"Selamat pagi nona manis" Sapa Rasdyan yang sedang duduk menikmati secangkir kopi yang telah dihidangkan oleh sang istri.
"Pagi" jawab Ara.
"Gimana dengan tawaran papa kemarin malam? Apa kau sudah memikirkannya?" tanya Rasdyan lagi sementara Ana sibuk menata meja makan tanpa berniat ikut campur dalam urusan ayah dan anak tersebut.
"Pa, apa tidak ada cara lain untuk aku menikah. Apa harus aku menerima rencana papa?" jawab Ara sambil mendaratkan pantatnya pada salah satu kursi meja makan.
"Lho papa ingin yang terbaik buat putri papa, lagian kakak mu Gian dijodohkan baik baik saja kok" jawab Rasdyan seolah tak ingin Ara menolak tawarannya.
"Bagaimana dengan kak Fery?" ucap Ara lagi.
Rasdyan tersenyum memandang putrinya "Dia gagal bukan salah papa, tapi itu karena dia tidak bersyukur dengan apa yang sudah dipilihkan oleh papa. Kalau saja dia menerima dan mensyukurinya maka tidak akan ada kata gagal diantara mereka" ucap Rasdyan dengan sedikit penekanan pada setiap kalimatnya.
Ara menarik nafas dan membuangnya secara kasar. "Akan Ara pikirkan lagi nanti" ucap Ara sambil bangkit dari duduknya tanpa menyentuh sarapannya terlebih dulu.
"Mau kemana?" Tanya Rasdyan dengan tatapan tidak ramah. "Bukankah papa selalu mengajarkan kau untuk menjaga sikap terhadap orang tua? Duduk!" dengan nada bicara sedikit naik, ia tau kalau Ara sedang menghindari percakapan ini.
"Pa" ucap Ana menenangkan.
Rasdyan memandang Ara dengan tatapan yang membuat nyali Ara langsung menciut dan hilang entah kemana.
"Apa seperti itu sikapmu terhadap orangtua yang telah membesarkan mu. Dimana sopan santun mu? Kau berani seperti ini sejak kau mengenal laki laki itu"
Ana memandang Ara memberi isyarat untuk minta maaf menggunakan ekor matanya.
Ara paham yang dimaksud oleh ayahnya adalah kekasihnya yaitu Rey.
"Maafkan Ara pa" ucap Ara sambil berjalan kembali ke tempat duduknya semula.
***
Mereka kembali duduk dan segera menikmati sarapan mereka setelah adiknya Ara yang bernama Zea turun.
Setelah sarapan dengan suasana yang paling tidak disukai olehnya, Ara langsung berangkat ke toko onlinenya.
"Papa memang tidak menyukai Rey, tapi apa harus papa menjadikan hal tersebut agar aku mau menikah dengan pilihannya. Papa belum kenal saja bagaimana Rey sebenarnya, rasanya ini akan tidak adil bagi Rey" ucap Ara dalam hati sambil mengemudikan mobilnya.
Ckiiiittttt tiba tiba Ara menginjak rem mobilnya kuat kuat saat ternyata lamunannya membuat ia gagal fokus dan menubruk mobil yang ada di depannya yang menghentikan lajunya secara tiba tiba.
"Oh my god" ucap Ara sambil mengatur nafasnya.
Pemilik mobil tersebut turun dan berjalan menghampiri Ara. Seorang pria yang memiliki perawakan yang cukup atletis, dengan kacamata hitam yang bertengger menambah pesona ketampanannya. Ara yang melihatnya begitu terpesona namun ternyata sikapnya berbalik 180° dari tampilannya.
Tok tok tok pria itu mengetuk kaca mobil milik Ara. Ara membuka jendela mobilnya sambil menatap pria yang kini berdiri di sebelah mobilnya.
"Apa kau memiliki surat izin mengemudi?" tanya pria itu dengan wajah datarnya, terlihat tak ada seulas senyum pun dibibirnya.
"Oh tentu saja" ucap Ara tersadar dari pandangannya. Segera Ara mengambil tasnya dan hendak menunjukan SIM nya namun perkataan pria itu menghentikannya.
"Kalau kau sudah punya SIM berarti kau tau cara mengemudi yang benar dan tidak akan menubruk mobil yang ada didepan mobil mu" ucap pria itu dengan menarik salah satu sudut bibirnya sehingga membentuk senyum sinis.
"Itu bukan salahku sepenuhnya, kau juga salah karena kau secara tiba tiba berhenti" ucap Ara merasa tidak terima disudutkan oleh pria tersebut.
