Menantu Pembawa Sial

Mata Inara membulat penuh, tangannya ia gunakan untuk menutup mulutnya yang hampir menjerit.

Cepat-cepat ia berlari keluar dari rumah besar tersebut lalu menghempaskan pantatnya di kursi taman, lututnya terasa gemetar dan jantung berdebar kencang.

Inara melihat dengan jelas Johan bergerak liar di atas tubuh polos Sari, begitu jelas adegan itu bahkan saat Johan meremas dua gunung kembar sari penuh semangat.

Inara menggelengkan kepalanya kuat-kuat agar bayangan laknat itu menghilang di otak kepalanya namun sial justru semakin melekat erat.

"Seperti itukah rasanya bercinta" batin Inara sambil mengusap pipinya yang terasa panas.

Cukup lama Inara duduk termenung di kursi taman hingga terdengar deru suara mesin mobil memasuki halaman, ia pun langsung berdiri menyambut kedatangan mobil yang berisi Endah, Elis dan pak lurah dan seorang pria tampan bertubuh tinggi tegap keluar dari mobil tersebut.

"Kau sudah lama In...?" tanya Bu lurah Endah ramah.

"Ehm b baru bu..."

"Ehm kenalkan ini ponakan ibu namanya Egi, dia akan tinggal di sini satu bulan untuk liburan" terang Endah.

Inara dengan hormat mengangguk dan mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan pria tersebut, namun hati Inara mencelos kala tangan berbulu pria itu hanya menempel sekilas menyambut uluran tangannya.

"Oiya Na..tolong buatkan kopi pahit untukku ya, dan ..kau mau minum apa Gi?"tanya pak lurah pada Egi.

"Orange jus aja Om" ucap pemuda tampan itu sambil berlalu.

"Cih...sombong sekali, apa benar ia masih saudara bu Endah" tanya Inara dalam hati.

"Ri...Sari..."panggil Elic pada pembantu dapur namun tak ada jawaban.

"Sariii...kemana si tu Sari" rutuk Elic kesal karena barang bawaannya cukup banyak.

"Biar aku saja yang bawa Non" tawar Inara lembut.

"I iya Non..."Sari berjalan tergopoh-gopoh dari ruang dalam sambil menguncir rambutnya.

"Kamu lagi ngapain Ri...lama banget di panggil" protes Elic kesal.

"M maaf saya sedang cuci piring Non" jawab Sari kikuk sementara Inara menangkap bayangan Johan keluar lewat pintu samping.

Wanita dewasa berbadan semok itu pun membawa tote bag Elic ke dalam rumah begitu juga Inara sementara Egi dan pak lurah duduk di ruang tamu yang kebetulan berdampingan dengan taman.

"In..tolong kau bawa tas Egi ke kamar tamu ya" titah Endah lembut, wanita paruh baya itu memang terkenal dengan sifat lembut penuh keibuan juga ramah pada siapapun.

Inara mengambil koper dan menyeretnya ke kamar tamu.

"Hati-hati bawa koperku...rusak kau harus ganti!!"Inara tersentak dan mengusap dada, hampir saja jantungnya melayang dari rongga dadanya saat mendengar suara berat tiba-tiba sudah di dekatnya.

Egi berdiri dengan wajah datar dan tatapan mata tajam.Hidung mancung dengan rahang tegas juga bibir merah alami menghias wajah Egi, sungguh ciptaan yang nyaris sempurna namun sayang....hatinya sombong dan angkuh, Inara membatin.

"Na..nanti bantu ibu bikin kue ya, soalnya pertemuan ibu-ibu PKK jadi nya agak siangan" ucap Endah.

"Baik Bu ...apa bahan-bahannya sudah ada semua?" tanya balik Inara.

"Hmm ada Na...coba tolong kau siap-siapkan ya biar nanti lebih cepat kita eksekusinya."

Inara mengangguk dan bergegas ke dapur namun tiba-tiba Sari berjalan menyongsong ke arahnya.

"Inara...sini sebentar."

"Ada apa Ri?"

"Aku mau mandi dulu, tolong kalau ada yang cari bilangin aku sedang ke warung sebentar."

"Ya Ri...cepetan mandinya jawab Inara ketus karena merasa kesal, kenapa Sari tak mengunci kamarnya saat bercinta dengan Johan hingga mata polosnya kini ternoda.

"Iya Ina..."

Inara tak mau ambil pusing dengan kisah mereka, Sari yang janda sudah sampir dua tahun dan Johan memiliki istri di kampung, meski jeritan hati kesal karena sesama wanita tapi Inara tak bisa mencampuri urusan mereka, biarlah konsekuensi yang mereka tanggung nantinya.

Endah tersenyum puas kala semua bahan-bahan membuat kue sudah lengkap di atas meja, ia memang selalu puas dengan cara kerja Inara, gesit, tidak banyak tanya dan pintar memasak, karena itulah ia kembali memanggilnya untuk membantu urusan dapur dan kegiatannya di luar.

Bahkan suaminya pun sangat suka masakan Inara daripada membeli di restoran mewah sekalipun.

