NovelToon NovelToon

Salah Pilih

Si Tukang Gosip

Inara berjalan tergopoh-gopoh menuju rumah membawa satu kantong belanjaan yang akan ia masak untuk hari ini, Sela sang ibu mertua pasti sudah murka mencarinya karena ia cukup lama antri di warung.

"Kamu mampir kemana dulu Ina...kenapa belanja lama sekali, lihatlah jam berapa sekarang, suamimu bentar lagi pulang" ucap wanita paruh baya itu dengan wajah kesal.

Inara pun bergegas ke dapur dan meracik sayur yang akan ia masak.Mau menjelaskan kejadian kenapa ia lama belanja pun rasanya percuma karena Sela selalu merasa benar dengan instingnya.

Jarum jam di dinding menunjukan pukul empat lebih tiga puluh menit, dan biasanya Rusdi akan pulang pukul lima, jadi waktunya untuk memasak hanya tiga puluh menit.

Waktu yang sangat terbatas membuat Inara harus berpacu, telor dadar dan tempe goreng yang berhasil ia selesaikan.

Dan benar saja, pukul lima lebih lima menit terdengar deru suara mesin motor Rusdi memasuki halaman rumah.

Sela bergegas membuka pintu menyongsong putra kesayangannya.

"Baru pulang kau Rus?"tanya Sela karena lebih lima menit dari biasanya Rusdi sampai di rumah.

Rusdi membuka topinya dan turun dari motor "Iya Bu...maklum motor butut ini lagi ngambek, di starter lama baru nyala."

"Ohh. .kalau begitu cuci tangan dan kakimu, kita makan sama-sama."

"Baik Bu, mana Inara Bu."

Sela melihat ke pintu dapur "Ina....bawa makan In...suamimu mau makan" panggilnya.

Wanita cantik berwajah putih oval itupun bergegas membawa masakannya menuju meja makan.

"Kamu belum mandi Na?" tanya Rusdi heran karena melihat istrinya masih memakai daster pagi.

"B.. belum Mas"jawab Inara sambil menundukan wajah.

"Ya sudah kamu mandi dulu sana" sambar Sela ketus.

Rusdi hanya menggelengkan kepalanya ikut merasa jengkel "Kerjaan dia ngapain aja si Bu?"

"Ck ..istrimu kaya nggak tahu aja Rus, seharian main ke tetangga buat ngerumpi, giliran waktunya masak baru pulang, itupun ibu yang panggil suruh pulang" jelas Sela dengan mimik wajah bak pemain sinetron andalan ikan terbang.

"Sudah lah kita makan saja duluan, nunggu dia keburu dingin" sambung wanita paruh baya tersebut.

Rusdi pun mulai makan dengan lahap, selain tubuhnya yang letih masakan Inara pun memang sedap.

Dari balik pintu, Inara hanya bisa menelan ludah kasar, ia terpaksa menahan perutnya yang sudah berdemo sejak pagi karena hanya sarapan setengah centong nasi, Sela selalu membatasinya untuk menanak nasi terlalu banyak, mubazir kalau tak habis, itulah alasannya, padahal ia menanak nasi dengan takaran yang sangat pas bahkan ia seringkali tak kebagian karena Rusdi sering menambah saat sarapan.

Jika Rusdi mendapat jatah makan siang di kantor kelurahan tempatnya bekerja, maka Sela akan membeli makan di luar, tinggal Inara di rumah yang harus menahan lapar di tengah semua pekerjaan rumah yang harus ia selesaikan, hingga waktu sore baru lah ia kembali memasak untuk makan malam.

"Bagaimana anak yang baru ikut les denganmu Rus? Apa dia dari keluarga kaya?"

"Ehm ku kira cukup berada Bu, ayahnya kerja di luar kota dan seminggu sekali baru pulang, di rumahnya pun ada dua mobil, ibunya pun punya bisnis salon."

"Wah wah...lumayan kalau anak itu terus les ya Rus, uang belanja bulanan kita jadi bertambah."

"Iya Bu...Inaa, apa kau sudah selesai mandi?ayolah kita makan."

