1. Hati yang Siap Jatuh Cinta

Keadaan rumah berisi dua orang tengah disibukkan dengan persiapan putri satu-satunya yang akan memasuki sekolah tahun ajaran pertama di SMA. Bagaimana tidak meributkan hal kecil mereka bangun kesiangan sampai lupa mempersiapkan barang untuk orientasi siswa baru karena semalam restoran lembur.

Andai ada seorang ibu dalam keluarga mereka pasti hal ini tidak mungkin terjadi. Namun, takdir merenggut keluarga Ramla yang seharusnya memiliki keluarga kecil utuh kini dia harus hidup berdua dengan hadiah yang ditinggalkan mendiang istrinya.

"Ayah, sepatu baruku mana?" teriak gadis yang keluar menggunakan seragam putih abu-abu bernama Galina Zetta Swastika.

Ramla berhenti menyiapkan tas sebab melihat anak gadisnya telah tumbuh menjadi remaja sehat dan cantik. "Lihatlah anakmu, Fira, dia tumbuh dewasa tapi masih belum mandiri."

"Ayah!"

"Ada di luar kemarin Ayah cuci," jawab Ramla memaksa putrinya duduk di depan cermin. Dia melihat wajah anaknya yang mewarisi paras cantik istrinya.

"Lina buru-buru, Ayah!"

"Rambutmu masih berantakan. Biar Ayah yang merapikan seperti dulu. Model seperti apa, ya? Kepang atau be--"

Galina menggeleng kesal setelah mengingat usaha Ayahnya membuat gaya rambut aneh-aneh. "Nggak usah diikat, Yah. Lina cantik tanpa rambut diikat."

"Malang lagi panas nanti kamu gerah." Ramla pun menyisir rambut putrinya dengan hati-hati lalu menguncir kuda tanpa memakai poni, sementara Galina mengeluarkan beberapa helai rambut agar terlihat manis.

"Ayah tunggu di bawah."

Galina teringat sesuatu saat memakai sepatu, dia langsung kesal berteriak memanggil Ayahnya, "Kenapa sepatu baru dicuci dulu, sih, Yah? Hilang barunya!"

Ramla menghampiri putrinya membawa tas dan bekal. "Sepatu belum dipakai pun masih dianggap baru, buruan!"

Setelah kepergian Ramla, Galina melihat sepatu barunya yang baru dia beli di toko stok lama karena harganya jauh lebih murah mengingat ekonomi Ayahnya sedang susah. Dia melihat dengan teliti seharusnya bagian sol sepatu ada noda kecil, tetapi sekarang hilang.

"Bilang aja sepatu barunya kotor," cibir Galina lalu menutup pintu dengan senyuman lebar.

Gadis dengan ikat rambut gambar wortel itu bersenandung kecil ketika menuruni tangga, dia pun masuk ke dalam mobil yang sudah ditunggu Ayahnya.

Setelah ke luar dari restoran, Galina membuka dompet Ramla agar bisa melihat foto Ibunya. "Ayah, kenapa Ibu milih Lina daripada dirinya sendiri? Kalau Ibu milih diri sendiri pasti kalian punya anak lagi, bukan seperti yang sekarang anaknya menyusahkan terus."

"Ayah bangga sama Ibu mempertahankan kamu. Apapun keputusan Ibu, pasti itu yang terbaik, karena Ibu udah lama di dunia ini dan banyak menelan pahit manisnya hidup, mungkin itu alasannya memberikan kesempatan hidupnya buat anaknya tersayang."

"Kalau Ibu yang selamat pasti hidup Ayah terarah. Lina belum bisa jadi seperti Ibu."

Ramla mengembuskan napas. "Ayah nggak berpikir sampai situ. Ayah janji sama Ibu akan buat hidup kamu manis tanpa merasakan pahitnya hidup seperti Ibu. Kamu harus janji jangan menyia-nyiakan hidup untuk hal yang buat merugikan orang banyak."

Galina mengangguk patuh. Dia ingin kebebasan jatuh cinta, tetapi harus meminta izin hati-hati. "Lina ada dua permintaan yang harus Ayah kabulkan."

"Apa itu?"

"Yang pertama, Ayah harus nikah lagi." Anak gadis Ramla tertawa kecil, sebab tahu jika Ayahnya akan menolak.

"Bagaimana Ayah bisa nikah lagi kalau Ibu berjuang mempertahankan anakku dengan nyawanya tapi balasan perjuangannya diduakan. Permintaan kedua?"

"Kan bukan selingkuh."