"Na...bagaimana kabar suamimu?" Endah mengawali pembicaraan.

"Sudah banyak kemajuan Bu, bahkan sekarang sudah tak lagi memakai tongkat bantuan."

"Syukurlah....dia baik kan padamu, juga Sela ibunya?"

"Baik bu ..Mas Rusdi sangat baik, bu Sela juga baik" bohong Inara.Ia tak mau sikap ibu mertuanya selama ini yang selalu menganggapnya sebagai wanita sial di ketahui orang lain, biarlah dia sendiri yang menerima dan menyimpannya.

Endah mengangguk pelan meski ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, ia masih ingat saat pertemuan ibu-ibu PKK yang sempat membicarakan Sela, mertua Inara selalu menjelek-jelekan Inara di depan umum, dari pemalas, suka ghibah sampai memanggilnya dengan sebutan si menantu pembawa sial, panas hati dan telinga yang Endah rasakan karena ia tahu dan paham siapa Inara, gadis yatim piatu yang cerdas dan berhati lembut, semua yang di katakan Sela tidak benar.

"Sudah Na..biar kue nya ibu yang panggang, kau tolong masak untuk makan siang ya Na..urusan cuci piring dan perabotan biar Sari yang lakukan."

"Baik Bu.."

Sementara itu ki kantor desa, Rusdi membereskan berkas yang sudah selesai ia kerjakan karena sudah waktunya untuk pulang, bersyukur hari ini ada warga yang selesai mengurus surat tanah hingga ia mendapat amplop rezeki, dan sebungkus nasi kotak makan siang hingga ia tak perlu mengeluarkan uang untuk membelinya.

Rusdi bersiap untuk menuju rumah Kelvin salah satu murid les nya, empat puluh lima menit akhinya sampai di rumah mewah tersebut, letak yang cukup dekat ke pusat kota membuat Rumah mewah tersebut memakai pagar keliling.

Rusdi memarkirkan motor bututnya di garasi , sebuah sedan merah sudah terparkir pertanda Kesya ibu dari Kelvin sudah sampai di rumah, karena biasanya wanita sosialita itu selalu mempunyai acara setiap harinya.

Seorang bocah berumur delapan tahun berlari menyongsong Rusdi lalu menyalaminya.

"Selamat siang Kelvin?" sapa Rusdi ramah, Anak Berumur delapan tahun bertubuh gemuk itu mengangguk riang.

"Selamat siang Pak....aku ambil tasku dulu ya "jawabnya ramah lalu berlari lagi kedalam rumah megah tersebut.

Rusdi pun melangkah menuju taman di sebelah kolam renang karena di situlah tempat yang Kelvin minta untuk kegiatan belajar les nya.

Pintu besi kecil berderit lirih saat Rusdi membukanya namun langkahnya tertahan, dadanya berdebar kencang dan jantungnya berdetak tak karuan, sepersekian detik dunia Rusdi bak berhenti.

Pemandangan yang belum pernah ia lihat sebelumnya bahkan melihat tubuh polos sang istri pun Rusdi belum pernah.

Glek.

Tubuh sexy putih mulus bak gitar spanyol dengan rambut pirang sedang berdiri di bawah shower di tepi kolam, tampak jelas buah dadanya yang sebesar semangka bergelayut indah dengan penutup kain segitiga kecil yang hanya bisa menutupi puncaknya saja.

Dan semakin jantung Rusdi berdetak kencang kala satu persatu wanita sexy itu menanggalkan semua kain yang melekat di tubuhnya.

Tanpa penghalang kini dua gunung kembar itu bisa Rusdi lihat dengan jelas, begitupun rumput lebat yang kini sedang ia gosok dengan sabun.

Rusdi pun kembali melangkah mundur ke teras samping sambil merutuki juniornya yang sudah sangat mengeras.

"Pak guru ..pak, kata mamah, suruh tunggu dulu di teras soalnya mamah masih berenang" ucap Kelvin sambil mengatur nafas setelah berlari dari dalam rumah.

"Sudah terlambat Vin...Vin"