"Iya Mas..."

Inara bergegas duduk di kursi bersebelahan dengan sang suami, ia terpaksa makan dengan lauk nasi dan goreng tempe karena telor sudah habis tak tersisa.

"Ayo makanlah In, maaf kalau lauknya Mas habiskan karena masakanmu cukup enak" ucap Rusdi dengan senyum tipis.

"Tak apa Mas....dengan ini pun aku sudah cukup" terang Inara lirih.

"Hm...aku mandi dulu ya Na...badanku lengket rasanya"pungkas Rusdi sambil bangkit dari kursi.

Inara mengangguk lalu perlahan menyuapkan nasi ke mulutnya.

"Ibu juga mau bikin teh buat suamimu, jangan lupa nanti kau bersihkan semua sisa makanmu."

"Baik bu..."

Bukankah memang itulah tugas Inara di rumah mertuanya itu, semau pekerjaan rumah dari pukul empat pagi hingga habis maghrib semua Inara kerjakan wanita itu tak pernah sekalipun membantu menantunya yang baru enam bulan menikah dengan Rusdi putra satu-satunya.

Setengah centong nasi dan dua potong tempe goreng cukup mengganjal perutnya sampai pagi, setelah membersihkan peralatan makan Inara pun menuju kamarnya untuk merebahkan tubuh dan beristirahat sedang Rusdi sudah lebih dulu terbang ke alam mimpinya.

Suara ayam jantan membangunkan Inara pagi ini, seperti biasa ia harus mencuci baju masak nyapu halaman ngepel dan banyak lagi pekerjaan rumahnya sedang Sela sang ibu mertua hanya menyapu dalam rumah setelah itu menonton siaran televisi.

"Ina...kau cepatlah belanja sayur ke warung ini uangnya, soalnya nanti sebentar lagi ibu mau pergi kontrol kaki suamimu untuk pijat kembali."

"Baik Bu .."

Inara bergegas ke Warung Bang Ujo yang tak jauh dari rumahnya, cucian baju terpaksa ia hentikan karena ia takut Sela akan kembali murka.

Pukul tujuh lebih tiga puluh menit Rusdi sudah rapi dengan celana bahan dan kemeja lengan pendek, karena hari ini akhir minggu maka pria tampan itu libur ke kantor desa.

"Na...aku dan ibu mau kontrol dulu, kau jaga rumah baik-baik, jangan kemana-mana kalau tak ada keperluan" pesan Rusdi sebelum berangkat dan Inara mengangguk patuh.

Rusdi menjalankan motor gigi butut miliknya setelah membalas lambaian tangan Inara.

"Pasti istrimu ghibah lagi dengan tetangga sebelah, kalau nggak pasti si Kokom yang datang ke rumah hanya untuk nggosip."

"Masa iya Bu ..kukira Inara dulu nggak suka bergosip, ia kalem kok Bu ...maka itu aku suka dia."

"Ck ..kau saja yang setiap hari tak di rumah Rus..aku yang di rumah selalu cape membersihkan rumah dan mencuci piring dan menyiapkan makan, dia cuma belanja doang."

Rusdi menghela nafas "Bukannya Inara yang selalu masak Bu?"tanya Rusdi sangsi.

"Itu masakan ibu Rus..istrimu hanya meracik saja padahal sudah cape ibu ini Rus...umur sudah tua tapi masih harus bekerja."

Pria tampan itu menggelengkan kepalanya mulai jengkel.

"Baik bu nanti aku nasihati."

Sela tersenyum penuh makna dan hati bersorak girang.

Rumah sederhana semi permanen dan halaman yang di tumbuhi pepohonan rindang membuat Rumah Abah Sena terlihat lebih rindang dan sejuk.

"Semoga saja kita tidak harus mengantri" harap Sela di balas anggukan oleh Rusdi.

Tok tok tok.

"Masuk" terdengar suara lantang dari dalam rumah.

Rusdi menarik tuas pintu kayu yang sudah mulai rapuh di makan usia.

