Episode empat

Lantunan musik pop sunda yang dinyanyikan oleh penyanyi Hetty Koesendang

asa asa urang teh nembean tepang

(ragu-ragu kita baru bertemu)

aya kereteg hate dugdeg surser sesah hilapna

(ada firasat hati dag dig dug ser, sulit melupakannya)

gening bet sungkan papisah

(ternyata enggan berpisah)

duuu sesah hilapna

(sulit melupakannya)

kantenan urang teh nembean tepang

(apalagi kita baru saja bertemu)

aya nu eunteup gerentes kadeudeuh

(ada yang singgah perasaan sayang)

sesah hilapna

(sulit melupakannya)

nyanding asih dina ati

(ada rasa sayang dalam hati)

duh sungkan patebih

(enggan berjauhan)

ayeuna urang ngahiji

(sekarang kita bersatu)

geus jadi batur sa ati

(menjadi teman sehati)

gemulung siang jeung wengi

(siang dan malam)

duh bagja nyanding asih

(bahagia merasakan cinta)

teu kaop teu tepang sadinten

(tidak bertemu sehari saja)

teu kawawa ku rasa kangen

(tidak tahan dengan rasa rindu)

teu benang dipapalerkeun

teu benang dibebenjokeun

Lagu tersebut menggambarkan perasaannya terhadap Rey kekasihnya.

Meski Ara tidak lahir ditanah sunda langsung namun darah yang mengalir pada tubuh dari ibunya yang keturunan asli sunda membuat ia menyukai salah satu seni sunda.

Meski kadang ia suka kesulitan dalam pengucapannya. Maklum Ara dibesarkan di ibukota.

Suara ketukan dipintu membuat Ara menghentikan alunan musik yang sedang berlangsung.

"Ra papa sudah pulang dan beliau ingin bicara dengan mu, ayo segera turun" ucap Ana pada Ara.

Dengan malas Ara segera beranjak turun untuk menemui papanya. "Papa pasti akan berbicara tentang pernikahanku lagi" ucap Ara dalam hatinya kemudian mendengus kesal.

Ara mendaratkan pantatnya pada sofa diseberang papanya dengan wajah yang nampak tidak senang.

Rasdyan meletakan kembali gelas yang baru saja ia teguk airnya dan mulai tersenyum menatap putrinya.

"Papa sudah buat keputusan dengan siapa kau akan menikah..." Belum sempat Rasdyan menyelesaikan kalimatnya Ara sudah menyela terlebih dahulu.

"Pa, papa..."

"Papa tidak menerima alasan apa pun, malam minggu nanti kita akan mengundang mereka makan malam disini" Ketika Rasdyan sudah menentukan sebuah keputusan maka keputusan tersebut tidak ada yang bisa mengganggu gugatnya.

Ara menggaruk telinganya yang tak terasa gatal. Tidak ada pilihan lain lagi baginya selain menerima keputusan sang ayah.

"Apa sebesar itu papa tidak suka dengan Rey? Berbagai macam cara papa lakukan agar aku tidak bisa bersama dengan Rey. Padahal Rey laki laki baik" ucap Ara dalam hatinya.

"Papa sangat yakin kau akan hidup bahagia dengan dia, benarkan ma" Sambil melirik sang istri.

Ana menganggukan kepala tanda ia menyetujui perkataan istrinya. "Mama yakin pilihan papa adalah pilihan yang tepat sayang" ucap Ana sambil mengelus puncak kepala Ara.

"Ya ya ya" ucap Ara karena bingung harus beralasan apa lagi.

"Kau tidak bisa menyamakan kehidupan mu dengan kakak kakakmu. Semua punya cerita masing masing. Papa sangat tau alasan yang mendasari kau menolak rencana papa tapi cobalah melihat dari sisi yang lain. Kakakmu Fery memang gagal, tapi kau juga perlu melihat Kak Gian. Dia hidup rukun dengan pilihan papa, makmur dan papa yakin mereka bahagia. Papa tidak pernah mendengar keluhan apa pun dari kak Gian" Panjang lebar Rasdyan meyakinkan Ara.

"Apa lagi kau satu satunya putri papa, papa ingin kau bahagia dan tidak jatuh pada pelukan laki laki yang salah" Rasdyan lagi.

Akhirnya mau tidak mau ia mengiyakan apa yang direncanakan oleh ayahnya agar ia cepat kembali ke kamarnya.