"Iya, Ayah tau. Bagaimana bisa orang yang udah mengisi hatinya tergantikan orang lain? Ayah memberikan hati untuk dihiasi kenangan Ibu sebagai hadiah terakhir untuknya, kamu tega mau mengusir Ibu dari hatinya Ayah?"

Galina memijit pelipisnya, susah berdebat sama Ayahnya. "Oke kalau itu mau Ayah hidup di masa lalu. Tapi, sebagai anak keturunan Ibu, Lina yakin Ibu pasti berpikir hal yang sama."

Ramla diam sekilas lalu cemberut. "Kamu bosan hidup sama Ayah, Lin?"

"Enggak, Lina hanya takut Ayah kesepian dan karena Lina, Ayah terbebani ingin menikah," jelasnya dengan cepat agar tak salah paham.

"Ini yang jadi beban Ayah, disuruh nikah lagi."

"Lupakan yang tadi, Yah. Keinginan kedua, kalau boleh minta, apa Ayah bisa bertahan untuk waktu yang lama? Lina rasa akan kehilangan arah jika Ayah pergi juga. Lina ingin menikmati waktu seperti remaja pada umumnya sebelum waktu berlalu. Lina banyak minta, ya?" Galina menunduk melihat sepatu barunya yang akan dipakai setiap sekolah.

"Nggak papa kalau itu kemauan kamu, asalkan jangan merugikan dirimu dan orang lain, termasuk kepercayaan Ayah, paham?" tanya Ramla dengan tegas.

"Paham. Ayah nggak perlu cemas karena Lina sekuat Ibu dan sebaik Ayah." Galina mengacungkan jempolnya.

Melihat senyum Galina buat Ramla merasa bersalah sebab sejak sekolah baru kali ini mengantar sampai gerbang. "Maaf kalau sering sibuk, Lin. Ayah lagi mempertahankan restoran yang nantinya jadi milikmu, sebelum itu Ayah harus buat restoran stabil biar nanti saat jadi milik kamu selanjutnya kamu nggak banyak masalah."

"Kesehatan Ayah yang pertama. Lina akan berusaha jadi PNS biar bisa bantu Ayah," ucap Galina penuh keyakinan.

Sang Ayah kecewa mendengar putrinya berkata seperti itu setelah perjuangannya mempertahankan bisnis turun-temurun, tetapi itu pilihannya. "Belajar yang giat kalau begitu saingannya banyak."

Galina pun hormat sampai mobil berhenti. Lantas dia melihat padatnya jalanan kota Malang di pagi hari. Setelah sampai di tempat tujuan, Galina sangat menantikan hari pertamanya berada di sekolah untuk membuat banyak kenangan indah yang sudah direncanakan. Jantungnya berdetak kencang saat melihat lawan jenis dari dalam mobil karena sebelumnya bersekolah di sekolah khusus perempuan. Jika beruntung Galina akan merayakan 17 tahun di sekolah ini bersama kekasihnya.

"Tunggu apa lagi? Buruan nanti terlambat." Dengan dorongan Ayahnya yang mengantar sekolah, Galina memeluknya sebagai pamitan.

"Makasih, Yah, udah bantu masuk ke sekolah impianku. Lina akan mengingat kenangan berharga waktu Ayah antar ke sekolah untuk pertama kalinya. Ini momen paling langka karena bisa ngobrol banyak hal sama Ayah," ungkap Galina sebab dirinya merasa bahagia.

Ramla mengusap kepalanya lembut. "Ayah janji akan menyempatkan antar jemput setiap hari."

"Nggak perlu dipaksakan kalau nggak bisa, yang penting uang ongkos jalan terus," harap Galina lalu ke luar dari mobil dan melambaikan tangannya.

Ramla membalas lambaian tangannya dengan tersenyum lebar. "Anak kita udah masuk SMA. Aku bisa nggak, ya, hidup lama menyaksikan Galina lulus PNS, Fir?"

Ketika hendak masuk gerbang, Galina ingin melepas ikat rambutnya, dia ingat Ayahnya membuat rambutnya terlihat rapi. Akhirnya dia mengencangkan kembali ikat rambutnya lalu masuk ke gerbang bertulis 'SMA Muda Berkarya'.

"Akhirnya, bisa masuk ke sekolah campuran!" teriakannya mengundang perhatian semua orang. Tiada kata malu baginya, justru Galina masuk dengan percaya diri sebab menggunakan sepatu baru.

“Cie, yang baru ke luar dari penjara. Gimana ganteng-ganteng nggak?” goda perempuan berponi setelah merangkul Galina.

Mata gadis itu tidak bisa dibohongi. Namun, dia harus mengelak. “Biasa aja, standar anak swasta.”

Gadis dengan name tag Sofia Andini terus mengejek sahabatnya. “Kalau udah punya pacar beritahu aku, ya?”