Sela tersenyum saat melihat ruangan masih kosong, keduanya duduk di lantai yang hanya berlantai semen beralaskan tikar pandan.

"Apa kalian bawa perlengkapannya?" tanya Abah sena.

"Bawa Bah ..semua ada di sini?"Sela menjawab cepat lalu membuka bungkusan plastik.

Pria tua berjenggot panjang berwarna putih itu mengangguk puas setelah memeriksa bungkusan, lalu Abah Sena mengambil sebuah mangkuk berbahan dari tanah liat berisi air.

Dengan takzim pria itu mengambil bungkusan berisi bunga warna warni dan satu botol kecil berukuran jari kelingking yang berisi air berwarna merah pekat.

Aroma menyengat tercium setelah pria itu mencampur air dari botol ke dalam mangkok berisi air dan bunga warna warni tersebut lalu mengaduknya perlahan sambil bibir komat kamit.

"Coba kau luruskan kakimu" titah abah Sena pada Rusdi.

           💜💜💜💜💜💜💜💜💜

Selamat datang kembali di novel terbaru mak Author, kali ini ceritanya mak bikin sedikit hot ya...mak mau coba genre yang beda dari novel mak yang lain, semoga para readers suka.

Selamat membaca...jangan lupa like,koment dan vote nya ya...terima kasih 😘😘😘🤗🤗🤗

Maafkan

Peluh Rusdi sudah membanjiri tubuh hingga bajunya pun lepek, pijatan pria tua itu membuat kakinya kembali terasa ngilu, kecelakaan enam bulan lalu membuat tulang kering Rusdi retak hingga harus berbulan-bulan ia melewati hari memakai tongkat penyangga, beruntung sudah satu bulan terakhir ia sudah mulai berjalan tanpa tongkat dan bisa kembali bekerja di kantor desa.

Kecelakaan yang terjadi setelah acara pernikahannya dengan Inara membuat Sela murka dan menganggap kalau itu adalah akibat dari si Inara yang sudah lama di kenal dengan si anak pembawa sial.

"Bagai mana Bah...apa kakiku sudah bisa lagi di gerakan seperti semula?" tanya Rusdi penuh harap, bukan hanya karena ia ingin beraktifitas kembali seperti biasa tapi ia juga belum pernah merasakan malam pertama dengan Inara.

"Hmm ...sebenarnya kakimu sudah cukup kuat Rus..tapi..."

"Tapi apa Bah?"

"Kau harus meminum ramuan yang sudah ku racik ini agar syaraf ototmu kembali kuat" jelas Abah Sena.

Rusdi menerima satu botol bekas minuman berlogo banteng kepala dempet yang berisi air racikan abah Sena.

"Minum air ini tiga sendok sebelum tidur."

"Baik Bah...ehm hm..a anu Bah..."Rusdi menunduk wajahnya, ada rasa kikuk untuk menanyakan masalah pribadinya pada pria tua itu sedangkan Sang ibu ada di dekatnya.

"Ohh ..masalah itu?? Ya sudah ..kau sudah bisa mengasah pedangmu dengan istrimu"

Mata Sela membulat mendengar kalimat frontal dari Abha Sena sedang Rusdi hanya bisa merasakan wajahnya memanas.

"E.. s ...sudah Bah ..kalau begiku kami langsung pamit"ucap Rusdi dengan wajah berbinar,

"Rus kau ke motor dulu, aku mau ngasih amplop ke Abah" bisik Sela dan Rusdi pun mengangguk.

Tak lebih dari lima menit Sela kembali keluar dari rumah sederhana itu dengan senyum puas di bibirnya.

Suasana siang yang terik membuat Rusdi segera memarkirkan motornya di halaman rumah dan kangsung menuju dapur, perutnya yang keroncongan sudah minta di isi.

"Kok cuma ini saja masaknya Na?"tanya Rusdi dengam raut wajah kecewa karena hanya ada sayur bayam bening dan sambal saja.

"I iya Mas..maaf aku belum belanja, uang tadi pagi habis buat beli gas."