Ara berusaha memejamkan matanya namun tak sedikit pun mata itu terpejam. Ara terlihat gelisah, terbukti ia berulangkali membolak balikan badannya mencari posisi yang nyaman tapi masih tak menemukannya.

"Apa yang harus aku katakan pada Rey nanti?" Ara menggigit bibir bawah bagian dalamnya.

"Apa Rey akan membiarkan aku dengan rencana papa atau ia akan mempertahankan aku?" Berbagai macam pertanyaan berseliweran dibenak Ara.

Saat Ara memikirkan rangkaian kata yang tepat untuk ia sampaikan pada Rey sambil memejamkan matanya tiba tiba ia mengingat kejadian tadi pagi. Pria tampan dengan tubuh yang gagah sempurna namun terkesan dingin tiba tiba muncul di benaknya, sontak Ara langsung membuka matanya lebar lebar.

"Oh my god, bagaimana jika papa menjodohkan aku dengan pria macam itu" ucap Ara pelan sambil mengusapkan kedua telapak tangan pada wajahnya.

"Tidak Ara tidak, tidak mungkin kau akan dijodohkan dengan pria seperti itu. Ya semoga saja tidak, ya semoga tidak, semoga tidak" ucap Ara menenangkan dirinya sendiri sampai mengucapkan kalimat semoga tidak berkali kali hingga ia terlelap dan hanyut dalam arus mimpi yang membawanya berkelana dan keluar meninggalkan alam nyata yang membuatnya merasa bingung antara mengikuti kata hatinya sendiri atau kata orangtuanya.

Kalau kata bahasa sunda mah "Maju nyuduk mundur maduk, mundur wirang maju jungkrang, kagok borontok kapalang caramang" Yang tau arti dan maksudnya silahkan komen!!!.

Dering Alarm membangunkan Ara dari mimpi indahnya yang membuat ia melupakan sejenak masalah yang sedang dihadapinya.

Dengan mata terpejam ia memaksakan diri untuk beranjak dari posisi nyamannya. Ara enggan sekali membuka mata dan kembali menyapa dunia yang penuh sandiwara serta harus menerima kenyataan bahwa ia akan dinikahkan dengan pria pilihan sang papa.

Setalah Ara menyagarkan diri dan keadaanya kini sudah cantik, wangi dan rapi ia segera turun ke bawah menemui anggota keluarganya yang lain yang sudah kumpul lebih dulu daripada dirinya.

Memang hari ini Ara sedikit telat, biasanya ia kan bangun lebih dulu yaitu 10 menit sebelum alarm berdering. Tapi pagi ini entah dering alarm yang keberapa kalinya ia baru bangun.

"Ehm tumben telat, sepertinya mimpi indah ya" ucapan sang papa menyambut paginya hari ini.

"Lebih baik" ucap Ara datar.

"Pasti kau memimpikan calon suami yang papa pilihkan ya?"

"Tidak juga" ucap Ara sambil mengambil potongan roti dan mengolesinya dengan coklat nuttela (Maaf bukan promo).

"Ara ingat dua hari lagi kalian akan bertemu, mau tidak mau kau harus mempersiapkan dan membiasakan diri untuk hal itu" ucap Rasdyan mengingatkan.

"Ara tahu pa" ucap Ara dengan mata yang tertuju pada potongan roti di piring yang berada tepat didepannya. Andai papanya itu potongan roti tersebut ingin sekali Ara melahapnya sampai tak bersisa, tapi itu hal yang tidak mungkin begitulah yang Ara pikirkan.

"Sudahlah pa, berikan Ara waktu untuk menyesuaikan diri" ucap Ana lembut tanpa ingin membuat suaminya berpikir bahwa dia menantang keputusannya.

Ara menghabiskan sarapannya dengan cepat, ia ingin sekali segera keluar dari rumah mewah itu dan segera menemui salah satu sahabat terdekatnya. Rasanya sudah tidak tahan Ara ingin menceritakan keputusan ayahnya dan meminta saran bagaimana ia harus memutuskan selanjutnya.

Setelah menghabiskan sarapannya dan berpamitan kepada kedua orangtua serta adiknya, Ara bergegas menuju mobil dan melajukannya ke arah rumah Shelly sahabatnya.

Terpopuler

Comments

Imam Sutoto Suro

Imam Sutoto Suro

good luck lanjut

2022-08-19

0

Yayoek Rahayu

Yayoek Rahayu

maju mundur serba salah aja..

2022-04-15

0

uhuuuyyy

uhuuuyyy

pasti akan seru ceritanya setelah mrk menikah😊

2020-08-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!