Episodes
1 Si Tukang Gosip
2 Maafkan
3 Kembali Bekerja
4 Menantu Pembawa Sial
5 Nasib Apes
6 Sudah Tanggung
7 Cukup Manis
8 Kita Belanja
9 Kembali Pulang
10 Memginginkannya
11 Pergi
12 Corak Mencurigakan
13 Prasangka
14 Bonus
15 Permintaannya
16 Pelet
17 Perwakilan
18 Tuan Kenzi
19 Siapa Merubahmu
20 Jangan kau Tahan
21 Tinggal di Mes
22 Aku Lebih Suka
23 Mencarimu
24 Membawanya Pergi
25 Sudah Saatnya
26 Mengunginkan Kau Berpisah
27 Aku Ingin Melihat
28 Kami Bersamamu
29 Harapanku
30 Siapa Yang Kau Pilih
31 Cinta Buta
32 Draft
33 Lelaki Sejati
34 Tunggu Waktu
35 Harus Berakhir
36 Kembalilah Padaku
37 Suami
38 Tak Sabar
39 Wanita Satu-satunya
40 Maksud Lain
41 Ada Apa Denganmu
42 Vazo Abraham
43 Wanita Mana
44 Siapa Dia
45 Untuk Kebahagiaanmu
46 Status Resmi
47 Paruh Waktu
48 Perasaanku Sendiri
49 Pebinor
50 Mantu
51 Esok Lebih Baik
52 Balas Perasaanku
53 Calon Chef
54 Tamu Istinewa
55 Selamat tinggal
56 Janda
57 Daniel
58 Di mana Kau Berada
59 Ilmu Pelet
60 Permintaan
61 Biskuit
62 Jabat Tangan
63 Pencuri Hati
64 Mantan Suami
65 Katakan Ya
66 Satu Atap
67 Namanya Inara
68 Merelakanmu
69 Tamu tak Di Undang
70 Jangan Kangen
71 Kurang Berjuang
72 Dia Istinewa
73 Dengan Caraku
74 Bukan Kekasihnya
75 Memilikimu Secepatnya.
76 Mencoreng Nama Baik
77 Bersiaplah
78 Pertama Kali
79 Reka Ulang
80 Apa Hubunganmu
81 Anak Buaya
82 Salep
83 Peluang
84 Karyawan Baru
85 Adi
86 Menemui Ibu Mertua
87 Menerimamu
88 Jaga Istriku
89 Alasan
90 Pria-pria Istimewa
91 Perhitungan
92 CEO Tampan
93 Karyawan Tetap
94 Hutang Budi
95 Tamu di Mansion
96 Harapan yang Sirna
97 Dia Harus Membayar
98 Dokter Fando
99 Senjata Ampuh
100 Di Buru Polisi
101 Bukan Salahnya
102 Ramuan Awet Muda
103 Jejak Medis Inara
104 Rumah Kenangan
105 Sinyal Hijau
106 Syarat dan Ketentuan
107 Pertama Jumpa
108 Maafkan Aku Bu
109 Hidup atau Mati
Episodes

Updated 109 Episodes

1
Si Tukang Gosip
2
Maafkan
3
Kembali Bekerja
4
Menantu Pembawa Sial
5
Nasib Apes
6
Sudah Tanggung
7
Cukup Manis
8
Kita Belanja
9
Kembali Pulang
10
Memginginkannya
11
Pergi
12
Corak Mencurigakan
13
Prasangka
14
Bonus
15
Permintaannya
16
Pelet
17
Perwakilan
18
Tuan Kenzi
19
Siapa Merubahmu
20
Jangan kau Tahan
21
Tinggal di Mes
22
Aku Lebih Suka
23
Mencarimu
24
Membawanya Pergi
25
Sudah Saatnya
26
Mengunginkan Kau Berpisah
27
Aku Ingin Melihat
28
Kami Bersamamu
29
Harapanku
30
Siapa Yang Kau Pilih
31
Cinta Buta
32
Draft
33
Lelaki Sejati
34
Tunggu Waktu
35
Harus Berakhir
36
Kembalilah Padaku
37
Suami
38
Tak Sabar
39
Wanita Satu-satunya
40
Maksud Lain
41
Ada Apa Denganmu
42
Vazo Abraham
43
Wanita Mana
44
Siapa Dia
45
Untuk Kebahagiaanmu
46
Status Resmi
47
Paruh Waktu
48
Perasaanku Sendiri
49
Pebinor
50
Mantu
51
Esok Lebih Baik
52
Balas Perasaanku
53
Calon Chef
54
Tamu Istinewa
55
Selamat tinggal
56
Janda
57
Daniel
58
Di mana Kau Berada
59
Ilmu Pelet
60
Permintaan
61
Biskuit
62
Jabat Tangan
63
Pencuri Hati
64
Mantan Suami
65
Katakan Ya
66
Satu Atap
67
Namanya Inara
68
Merelakanmu
69
Tamu tak Di Undang
70
Jangan Kangen
71
Kurang Berjuang
72
Dia Istinewa
73
Dengan Caraku
74
Bukan Kekasihnya
75
Memilikimu Secepatnya.
76
Mencoreng Nama Baik
77
Bersiaplah
78
Pertama Kali
79
Reka Ulang
80
Apa Hubunganmu
81
Anak Buaya
82
Salep
83
Peluang
84
Karyawan Baru
85
Adi
86
Menemui Ibu Mertua
87
Menerimamu
88
Jaga Istriku
89
Alasan
90
Pria-pria Istimewa
91
Perhitungan
92
CEO Tampan
93
Karyawan Tetap
94
Hutang Budi
95
Tamu di Mansion
96
Harapan yang Sirna
97
Dia Harus Membayar
98
Dokter Fando
99
Senjata Ampuh
100
Di Buru Polisi
101
Bukan Salahnya
102
Ramuan Awet Muda
103
Jejak Medis Inara
104
Rumah Kenangan
105
Sinyal Hijau
106
Syarat dan Ketentuan
107
Pertama Jumpa
108
Maafkan Aku Bu
109
Hidup atau Mati

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!