Rusdi menghela nafas panjang namun ia mengambil piring dan akhirmya makan dengan lahap karena bahan apapun yang di masak Inara memang selalu enak.

Sela membuang wajahnya "Makanya jadi ibu rumah tangga itu harus pintar mengatur keuangan, jangan hanya bisanya numpang makan dan tidur doang" gerutunya lirih namun masih bisa di dengar rungu Inara sedang Rusdi tentu tak mendengar karena sedang asik makan.

"Bagaimana kakimu Mas?" tanya Inara lembut sambil mengusap kaki Rusdi yang tampak bekas jahitan panjang di betisnya, Rusdi tampak lelah setelah makan lalu ia pun mengajak Inara ke kamar untuk membicarakan malam yang sudah enam bulan mereka tunggu.

"Sudah membaik Na...kata Abah, aku sudah bisa lagi berjalan normal dan ..."

"Dan apa Mas...?"tanya Inara dengan wajah cemas.

"Dan kita bisa ehmm hmm ...nanti malam" ucap Rusdi bahagia.

Raut wajah Inara bersemu merah, sebagai seorang istri ia memang belum pernah merasakan rasanya malam pertama, sejak kecelakaan di hari pernikahannya membuat Rusdi harus memulihkan luka parah di kakinya.

"Kalau begitu kau istirahat dulu mas..aku mandi dulu."

Rusdi mengangguk patuh ia sudah membayangkan bagaimana nanti malam, ia harus menyiapkan tenaga penuh untuk pertempuran pertamanya.

"Inara...In" panggil Sela dengan suara lirih.

"Ya Bu ..ada apa?"

"Ini uang sisa kontrol tadi, kau belilah sayur untuk nanti malam juga sekalian buat besok pagi."

Inara tersenyum senang, uang lima puluh ribu sudah cukup baginya untuk belanja kebutuhan dapur, ia pun melangkah keluar menuju warung bang Ujo.

Sepeninggal Inara, Sela berjalan berjingkat menuju kamar Rusdi, terdengar dengkuran halus pertanda tidur Rusdi sudah cukup lelap.

Dengan perasaan lega Sela keluar kamar setelah rencananya berhasil.

Sengaja Inara masak untuk makan malam lebih awal agar ia memiliki waktu untuk mempersiapkan dirinya untuk nanti malam.

Tak di pungkiri hatinya kini berdebar kencang jika mengingat ucapan Rusdi.Malam yang di nantinya selama enam bulan akhirnya datang juga, sebagai pasangan suami istri tentu itulah yang sangat di nanti saat malam pertama.

Kejadian naas di hari pernikahan membuat Inara dan Rusdi harus menahan nikmatnya surga dunia, masih ingat dalam memorinya saat sore hari setelah pelaksanaan ijab kabul bencana terjadi, Rusdi yang terpaksa mengantar petugas KUA untuk pulang setelah menyelesaikan tugasnya mengalami kecelakan.

Luka parah di kakinya membuat Sela semakin membencinya, semua uang mahar dan hasil sumbangan yang Inara dapat pun terpaksa di gunakan untuk biaya pengobatan Rusdi, bahkan tabungan pria itu pun habis tak tersisa.

Seperti biasa, sehabis maghrib mereka bertiga makan malam bersama, dan senyum manis selalu terbit dari bibir tipis Inara begitu juga Rusdi yang sesekali mencuri pandang pada dang istri.

"Rus jangan lupa kau minum tamuan dari Abah tiga sendok sebelum tidur" ucap Sela setelah menyelesaikan makannya.

"Iya Bu ..aku ingat" jawab Rusdi.

Pria tampan itu bergegas ke kamar mandi untuk gosok gigi lalu melewati ruang dapur sambil mengedipkan mata pada sang istri isyarat agar ikut ke kamar.

"Aku cuci piring dulu mas" jawab Inara tanpa suara dan Rusdi mengangguk setuju.

Rusdi merapikan tempat tidur, aroma wewangian pun ia semprotkan ke penjuru ruang, dadanya terasa berdebar kencang, jarum jam menunjukan pukul sembilan lebih tiga puluh menit.