“Nggak mau. Nanti dia suka kamu lagi.”

Sofia menggeleng. "Aku janji nggak akan suka sama orang yang kamu suka atau pacarmu. Kamu juga harus gitu.”

“Aku juga janji.”

Lantas mereka memasuki aula untuk orientasi. Betapa tertariknya Galina di hari pertamanya sekolah. Berada di antara orang banyak membuat energinya terasa penuh. Sesekali dia melirik lelaki yang berada di depan.

"Pia, kenapa kamu sekolah di sini? Kamu nggak ikutin aku, ‘kan?”

Sofia melirik gadis di depannya itu penuh keheranan. “Seharusnya aku yang tanya itu, kamu dibolehin sekolah di sini sama ayahmu?”

“Aku memaksa,” ringis Galina, “Karena ingin merasakan jatuh cinta di masa remajaku. Katanya ketika kita jatuh cinta jantung akan berdetak lebih kencang, berangkat sekolah pun rasanya semangat, saat lagi pusing sama tugas pasti nggak akan terasa berat dan yang terpenting aku nggak merasa kesepian.”

Mendengar jawaban dari sahabatnya yang polos itu Sofia tertawa. Dia hanya geleng-geleng dengan ocehan perempuan lulusan asrama.

“Kenapa?”

“Cinta nggak sesederhana itu, Lin. Coba kamu pikirkan, iya kalau kamu bertemu sama orang yang suka kamu, gimana kalau enggak? Pikirin juga kalau orang itu positif buat kamu kalau sebaliknya cinta bisa buat kamu kecewa. berdoa aja kamu bertemu sama orang baik dan perhatian.”

Perkataan Sofia bagaikan anak panah menancap pada uluh hatinya. Gadis yang dipenuhi simbol cinta itu mendadak seperti patung. Dia langsung mengepalkan tangannya untuk memohon kepada Tuhan.

“Tuhan, jika memang hidupku hanya satu kali, lancarkan kisah percintaanku sampai dewasa kelak dan pertemukan aku dengan orang yang tepat, yang cintanya lebih besar dari aku serta perhatian—”

“Banyaklah permintaanmu. Minta sekalian paket lengkap.”

Galina mengangguk. “Yang kaya, tampan, pemberani, penyayang, menerima kekuranganku. Amin.”

“Ada yang kelupaan, Ga. Kamu belum sebut dapat restu orang tua, itu penting, loh.”

Napas berat Galina bisa terdengar Sofia. “Belakangan aja nggak papa, ya?”

“Nggak ikut campur kalau itu.”

“Pia!"

Sofia menghadap depan berharap sahabatnya mendapatkan kekasih yang terbaik yang mampu menemaninya untuk waktu yang lama. Dalam hatinya Sofia banyak berdoa demi kebaikannya sampai melupakan dirinya sendiri.

Terpopuler

Comments

Rembulan Pagi

Rembulan Pagi

kenapa harus pns galinaaaa

2024-06-11

1

not

not

Banyak air mata terbuang untuk cerita ini, tapi worth it!

2024-06-06

1

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 1. Hati yang Siap Jatuh Cinta
3 2. Fase Merah Muda
4 3. Sekilas Pertemuan Singkat
5 4. Hati yang Beristirahat
6 5. Pesona Galina
7 6. Jimat Keberuntungan
8 7. Apa Alasan Kamu Hidup?
9 8. Cinta Kedua yang Terbalas
10 9. Terserang Virus Merah Muda
11 10. Rumitnya Seorang Wanita
12 11. Lari Dari Luka
13 12. Secuil Rasa Pembangkit Jiwa
14 13. Selamat Tinggal Si Penyembuh
15 14. Dewasa Tidak Sesuai Ekspetasi
16 15. Penyesuaian Terberat
17 16. Permainan Cinta Ketiga
18 17. Tempat Pelarian yang Baru
19 18. Mengalir Bagaikan Air
20 19. Salah Mengambil Kuputusan
21 20. Di Balik Kenyamanan Tersimpan Luka
22 21. Mulai Bosan Jadi Orang Lain
23 22. Berpura-pura Itu Melelahkan
24 23. Pria Greenflag
25 24. Rumah Pelarian Terbaik
26 25. Menahan Perasaan Agar Tidak Jatuh Cinta
27 26. Dia Itu Penyelamat
28 27. Titik Terendah Telah Berlalu
29 28. Mulai Merasakan Getaran Jatuh Cinta
30 29. Dari Mata Timbul Perasaan
31 30. Pembatas di Antara Mereka Perlahan Luntur
32 31. Dekapan Pria Matang
33 32. Pendekatan Sedekat-dekatnya
34 33. Pengawal Rahasia
35 34. Bangkitnya Sel Cinta
36 35. Siap Jatuh Cinta Lagi
37 36. Kecurigaan Banyak Orang
38 37. Ternyata Dia Orang yang Sama
39 38. Siapa yang Diam-Diam Suka?
40 39. Untuk Kedua Kalinya Menyatakan Perasaan
41 40. Kesempatan Terakhir
42 41. Penggemar Rahasia
43 42. Bian dan Rahasianya
44 43. Melepas Rindu
45 44. Hubungan Kita Sebatas Apa?
46 45. Confess Jalur Lapangan
47 46. Kerumitan Seorang Wanita
48 47. Pria Serba Salah
49 48. Dimabok Demam
50 49. Mereka Telah Baikan
51 50. Sebotol Bening Pengubah Rencana
52 51. Setelah Malam Indah Berlalu
53 52. Api Cemburu
54 53. Publish
55 54. Memang Tidak Ada Titik Terang
56 55. Kandas
57 56. Pikiran Wanita
58 57. Konsultan Berpengalaman
59 58. Dua Pria Berbeda Sifat
60 59. Tarik Ulur Perasaan
61 60. Pengacau Kedamaian
62 61. Hot Choco Fav
63 62. Hasrat yang Menggebu-gebu
64 63. Tidak Bisa Diajak Kerjasama
65 64. Ujian Sebelum Serius
66 65. Ada Jalan Lain
67 66. Me Time
Episodes

