta perbuatannya tersebut dihalalkan oleh saudaranya. Karena jika orang tersebut memiliki amal saleh, amalnya tersebut akan dikurangi untuk melunasi kezalimannya. Namun jika ia tidak memiliki amal saleh, maka ditambahkan kepadanya dosa-dosa dari orang yang ia zalimi.” (HR. Bukhari no.2449).
“Janganlah kamu semua meneliti kejelekan orang, jangan pula mengamat-amatinya, juga janganlah putus-memutuskan ikatan, seteru-menyeteru dan jadilah kamu semua hamba-hamba Allah sebagai saudara.” (HR. Bukhari-Muslim).
Keila membuka kembali lembaran ke dua buku itu, namun terurungkan saat suara ketukan pintu lebih mendominasi. Ia langsung melepas lembar buku itu dan bangkit.
"Assalamu'alaikum."
"Waalaikumussalam warrahmatullah," jawab Keila sambil bangkit menuju pintu.
Pemandangan pertama yang Keila lihat setelah membuka pintu adalah baju kemeja berwarna hitam dengan lipatan di area tangan yang kekar. Ia kenal siapa ini.
"Abi udah pulang?" tanya Keila sambil mencium punggung tangan Abinya yang berukuran jauh lebih besar dari tangannya yang mungil.
"Kalau belum mana mungkin Abi ada di sini?" ucap Abi seraya mengelus puncuk kepala Keila yang berbalut khimar berwarna baby blue.
Keila mengambrukkan tubuhnya ke pelukan Abi. Dia rindu dengan Abi. Sudah beberapa hari ini ia tidak bertemu Abi. Abi selalu berangkat sebelum Keila bangun dan pulang saat Keila tertidur.
Abi ini laki-laki pertama yang Keila cintai. Dialah laki-laki yang selalu menemani masa kecilnya saat umi tidak bisa menemani. Dialah laki-laki yang selalu menggendongnya saat wisata. Dan dialah Abi yang selalu menyangi dirinya seperti menyayangi dirinya sendiri.
Abi lebih sayang dengan Keila dibanding Dhira, entah kenapa Abi selalu membeda-bedakan antara mereka. Bahkan Abi sering menampakkannya secara terang-terangan di hadapan keluarga besar mereka. Abi memang sejak dulu terkenal dingin dengan orang yang belum ia kenal dekat, dan Dhira, masih masuk ke dalam barisan orang-orang itu di kehidupan Abi.
"Oh ya, Sayang, Abi bawa sesuatu nih buat kamu," ucap Abi sambil mengambil bingkisan yang sebelumnya ia gantungkan di kenop pintu kamar Keila.
"Apa ini, Bi?" tanya Keila dengan mata berbinar.
"Buka dong, Sayang."
Keila mengangguk setuju, ia langsung membuka bingkisan bertuliskan Gramedia Central. Ia sudah menduga-duga isinya, sudah jelas dari tulisan Gramedia.
Keila tersenyum lebar, ia langsung memeluk boneka berukuran sedang dengan pita mungil di area kepalanya. Bingkisan itu tidak hanya berisi boneka, ada dua buku dan satu pin bertuliskan Gramedia Central.
"Kiss me dong," ucap Abi sambil menampakkan deretan giginya yang rata dengan dua gigi kelinci di bagian depannya.
Keila langsung mengecup pipi kanan dan kiri Abinya. Ia selalu merasa beruntung memiliki Abi seperti Abinya ini, begitu juga dengan umi.
Di lain tempat Dhira menampakkan raut masam, ia menempelkan telinga di pintu kamarnya. "Aku benci kamu Keila," ucap Dhira di balik pintunya itu.
Kamar Keila dengan Dhira memang bersebelahan, jadi sangat mudah Dhira menguping apa yang sedang Keila bicarakan dengan siapa pun.
"Kenapa Kei doang, Bi? Dhira ini juga 'kan anak Abi?" gerutu Dhira seraya memejamkan matanya.
"Yaudah ya, Sayang, Abi mau ke kamar dulu, capek nih Abi abis rapat negara." Terkadang Keila bingung, Abinya ini kalau sedang bercanda tidak menampakkan raut bercanda, datar-datar saja.
Keila menarik simpul. "Terima kasih ya, Abiku."
Abi ikut tersenyum. "Sama-sama, puteriku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
𝕂𝕒𝕪𝕝𝕒🅠🅡🅕PUCUK🌱SQUAD🐛
mungkin abi nya sadar ya ga sih🤭🙄
2020-10-09
0
Yoka Kiara
Semoga Dhira cepat sadar dan Keila ayo bangkit jangan mau ditindas sama dia. 💪
2020-09-01
0
pio
dih si Dhira amit amit
2020-08-21
0