Rusdi berjalan mondar-mandir di dalam kamar menunggu Inara datang dan ..

Cklek.

Senyum manis muncul dari balik pintu dengan wajah malu-malu kucing, Rusdi menyongsong Inara lalu mengunci pintu kamar.

"Kamu sudah selesai Na mencuci piringnya Na?"tanya Rusdi dengan nada lembut sambil meraih tangan sang istri.

"Sudah Mas.."jawab Inara masih menundukan wakah malu.

Perlahan Rusdi meraih tubuh Inara ke dalam pelukannya lalu mencium puncak kepalanya dengan lembut.

Dengan pelan dagu runcing Inara ia raih lalu dengan penuh perasaan Rusdi mendaratkan ciuman lembut di bibir tipis Inara, meski ciuman tersebut sering mereka lakukan tapi malam ini cukup spesial karena merupakan foreplay sebelum melakukan kegiatan inti.

Dengan penuh perasaan Rusdi melumat benda kenyal nan lembut Inara, wanita cantik yang kini duduk di pangkuannya itu pun membalas ciuman suaminya dengan lembut, ia dapat merasakan pusaka Rusdi mulai mengeras di bawah sana, memang bukan yang pertama Inara melihat pusaka itu, karena sebelumnya Inara lah yang memandikan dan membersihkan Rusdi saat ia masih tak berdaya akibat kecelakaan dulu, namun Kini Inara merasakan debaran jantungnya jadi tak menentu karena akan merasakan pusaka Rusdi untuk pertama kalinya.

"Na ..maafkan aku yang belum bisa memuaskanmu, mungkin kau merasa kecewa karena kita belum pernah merasakan nikmatnya surga dunia yang seharusnya sudah kita rasakan enam bulan yang lalu" ucap rusdi lirih sambil mencium leher jenjang Inara.

"Mas ...aku tahu dan mengerti kondisimu dan sshh Mas...?!"Inara mendesis pelan kala ciuman Rusdi mulai menjalar turun ke dadanya.

Tiba-tiba suasana menjadi hening kala Rusdi menghentikan aksinya, wajah pria tampan itu membeku dengan hati di liputi beribu tanda tanya.

"Ada apa Mas...k kenapa kau berhenti?" tanya Inara lirih karena sejatinya ia pun sudah begitu mendamba belai kasih sang suami.

"Na...k kenapa bisa begini?"

            🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤

Terima kasih yang sudah sudi mampir di novel receh ini, dan jangan lupa tinggalkan jejak cinta kalian ya..

Like, koment dan vote nya, happy reading 😘😘😘

Kembali Bekerja

"K kenapa Mas?"

Rusdi menggeleng penuh kecewa sambil mengurai pelukannya di tubuh Inara, tentu saja hal tersebut mengundang tanya wanita cantik itu.

"Mas ...ada apa? Katakan kenapa kau berhenti?"

Rusdi menggeleng lalu memalingkan tubuhnya dan berbaring membelakangi Inara.

"Mas..." dengan lembut Inara mengusap punggung bidang Rusdi, wanita itu tak lagi bertanya karena wajah Rusdi sudah menggambarkan suasana hatinya, ia pun ikut tidur di belakang Rusdi, meski hatinya di liputi rasa kecewa tapi sebagai seorang Istri ia harus tetap bersabar.

Tiga puluh menit akhirnya Inara pun terlelap dan suara nafasnya mulai teratur.Perlahan Rusdi membalikan tubuh hingga kini saling berhadapan dengan Inara.

"Maafkan aku Na...aku mengecewakanmu lagi" ucapnya lirih bahkan nyaris tak terdengar, hanya rahangnya yang mengeras menahan rasa kekecewaan yang begitu dalam, entah kenapa bahkan di saat-saat paling di butuhkan justru juniornya menjadi lemah.

Aroma wangi masakan yang bersumber dari dapur samar tercium oleh Rusdi, pria itu hanya bisa tersenyum masam, lalu bangkit untuk membersihkan diri.