Atayad semakin menyunggingkan senyum sinis nya. Ya pemilik mobil yang ditubruk oleh Ara adalah Atayad. "Sebaiknya kau belajar lagi mengemudi jika kau tak mengerti aba aba yang diberikan pengemudi di depan mu. Percuma saja kau memiliki SIM" Atayad menekankan suaranya pada akhir kalimatnya lalu pergi meninggalkan Ara begitu saja.
"Oh my god itu manusia atau apa?, kalau seandainya dia meminta ku untuk mengganti kerusakannya kenapa tidak bicara langsung? Dasar manusia aneh" ucap Ara sambil kembali melanjutkan perjalanannya yang sempat terhenti.
Setelah mendengar ucapan Atayad tadi ia tidak berniat sama sekali menawarkan ganti rugi.
"Mentang mentang kaya" ucap Ara sambil mencebikan bibirnya saat melintasi mobil Atayad "Orang kaya memang seperti itu" gerutu Ara. Masih terngiang jelas ditelinganya apa yang dikatakan Atayad tadi sehingga semakin menambah moodnya hancur.
Setelah mobil yang dikemudikan Ara melewati mobil milik Atayad kini giliran Atayad yang menggerutu.
"Dasar anak manja, setelah melakukan kesalahan bukannya minta maaf main pergi begitu saja." Atayad tersenyum sinis.
"Memang perempuan manja tidak pernah memiliki tanggung jawab sama sekali" ucap Atayad.
Setelah ia melihat kerusakan pada mobilnya, ia segera menghubungi salah satu montir langganannya.
Dan Atayad pun kembali melanjutkan perjalanan menuju kantornya.
***
Setelah menyelesaikan pekerjaannya Atayad kini menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi kebesarannya sambil memejamkan matanya.
"Menikah? bukankah itu dilakukan oleh dua orang yang saling mencintai? Lalu papa memintaku untuk menikah sementara aku tak percaya lagi akan cinta. Apa bisa membangun sebuah rumah tangga tanpa adanya cinta?" Atayad bicara dengan hatinya sendiri.
Apa yang membuat Atayad tidak lagi percaya dengan cinta?
Atayad melirik jam tangan branded yang didirikan oleh Carlo Crocco dan kini melingkar indah ditangan sebelah kirinya.
Sesaat kemudian ia terlihat bangkit dari duduknya dan berjalan keluar dari ruangannya.
"Apa hari ini tidak ada lagi jadwal meeting dan lain sebagainya?" tanya Atayad saat sudah tiba didepan meja sekertarisnya.
Yang ditanyai langsung mengambil dan membuka buku agenda kemudian ia tersenyum kepada atasannya.
"Sepertinya hari ini cukup pak" jawab sang sekretaris dengan sopan.
Atayad terlihat menganggukan kepalanya pelan. "Kalau begitu saya pulang dulu, kalau nanti ada berkas yang harus saya periksa lagi bisa kamu kirimkan lewat email"
"Baik pak"
Langkah kaki Atayad membawanya menuju basment tempat dimana mobilnya di parkirkan.
Atayad menghentikan langkahnya saat melihat belakang mobilnya sedikit penyok akibat kejadian tadi pagi.
Ia mengamati bagian tersebut cukup lama sampai dering telpon menghentikannya. Atayad segera merogoh saku celana dimana tempat benda yang sedang berdering itu berada.
Setelah benda tersebut sudah ditangannya Atayad terlihat mengerutkan keningnya. "Mama?" ucap Atayad saat melihat nama yang muncul di layar tersebut.
Atayad segera menggeser ikon warna hijau dan meletakan benda pipih tersebut ke dekat daun telingannya.
"Iya ma"
"Kau sudah pulang sayang?" tanya suara dari seberang sana.
"Sebentar lagi jalan" ucap Atayad.
"Sebelum pulang bisakah mama minta tolong?"
"Iya"
"Mampir sebentar ke toko kue langganan mama dan ambil pesanan mama disana!" perintah dari seberang sana.
"iya ma, memangnya ada acara apa ma? kan biasanya mama pesan kue kalau ada acara?" pertanyaan yang sejak tadi ada dibenaknya kini terlontar juga.
"Ada tamu spesial, cepatlah agar kau cepat mengetahui siapa yang mama maksud"
Setelah mengakhiri sambungan telpon tersebut Atayad segara masuk kedalam mobil dan mulai mengarahkan mobil tersebut ke tujuan.
.
.
.
.
.
.
.Jangan lupa buat dukung terus karya author 😍 vote, like, and comment. Jangan lupa klik lovenya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Imam Sutoto Suro
good luck lanjut
2022-08-19
0
Nur Khasanah
pasti tamunya keluarga Ara.
2021-02-18
0
RAHMA
nyimak
2021-02-12
0