Bang Juki

Rahasia #Janda_Bohay

Warning 18+

Ke 5

Yang takut, jangan coba-coba baca malam.

******

Suasana malam itu cukup mencekam. Deru angin malam begitu terasa hingga menembus kulit berlapis sweater tebal yang aku kenakan.

Suara lolongan anjing terdengar jelas kala aku melintas di beberapa rumah warga yang sebagian dari mereka memeliharanya.

Tampak seekor burung gagak bertengger pada sebuah dahan pohon yang sudah mati. Suaranya memekik sampai ke telinga sambil menatap ke arahku. Tak kuhiraukan, terus saja fokus kedepan. Mungkin bulu kudukku akan meremang jika saja aku hanya manusia biasa. Tapi, aku 'kan? Ah, You know lah.

Malam itu aku sengaja tak berburu, aku lebih memilih keluar untuk sekadar berbelanja kebutuhan pokok wanita. Bukan tak ingin, hanya saja, kejadian malam sebelumnya membuat warga lebih waspada dan lebih hati-hati. Mereka memperketat penjagaan di desa ini. Biasanya, para peronda hanya berjumlah dua orang. Tapi sekarang, mereka bisa berjaga lima hingga delapan orang. Membuatku kesulitan untuk kembali beraksi.

"Malam, Neng!" sapa seorang pria padaku. "Neng Siti Mau ke mana, malam-malam gini keluar sendirian?" Sapa Juki dengan senyum genit, duduk di atas motor yang terparkir di pangkalan ojek.

"Malam juga. Sendiri aja, Bang?" tanyaku dengan nada mendesah.

"Iya, Neng. Yang lain sudah pada narik barusan." tukasnya.

"Ooh. Mau Eneng temani, Bang?"

"Ah, Eneng, bikin abang grogi aja. Ya mau atuh, Neng." Segera kumendekat dan merapatkan pantatku di kursi pangkalan.

"Abis dari mana, Neng?"

"Biasa nih, Bang. Belanja kebutuhan wanita," sahutku pelan.

"Harusnya jangan sendirian, Neng. Entar kalau ada apa-apa gimana?"

"Apa-apa gimana, Bang?"

"Ya, misalkan aja ada lelaki yang celakai Eneng, kalau sampai Eneng ditangkap terus diperkosa, gimana?"

Aku tertawa kecil. "Ah Abang, terlalu jauh mikirnya!"

"Laah, si Eneng malah ketawa!"

"Ya habiiis. Abang mikirnya kelewat jauh!"

"Yaa ... Abang kan khawatir, Neng!"

"Emm ... masa siih! Bener khawatir?"

"Ya iya atuh, Neng."

Sejenak kami terdiam. Bingung. Entah obrolan apalagi yang bisa kami bahas.

"Neng."

"Hmm."

"Nongkrongnya jangan di sini ya, entar kalau ketangkap sama bini bisa mumet urusannya, Kita jalan aja yuk, sekalian antar Eneng pulang, gimana?"

Aku berpikir sejenak. Awalnya ingin menolak, tapi ... sepertinya lumayan juga nih lelaki buat tambah-tambah energi, gak dapat darah segar, darah pahit pun tak apalah. Mumpung gak ada saksi mata.

"Okelah, Bang. Buruan yah. Keburu ada yang lihat. Takut entar mereka ngikut. Kan jadi ngeganggu gak bisa mesra-mesraan." Kulihat wajahnya yang langsung berseri. Seperti mendapat rezeki nomplok, tampak berat ia menelan saliva. Aku membalasnya dengan senyum genit.

"Ah siap deh, Neng" Segera ia menstater motor bebeknya, mempersilahkanku naik. Kupeluk pinggulnya erat hingga dadaku terasa menempel di tulang punggungnya.

"E-Neng?"

"Iya, Bang?"

"Udah naik kah?" Ia berkata sedikit terbata. Grogi.

"Udah nih, Bang. Gak apa-apa kan Eneng pegangan. Abis dingin, Bang."

"Oh ... Ya, gak apa-apa, Neng. Timbang entar Eneng jatuh!"

Aku tertawa kecil. "Ayo berangkat, Bang."

"Hayuk lah, Neng!" Ia mulai menjalankannya dengan pelan.

Motor yang kami kendarai terus melaju dengan kecepatan sedang. Sepanjang jalan kami asik berbincang, hingga tak terasa kami sudah memasuki wilayah jalan poros, hampir tak satu pun rumah warga di daerah itu. Jalanan pun terlihat gelap pekat. Hanya mengandalkan cahaya dari lampu motor bebek si Babang Juki.

"Neng, sebenarnya kita mau ke mana sih?" tanyanya. "Keknya sudah semakin jauh ini, Neng? Masih berapa jauh lagi tempatnya?"

"Jalan aja lagi, Bang. Kita kan mau cari tempat sepi!"

"Ahh, si Eneng. Abang jadi grogi. emang di tempat sepi kita mau ngapain, Neng?"

"Mau ehem-ehem lah, Bang. Emang Abang gak mau?"

"Ahh, Ya mau atuh, Neng!" Kurasakan debaran jantungnya yang mulai otomatis terpompa dengan cepat.

Aku mulai meraba bagian perut dan dadanya. "Ah, Neng. Abang jadi terangsang nih!" desahnya.

"Iya toh, Bang. Eneng juga udah panas, Nih. Udah gak tahan!" lirihku. Kuturunkan tangan menuju area terintimnya. Meraba barangnya yang terasa mulai menegang. "Ahhh." Ia mendesah.

"Neng. Ahhh, Abang gak tahan, Neng," ucapnya yang perlahan menghentikan laju motornya di pinggir jalan. lalu segera memutar tubuhnya menghadap ke arahku.

Dan ....

"Aaaa!" Ia menjerit melihat mataku yang sudah berubah kemerahan. Kupasang senyum terindah, membuat kedua taringku menonjol keluar. Spontan ia lari kocar-kacir. Namun, segera aku melepas kepalaku dan mengejarnya. Ia berlari sambil terus berteriak. Seketika langkahnya terhenti saat mendapati diriku yang sudah lebih dulu berada di hadapannya.

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

Rika Rostika

Rika Rostika

kebayang 😂😂😂

2021-01-11

0

Kenza al_el

Kenza al_el

yg td udh menegang jg menciut lg donk 🤣🤣

2020-07-25

0

Dwight

Dwight

Ini bang Juki atau bang Bokir?
Jiahahah.

Serem + kocak.
Lanjut...

2020-04-15

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!