Updated 67 Episodes

1
PROLOG
2
1. Hati yang Siap Jatuh Cinta
3
2. Fase Merah Muda
4
3. Sekilas Pertemuan Singkat
5
4. Hati yang Beristirahat
6
5. Pesona Galina
7
6. Jimat Keberuntungan
8
7. Apa Alasan Kamu Hidup?
9
8. Cinta Kedua yang Terbalas
10
9. Terserang Virus Merah Muda
11
10. Rumitnya Seorang Wanita
12
11. Lari Dari Luka
13
12. Secuil Rasa Pembangkit Jiwa
14
13. Selamat Tinggal Si Penyembuh
15
14. Dewasa Tidak Sesuai Ekspetasi
16
15. Penyesuaian Terberat
17
16. Permainan Cinta Ketiga
18
17. Tempat Pelarian yang Baru
19
18. Mengalir Bagaikan Air
20
19. Salah Mengambil Kuputusan
21
20. Di Balik Kenyamanan Tersimpan Luka
22
21. Mulai Bosan Jadi Orang Lain
23
22. Berpura-pura Itu Melelahkan
24
23. Pria Greenflag
25
24. Rumah Pelarian Terbaik
26
25. Menahan Perasaan Agar Tidak Jatuh Cinta
27
26. Dia Itu Penyelamat
28
27. Titik Terendah Telah Berlalu
29
28. Mulai Merasakan Getaran Jatuh Cinta
30
29. Dari Mata Timbul Perasaan
31
30. Pembatas di Antara Mereka Perlahan Luntur
32
31. Dekapan Pria Matang
33
32. Pendekatan Sedekat-dekatnya
34
33. Pengawal Rahasia
35
34. Bangkitnya Sel Cinta
36
35. Siap Jatuh Cinta Lagi
37
36. Kecurigaan Banyak Orang
38
37. Ternyata Dia Orang yang Sama
39
38. Siapa yang Diam-Diam Suka?
40
39. Untuk Kedua Kalinya Menyatakan Perasaan
41
40. Kesempatan Terakhir
42
41. Penggemar Rahasia
43
42. Bian dan Rahasianya
44
43. Melepas Rindu
45
44. Hubungan Kita Sebatas Apa?
46
45. Confess Jalur Lapangan
47
46. Kerumitan Seorang Wanita
48
47. Pria Serba Salah
49
48. Dimabok Demam
50
49. Mereka Telah Baikan
51
50. Sebotol Bening Pengubah Rencana
52
51. Setelah Malam Indah Berlalu
53
52. Api Cemburu
54
53. Publish
55
54. Memang Tidak Ada Titik Terang
56
55. Kandas
57
56. Pikiran Wanita
58
57. Konsultan Berpengalaman
59
58. Dua Pria Berbeda Sifat
60
59. Tarik Ulur Perasaan
61
60. Pengacau Kedamaian
62
61. Hot Choco Fav
63
62. Hasrat yang Menggebu-gebu
64
63. Tidak Bisa Diajak Kerjasama
65
64. Ujian Sebelum Serius
66
65. Ada Jalan Lain
67
66. Me Time

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!