Rain menunggu kedatangan Maila di kafe yang telah Maila sebutkan lewat chatt. Entah ada apa gerangan tumben sekali Maila mengajaknya ketemu setelah pulang kuliah. Seharian ini mereka memang tidak bertemu karena Rain yang sibuk.
Maila bilang kalau ada hal penting yang mau diobrolin. Meski Rain merasa aneh dengan sikap Maila tapi tetap saja datang. Biasanya Maila akan langsung nyamperin kalau memang ada hal yang ingin dibahas. Mungkin memang nggak bisa diobrolin di kampus jadi bertemu di kafe. Pikir Rain.
Sudah lima menit berlalu tapi Maila juga belum datang. Rain yang memiliki kesabaran setipis tissue dibagi tujuh itu pun sudah merasa sangat lama sekali menunggu dalam waktu lima menit. Dia memilih menelpon Maila saja.
"Hallo, Rain?"
"Lo___"
"Rain?" panggil Bara.
Rain mendongak dan menatap Bara yang duduk di hadapannya. Rain langsung mematikan sambungan telepon itu. Wajahnya sudah kesal ditambah kehadiran Bara. Laki-laki yang malas dia temui untuk saat ini.
"Lo ngapain disini?" tanya Rain.
"Ketemu kamu, Rain!" ucap Bara sambil tersenyum.
Rain menyipitkan matanya, menerawang sesuatu yang menurutnya nggak beres. Lalu kembali menghubungi Maila.
"Mail, Lo___" belum sempat berucap Bara sudah mengambil alih ponsel milik Rain.
"Rain, sampai kapan sih kamu hindarin aku?"
"Lo dari tadi seharian ini ngikutin gue?" tanya Rain.
Bara menggeleng. Seharian ini dia frustasi mikirin caranya biar Rain mau kembali sama dia.
Jadi ... Begini, tadi Bara sedang menunggu Rain di dekat kampus karena nggak mau ketemu lagi sama ulet keket yang namanya Mona.
Bara pun memilih menunggu agak jauh saja dan tetap berada di dalam mobil. Sampai Rain selesai kuliah. Itu pasti hal yang sangat membosankan dan mungkin Dewi cinta sedang berpihak kepadanya.
Bara melihat sahabat Rain karena kemarin sempat melihat wajahnya ketika berada ditaman. Sore itu memang Bara ada ditaman membiarkan Rain menenangkan diri dan hanya menatapnya dari kejauhan.
Tadi, Bara melihat Maila jalan kaki menuju kampusnya dan ini kesempatan Bara untuk minta tolong padanya.
"Hai, lo teman dekat Rain ya?" tanya Bara.
Maila agak terkejut karena Bara tiba-tiba datang. Kaget juga karena ketampanan Bara. Lebih tampan daripada yang difoto waktu melihat di ponsel Rain.
"Lo ... Calon suami Rain ya?" tanya Maila balik.
Bara merasa bahagia dan menebak jika Rain menceritakan kepada Maila tentang dirinya dan masih menganggap calon suami. Itu berarti Rain memang masih menyimpan perasaan yang sama. Sungguh rasanya Bara ingin segera membawa Rain dan membungkusnya biar nggak pergi kemana-mana. Mau dia peluk seharian.
"Ya .... Bisa minta tolong?" Bara langsung pada intinya. Dia memiliki rencana yang licik.
Biarlah yang penting demi cinta Abang Bara rela lakukan apapun. Beruntungnya Rain ya diperjuangkan oleh Bara. Sementara othornya selalu berjuang sendiri dan patah hati karena cinta.
"Apa? Cuma gue capek banget asli, anterin gue ke kampus ya. Kalau jalan kaki lumayan juga ini. Mobil gue mogok tadi di depan jadi gue jalan kaki ke sini kirain deket rupanya masih jauh banget," jelas Maila.
Bara tidak bertanya dan juga tidak tertarik tapi demi melancarkan aksinya ya dia harus mau deh menuruti kemauan Maila.
"Pinjem ponsel lo dulu, gue mau kirim pesan ke Rain. Ponsel gue mati, takut dia marah lagi," ucap Bara berbohong.
Maila membulatkan bibirnya dan mengambil ponsel yang ada di tas ransel. Membuka kunci ponsel itu dan memberikannya kepada Bara.
"Dia emang gitu suka marah-marah tapi lo hati-hati ya karena dikampus banyak yang naksir cuma Rain galak banget!"
Bara tidak lagi terkejut tentang hal itu. Dia sudah mencari info tentang Rain di kampus dan siapa saja yang ngejar-ngejar Rain. Bara tentu saja tidak merasa punya saingan karena sampai kapanpun Rain adalah miliknya dan nggak akan bisa dimiliki oleh orang lain. Kalau Rain sudah buka hati pasti sekarang dia sedang menjalin hubungan asmara dengan laki-laki lain.
Bara menghapal nomor Rain diam-diam. Lalu dia mengirim pesan kepada Rain dengan memakai nama Maila. Beruntung chatt Maila dengan Rain belum dihapus jadi tahu gaya bahasa Maila dengan Rain.
"Mail?" batin Bara.
Bara menatap Maila dengan seksama dia berpikir jika gadis dihadapannya ini setengah. Setengah perempuan setengah laki-laki sebab namanya saja Mail. Bara tidak tahu soalnya nama gadis dihadapannya ini.
"Gue masuk ke mobil boleh?"
Bara mengangguk, kasian juga berdiri terus dan lagi takut Rain lihat mereka.
"Nama lo ... Mail?" tanya Bara setelah mereka berada di dalam mobil.