"Sudah bangun mas? Cepatlah mandi ..aku sudah masak istimewa kesukaanmu Mas" cicit Inara lembut seperti tak terjadi apa-apa tadi malam.

Rusdi mengangguk ringan lalu berjalan ke kamar mandi.

Dengan setelan seragam berwarna coklat Rusdi keluar dari kamar, rambutnya pun sudah ia sisir rapi, menambah ketampanannya.

"Ayo kita makan sama-sama Na" ajak Rusdi lembut dan Inara mengangguk.

"Hmm tumben pagi ini kau beli ikan lele Na...? Apa kau ada uang?"tanya Rusdi dengan lahap.

"Ada Mas..kemarin ibu memberi cukuo banyak jadi aku belikan ikan kesukaanmu, oiya..tadi bang Ujo minta aku nanti ke rumah Kokom, katanya ada pesan dari ibu lurah."

"Pesan apa itu Na?"

"Entahlah Mas ..aku juga penasaran."

"Ya sudah nanti kau datang ke rumah bu lurah tapi ingat ..jangan lama-lama, kalau sudah selesai langsung pulang, bantu ibu beberes rumah" pungkas Rusdi sambil mengelap tangannya dengan lap makan.

Inara bergegas mengambil tas kerja Rusdi di kamar juga sepatu pantofel hitam satu-satunya milik Rusdi.

"Aku berangkat Na....aku pulang sore seperti biasa karena ibunya Kelvin minta untuk les privatnya di tambah hari, lumayan bisa buat nambah uang kebutuhan kita Na..."

Inara mengangguk lalu mencium punggung tangan sang suami.

Setelah bersiap wanita cantik itupun berangkat ke rumah ibu lurah dengan sepeda mini kendaraan satu-satunya yang ia miliki.

Tiga puluh menit perjalanan akhirnya Inara sampai di rumah dengan halaman luas nan asri milik pimpinan desa tersebut.

"Inaaa...sini" pekikan lembut suara berasal dari deretan bunga-bunga cantik membuat Inara memalingkan wajah.

"Non Elic ..apakah Non" di situ?"tanya Inara ragu menghadap asal suara namun tak berwujud.

"Whuaahh...."

Inara tersenyum lega saat tubuh tinggi semampai menyembul dari barisan bunga dan berlari memeluknya.

"Inara...aku kangen, selamat ya atas pernikahanmu" ucap Elic penuh haru.

"Ayo masuk ..ibu sudah tunggu kamu?"ajak Elic semangat.

Dua perempuan cantik itu pun melangkah memasuki rumah luas tersebut, seorang wanita paruh baya tengah asik di ruang dapur dan tercium aroma wangi kue yang terpanggang.

Meski penampilan sederhana tapi kulit putih bersih dan wajah yang terawat menandakan ia bukan perempuan biasa karena memang dia adalah ibu dari Elic yang tak lain Bu Lurah.

"Bu ..lihatlah siapa yang datang."

Endah tersenyum hangat menyambut Inara, dua perempuan beda generasi itu saling memeluk erat.

"Bagaimana kabarmu nak..."tanya Endah dengan suara lembut, sebelum menikah Inara telah bekerja bersamanya selama dua tahun, ikatan batinnya pun sudah sangat kuat, Endah mendengar kisah yang telah menimpa anak asuhnya itu membuat kedua matanya mengembang.

"Ina kangen ibu"cicit Inara lirih di dada Endah.

"Ibu juga kangen Kamu Ina..."

Elic hanya bisa tersenyum masam ikut merasakan penderitaan Inara yang sudah ia anggap seperti saudaranya sendiri.

Seharian Inara melepas rindu dengan Endah juga Elic, mereka saling bertukar cerita, Endah cukup lega melihat wajah ceria Inara, meski desas desus negatif sering ia dengar di luar sana dan Endah yakin itu adalah ulah dari Sela ibu mertua Inara.

Dengan wajah ceria Inara pulang membawa bungkusan berisi kie dan lauk karena kebetulan bu lurah memasak banyak untuk saudaranya yang akan datang.

