"Apa?" pekik Keyra seraya bangkit dari tempat duduknya. Keyra serasa tidak percaya dengan perkataan sang ibu, yang baru saja dia dengar.
Vivi gegas menarik tangan Keyra seraya berkata dengan lembut, "Duduk dulu, sayang."
Keyra terpaksa menuruti ucapan sang ibu. Dia pun duduk dengan gelisah.
"Mama tahu kalau pernikahan ini sangat tiba-tiba, tapi kami tidak punya pilihan lain sayang. Keluarga kita telah berhutang budi pada mereka."
"Jadi hanya karna balas budi, ma? Tidak bisakah kita membalasnya dengan hal yang setimpal?"
"Apa kamu pikir segampang itu, nak? Bagaimana kita bisa mengembalikan nyawa yang telah hilang?"
Keyra terperangah mendengar ucapan sang ibu. "Mak- maksud mama apa?"
Vivi membuang nafasnya dengan kasar sebelum mulai menceritakan kejadian 10 tahun yang lalu. "Almarhum papa dari calon suami kamu itu, telah menolong papa dari kecelakaan yang hampir saja menimpa papamu."
Keyra mengernyitkan keningnya, menatap sang ibu dengan raut wajah serius.
"Mamamu benar sayang. Jika bukan karena pak Sony yang buru-buru mendorong papa, maka reruntuhan dari bangunan itu sudah menimpa papa. Tapi sangat disayangkan, justru pak Sony yang celaka", sesal Dedy kala mengingat kejadian waktu itu.
Keyra membisu mendengar ucapan ayahnya. Namun sesaat kemudian dia terpikirkan satu hal. "Kei tau, kita nggak akan mungkin bisa membalas kebaikan yang dilakukan oleh pak Sony. Tapi Kei rasa masih ada cara lain untuk membalasnya. Bagaimana kalau papa memberikan anaknya pak Sony sebuah jabatan yang penting diperusahaan papa."
"Papa tidak setuju!"
"Tapi pa, Kei belum mau menikah! Kei masih 20 tahun, masih banyak impian yang harus Kei kejar."
"Termasuk mengejar kakak Dirgamu itu?" sela Vivi.
Keyra membisu mendengar pertanyaan sang ibu. Hatinya kembali sedih mengingat kejadian pagi ini.
"Selama ini mama diam bukan berarti mama tidak peduli dengan apa yang sudah Kei lakukan. Mama selalu memperhatikan semua gerak-gerik Kei, termasuk sikap Kei ke Dirga. Mama bisa lihat Kei sangat menyukai Dirga. Bahkan Kei rela mengambil jurusan yang tidak Kei sukai, hanya untuk bisa bertemu dengannya setiap hari. Tapi apa Kei tau bagaimana perasaannya Dirga? Apakah dia juga menyukaimu?"
Tangis Keyra seketika pecah mendengar pertanyaan sang ibu. Dia pun bangkit dari tempat duduknya dan bergegas meninggalkan ruangan itu.
"Kei... Kei!" panggil Vivi berulang kali, namun Keyra mengabaikan panggilannya.
"Sudahlah ma. Biarkan dia tenang dulu", ucap Dedy, yang tidak ingin memaksakan keinginan mereka pada putri kesayangannya itu.
"Tapi pa - "
Dedy memberi isyarat dengan tatapan matanya, hingga membuat Vivi menghentikan ucapannya. Namun dia tetap saja khawatir Keyra mengunci kamarnya dan melakukan hal buruk di dalam sana.
*-*
Satu jam kemudian, Keyra terusik oleh suara mobil yang sangat dia kenal dengan jelas. Dia pun berlari menuju balkon kamarnya. Netranya terbelalak kala melihat Diandra turun dari mobil milik Dirga.
"Apa mereka sudah jadian?" gumamnya penasaran.
"Kei!" panggil Diandra dengan melambaikan tangannya.
Sontak Keyra kelabakan, karena merasa dirinya telah tertangkap basah tengah mengintai dari atas balkon. "Em, hai", balas Keyra dengan tersenyum canggung.
Dirga pun tersenyum kala melihat senyuman Keyra. Dia melambaikan tangannya seraya berkata, "Hai, Kei. Kakak langsung pulang ya."
"Um, iya kak", balas Keyra.
Setelah Keyra menyelesaikan ucapannya, Dirga pun bergegas masuk ke dalam mobil. "Sampai ketemu nanti sore ya", ucap Dirga yang membuat netra Keyra terbelalak.
"Apa mereka sudah pacaran?" gumam Keyra lirih seraya menatap mobil Dirga memasuki gerbang rumah besar yang berada tepat di sisi kanan rumah milik keluarga Keyra.
"Kei, tunggu aku di sana!" teriak Diandra dengan memberi isyarat menggunakan jarinya.