Gadis itu memutar kedua bola matanya. Wajahnya jengkel dan juga malu karena pasti Bara baca chattnya dengan Rain. Dimana dia mengatakan kalau sibuk hari ini dan Rain membalasnya sangat singkat.
[Ya, Mail!]
Maila menyodorkan tangannya, "Maila Cantika. Panggilan Lala tapi Rain selalu manggil gue Maila!" jelasnya.
Bara membalas uluran tangan Maila. "Bara."
"Sumpah demi apa? Lo beruntung dapetin Rain. Lo kenapa sih selingkuh tapi gue lihat lo cuek banget sama cewek lain!"
Bara segera mengetik pesan untuk Rain. Kalau meladeni Maila yang ada makin lama. Bara sudah tidak tahan dengan kecerewetan Maila dan lagi takut nanti Rain lihat terus salah paham lagi. Namanya juga perempuan pasti selalu benar dan nggak mau dengerin alasan.
[Rain, gue pengen cerita tapi nanti pulang kuliah kita ketemu di kafe Ngopi sana sini asyik! Deket kampus itu.]
Kebetulan sekali Rain sedang online dan pesan langsung centang dua biru.
[Ok.]
Balasan Rain singkat, padat dan jelas. Membuat Bara tersenyum miring karena Rain masih seperti dulu.
Bara langsung menghapus pesan itu. Bara tahu dekat kampus ada kafe karena dia tadi melihatnya.
"Makasih ya," kata Bara mengembalikan ponsel milik Maila.
Sejak tadi gadis itu menatap Bara sampai menelan ludah berkali-kali karena saking tampannya. Maklum lah Maila ini selalu terpesona dengan cowok-cowok tampan seperti Bara. Kalau bukan milik orang sudah Maila dekati.
"Sama-sama." Maila nyengir. Rasanya bahagia banget karena ponselnya habis dipegang cowok ganteng.
Dia akan cerita nanti sama Rain kalau ada waktu. Hari ini benar-benar sibuk karena banyak tugas.
"Gue nggak selingkuh dan dulu itu salah paham," kata Bara sambil melajukan mobilnya.
"Gue percaya kok kalau lo cowok baik-baik. Kalau Rain nggak mau balikan sama lo, tenang aja gue bakal dengan senang hati terima lo!" Maila mengedipkan mata genitnya.
Bara hanya menatap datar dan dingin. Maila jadi salah tingkah dan juha malu. Buru-buru dia keluar dari mobil Bara dan melambaikan tangannya.
"Dasar kulkas!" umpat Maila saat berjalan masuk ke kampus.
Maila langsung menuju kelas tapi sayangnya Mona menghalangi jalan Maila.
"Lo kenapa bisa bareng sama gebetan gue?" tanya Mona menatap tajam Maila.
"Gebetan? Gue nggak salah denger kan, Kak? Dia itu calon suami Rain loh!" ejek Maila.
Mona mendorong bahu Maila. Tidak terima dengan ucapannya bagi Mona itu adalah gebetan karena dia bertemu dengan Bara tiga kali dan Mona akan berusaha sekeras mungkin buat dapetin Bara meski Mona tidak tahu nama Bara tapi dia akan cari tahu.
"Dengerin ya! Dia gebetan gue dan jangan sebar gosip murahan! Mana mungkin dia mau sama Rain yang kerjanya dibengkel!"
Mona pun pergi tapi baru satu langkah dia kembali menatap Maila yang hendak masuk ke kelas.
"Rain nggak normal dan gue tahu kalian pacaran! Jadi mana mungkin dia punya calon suami! Nggak usah mengada-ada!" ucap Mona dan berlalu begitu saja bersama dua temannya.
Maila mengepalkan kedua tangan, emosi menyelimuti dirinya. Ingin rasanya menonjok wajah Mona tapi sayang dia nggak bisa bela diri yang bisa cuma Rain.
"Awas aja gue bakal bilang ke Rain dan lo kena tonjok!" Maila menghentakkan kakinya.
***
Di kafe itu Rain menatap tajam Bara karena telah berhasil menjebaknya dengan perantara Maila. Rain akan memberi perhitungan kepada Maila setelah ini.
Bisa-bisanya dia masuk ke perangkap Bara!
"Kalau nggak gini aku nggak bakal bisa ketemu kamu, Rain!" ucap Bara. Wajahnya sudah sangat frustasi.
Rain menghela napas jengah. Mau pergi tapi pasti Bara nggak akan berhenti mengganggunya. Nggak pergi dia malas sekali bertemu dengan laki-laki yang sudah menyakiti hatinya.
"Aku cuma mau kasih ini aja. Setelah ini aku bakal pergi kok. Nggak akan ganggu kamu lagi," kata Bara seraya memberikan amplop cokelat yang entah apa isinya.
Apa benar setelah ini Bara tidak akan mengganggu Rain?
"Nggak ganggu sih tapi tetep memantau kamu, Rain!" batin Bara.
Rain membuka amplop itu. Berisi hasil tes DNA yang Rain sendiri tidak tahu milik siapa.
"Aku bakal jelasin kalau kamu nggak maksa buat pergi. Kasih aku kesempatan buat jelasin semuanya, Rain."
Bersambung....
Selamat membaca semoga suka yaaa...
Jangan lupa like dan komen biar Ala lebih semangat lagi.
Salam sayang dari othor Alaish Karenina ☺️☺️
Follow tiktok Ala yuk : Alaish Karenina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Noey Aprilia
Ngmong2 tntang mail,ko jd keingt s kmbar botak y...kn ada tuh tmnnya yg nmanya mail.....🤣🤣🤣
ksih bkti aja bara,jgn cma omong doang....tau sndri rain ky gmn kn????
nnti jg lluh ko..ok...
2024-06-02
0