Setelah merapihkan rumah Inara bergegas mandi karena sebentar lagi Rusdi pulang, dan benar saja suara mesin motor butut yang ia kenal pun berhenti di teras halaman.

Senyum Rusdi terbit melihat Inara sudah rapi menyambut kedatangannya.

"Bagaimana Na....ada apa bu lurah memanggilmu?"

"Hm bu lurah minta aku untuk kembali bekerja membantunya Mas, ibu pikir kalau sekarang kau sudah sehat dan beliau sangat membutuhkan bantuanku jika di kantor desa, bagaimana Mas...apa aku boleh kembali bekerja dengan bu Lurah, lumayan uang gajihnya buat keperluan tambahan belanja dapur Mas."

"Terserah kalau kau memang ingin dan sanggup melakukannya Na..tapi aku minta sebelum kau berangkat kau selesaikan pekerjaan rumah agar ibu tak terlalu cape, kau tahu umur ibu sudah cukup tua ...kasihan kalau masih harus mengurus semua pekerjaan rumah."

"Iya Mas ..tentu akan aku selesaikan"jawab Inara lega.

Rusdi ke ruang makan setelah membersihkan diri, perutnya sudah berdemo minta di isi.

"Ibu mana Na? Dari tadi tidak ada?"

"Ibu di rumah tetangga sebelah Mas..katanya mau ada acara lamaran, jadi ibu bantu masak."

Mata Rusdi membulat kala melihat lauk yang cukup mewah, sup ayam dan rendang daging tersaji di atas meja.

"Wah ..ada acara apa ini kau masak mewah Na?"

"Ini aku dapat dari rumah bu lurah Mas..ada acara keluarga dan ibu masak banyak jadi aku di suruh bawa pulang untuk kamu dan ibu."

Rusdi mengangguk senang "Baik juga ya bu lurah pada kita Na" ucapnya sambil mengunyah nasi dengan lahap.

"Hmm ....rasanya mataku sangat sepat Na, mungkin karena perutku yang terlalu kenyang."

"Ya sudah kau tidur saja dulu Mas, biar aku yang tunggu ibu pulang."

Rusdi pun beranjak ke kamarnya ia berniat untuk mencoba lagi, malam ini tak boleh gagal, batinnya penuh semangat.

Dan terdengar langkah Inara memasuki kamar setelah membukakan pintu untuk Sela yang baru saja pulang.

"Kau sudah tidur Mas" tanya wanita cantik itu dengan suara lembut di dekat telinga Rusdi.

Rusdi diam tak menjawab dengan dada sesak Rusdi menahan amarah dan sedih yang kini sedang ia rasakan, bahkan ia sudah menyiapkan film yang sudah ia down load dari temannya ke ponsel miliknya tetapi tetap saja Juniornya malam ini belum bisa di gunakan.

"Maafkan aku yang belum bisa memberikan kewajibanku padamu Na.."jerit pria itu dalam diam dan mata rapat terpejam.

*

*

Rusdi membalas lambaian tangan Inara, mereka berpisah di persimpangan jalan karena pagi ini Inara akan mulai bekerja kembali dengan bu lurah.

Senyum Inara berubah masam kala mengingat ia masih belum merasakan bagaimana nikmatnya bercinta dengan sang suami.

Mengayuh sepeda tiga puluh menit lumayan menguras tenaga Inara, halaman rumah luas itu masih terasa sepi hanya terdengar kicauan burung hias milik pak Lurah yang ada di sangkar besar di sudut halaman, Inara memarkirkan sepeda mininya di halaman belakang karena hari ini bu lurah akan mengajaknya ke pertemuan ibu-ibu PKK di desa sebelah.

Suasana dapur sepi ..begitu juga di dalam rumah besar itu, Dengan langkah perlahan Inara menyisir ruangan.

"Ah ..ah ..ayo mas cepat sebelum ibu pulang."

"Iya bentar lagi Ri ....sudah di jalan nih."

"Sshh enak mas ...ayo yang cepat mas ..mas ..mas aku keluar Mas."

"Ya Sari ...ayo kita sama-sama ..sshh aaahhh."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!