Keyra sama sekali tidak membalas ucapan Diandra, namun dia masih tetap berdiri diposisinya.
Setelah beberapa menit berlalu, terdengar suara ketukan pada pintu kamar Keyra. Dengan terpaksa Keyra beranjak dari posisinya dan berjalan menuju pintu.
Ceklek.
"Kei!" pekik Diandra girang saat pintu kamar Keyra terbuka lebar.
"Ada apa?" tanya Keyra dingin sambil berdiri di ambang pintu kamarnya.
"Ada hal yang ingin aku tanyakan padamu, tapi sebaiknya kita bicara di dalam kamarmu saja."
Keyra gegas menghalangi Diandra yang mencoba menerobos masuk. "Katakan di sini saja! Aku masih sibuk dengan tugas kampus."
Raut wajah bahagia Diandra seketika berubah sendu. "Oh, baiklah. Aku akan menunggu sampai kau tidak sibuk lagi!"
"Aku tidak janji!"
Sontak Diandra membisu kala mendengar jawaban Keyra. "Um, baiklah. Aku tidak akan mengganggumu lagi", katanya seraya pergi dari hadapan Keyra.
Keyra menutup kembali pintu kamarnya. Hatinya begitu sakit, meskipun dia belum mendengarkan pengakuan Diandra, tentang hubungannya dengan Dirga.
Andai saja aku punya keberanian untuk mengatakan perasaanku pada kak Dirga. Mungkin kak Dirga mau mempertimbangkan untuk menerima cintaku. Batin Keyra lirih. Lalu dia berjalan menuju kamar mandi.
*-*
2 jam kemudian.
"Kei! Kei!" suara seseorang memanggil namanya terdengar samar di telinga Keyra. Dia pun mencoba membuka matanya.
"Apa aku tertidur di sini?" ucap suara parau Keyra seraya mengucek matanya. Lalu dia keluar dari dalam bathup dan menyelesaikan ritual mandinya.
Setelah berpakaian rapi, Keyra menghampiri pintu kamarnya yang akan hancur jika dia tidak bergegas membukanya.
"Mama!" ucap Keyra kala jidatnya hampir saja jadi landasan kepalan tangan sang ibu.
Vivi langsung menghamburkan dirinya, memeluk erat Keyra yang sedari tadi dia cemaskan. "Syukurlah kau baik-baik saja", katanya seraya menghela nafas berat.
Keyra curiga dengan apa yang membuat sang ibu begitu cemas. "Jangan-jangan tadi mama sempat mengira Kei sudah melakukan hal yang tidak-tidak ya?"
"Iya sayang. Mama pikir kamu melakukan hal nekad, makanya mama panik."
"Emangnya Kei mau melakukan hal nekad apa tante?" tanya Diandra yang kebetulan melewati pintu kamar Keyra.
"Bukan apa-apa kok sayang. Gimana kuliahmu hari ini?" ucap Vivi mengalihkan perhatian Diandra.
"Em, seperti biasa tante. Tapi sore ini Diandra harus pergi ke rumah teman, mau ngerjain tugas kelompok, jadi Diandra sekalian minta izin", katanya dengan sopan.
Tugas kelompok? Bukannya tadi Diandra janjian sama kak Dirga ya? Kenapa Diandra berbohong? Batin Keyra bertanya-tanya.
"Oke sayang! Kalau gitu kamu perginya di antar sama pak Heru ya", sahut Vivi.
"Diandra di jemput sama teman, tante."
"Oh, gitu ya. Tapi kamu harus tetap waspada, karena kamu itu anak gadis tante yang sangat cantik."
Diandra tersenyum mendengar penuturan Vivi. "Tante juga sangat cantik, meski kita beda generasi."
Vivi membalas dengan tersenyum. "Kamu paling bisa muji tante."
"Kei juga ma", sela Keyra tak terima dengan ucapan sang ibu.
"Kamu kan anak mama. Sudah pasti kamu lebih sering muji mama", balas Vivi seraya mencubit gemas hidung Keyra.
Pemandangan yang begitu mesra itu membuat Diandra sedikit iri. Hatinya pun pilu kala mengingat kembali sang ibu yang telah tiada. "Ehem, maaf tante. Diandra mau siap-siap dulu", katanya dengan senyum dipaksakan.
"Oke sayang."
Diandra beranjak dari posisinya dan berjalan menuju pintu kamarnya.
Sementara Vivi tampak menyadari kelalaiannya "Aduh! Mama hampir saja lupa kasi tahu kamu, kalau calon suamimu sudah nungguin di ruang tamu."
"Apa?" kaget Keyra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Vincar
Sepertinya Diandra anak yang baik
2024-06-11
1
FT. Zira
🌹 buuat ka athor
2024-06-02
0
FT. Zira
pagi pagi di php in ya kei🤧🤧
2024-06-02
0