Bab 3

Rain melangkah dengan tenang, tanpa peduli ada kerumunan di depan sana. Tujuannya ke parkiran lalu segera pulang karena ada yang ingin dia kerjakan. Samar terdengar suara bisik-bisik dari para mahasiswi yang sedang berlalu lalang.

Entah mengapa menjadikan Rain yang semula cuek jadi penasaran dengan apa yang ada di depan sana. Kerumunan itu berhasil mencuri perhatiannya. Tidak berkerumun secara terang-terangan sih hanya saja, para mahasiswa dan mahasiswi sedang asyik menatap ke arah sana. Jika dilihat dengan seksama sepertinya ada sesuatu yang menarik di luar kampus ini.

"Pacar si Mona mungkin ya? Apa gebetannya?"

"Kayaknya gebetan deh. Coba kita lihat!"

"Eh ganteng banget, Anjir."

"Mona kemana dah itu di anggurin."

Tahu jika yang menjadi pusat perbincangan itu adalah gadis yang selalu mencari gara-gara dengannya, dia memilih pergi saja ke parkiran. Mengambil motor dan segera pulang daripada buang-buang waktu untuk hal yang tidak penting.

Rupanya jalan menuju parkiran motor tidak semulus yang dia bayangkan. Ada yang mengusik dirinya karena suara seseorang.

"Bukan anak kampus sini! Dia ganteng kayak artis korea! Cuma kayaknya memang cari Mona deh itu!"

"Mobilnya aja mewah pastinya tajir. Cocok sih sama Mona."

Mona adalah primadona kampus, selain tajir dia juga cantik. Banyak cowok yang ngantri buat dapetin Mona. Sayangnya sekarang Mona punya saingan baru. Itu adalah Rain adik tingkatnya. Mona ini Kakak tingkat dan selalu mencari gara-gara sama Rain sejak dia masuk kampus. Nggak mau tersaingi oleh kecantikan Rain yang natural meski penampilan tomboy.

Apa Rain peduli? Ya jelas nggak peduli sama semua ucapan Mona yang pedas karena dikasih cabe lima belas kilo itu. Rain selalu cuek dan membiarkan semua ucapan Mona. Jadi kadang ada yang menganggap ucapan Mona itu benar adanya.

"Rain!" teriak Maila.

Napasnya sudah kembang kempis senin kamis. Sudah mau pingsan karena kehabisan oksigen. Bahkan mau berucap pun susah dan cuma melambaikan tangan aja kayak say hello gitu. Padahal itu kode supaya Rain berhenti dan jangan pergi. Maila mengatur napasnya terlebih dahulu dan dengan kesabaran setipis tissue itu Rain menunggu.

"Calon suami lo di depan!"

Jeduaaaar ....

Tiba-tiba ada suara petir menggelegar. Cuma Rain yang dengar karena jantungnya yang berdebar kencang bercampur kilatan emosi.

Bara! Laki-laki itu sudah mulai mengibarkan bendera perang. Rain pikir Bara tidak akan mengganggunya setelah kejadian di kafe kemarin. Rain juga mengira jika Bara tidak akan pernah tahu dimana Rain kuliah. Nyatanya dugaan Rain meleset dan sekarang laki-laki itu ada di depan.

Menjadi pusat perhatian para cewek-cewek. Rain tersenyum miring dan mengabaikan ucapan Maila. Memilih mengambil motornya lalu tancap gas.

"Heh, lo mau kemana? Itu dia di depan!" Maila mengambil helm Rain. Mencegah gadis itu pergi.

"Dia kesini cuma mau tebar pesona aja. Paling juga cari Mona!"

"Emang dia kenal Mona?"

"Mana gue tahu!"

Rain merebut helm yang ada ditangan Maila dan langsung pergi begitu saja. Memaksa para mahasiswi minggir sejenak. Tidak peduli sama umpatan mereka. Ya orang ganggu jalan jadi Rain nggak salah dong.

Rain menghentikan laju motornya di depan gerbang. Menatap laki-laki itu yang sedang mengobrol dengan Mona dan kedua temannya. Raut wajah Bara yang datar dan dingin saat menanggapi Mona itu entah kenapa membuat Rain puas.

Dia pun melangkah mendekat membuat Bara langsung tersenyum.

"Ya ampun ... Jangan senyum gitu. Aku jadi meleleh," kata Mona.

Membuat Rain ingin muntah saja. Mona memang terlalu lebay.

"Hay, Sayang," sapa Bara.

Mona yang tadi menunduk pun mendongakkan kepalanya. Menatap Bara dengan berbinar kedua temannya mengikuti arah pandang Bara.

"Sayang?" ulang kedua temannya.

"Lo pacarnya dia?" tanya Tika, sahabat Mona.

"Serius?" Hompi, sahabat Mona satunya lagi juga ikut bertanya.

Sementara Mona menatap tidak suka ke arah Rain.

"Eh ganteng, kamu pasti mau benerin mobil sama dia ya? Dia ini kan cuma montir bengkel biar bisa kuliah di sini!"

"Montir?" tanya Bara menatap Mona dan Rain bergantian.

Sementara Rain tidak peduli dan malah asyik ngunyah permen karet.

"Sayang, beneran kamu kerja di bengkel?" Bara tidak percaya jika Rain bekerja di bengkel.

Padahal Rain kaya raya dan bisa hidup enak tanpa perlu susah-susah cari uang untuk kuliah. Kenapa malah milih hidup susah seperti ini? Bara selalu tidak habis pikir dengan pikiran Rain yang super ajaib itu.

"Kok manggilnya sayang terus? Eh kita udah tiga kali ketemu kata orang jodoh loh!" ucap Mona.

"Aaah, pantesan kalian cocok!" sahut Rain.

Terkejut sih karena mereka sudah bertemu tiga kali itu berarti Bara sudah lama di kota tersebut.

"Ini nggak seperti yang kamu pikirkan, Sayang."

"Gue nggak peduli!" Rain mengangkat kedua bahunya dan pergi begitu saja.

"Sayang, tunggu!" Bara mengejar Rain tapi Mona menahan tangan Bara.

"Lo apa-apaan sih!" Bara menghempaskan tangan Mona dan masuk ke dalam mobil.

Mengejar laju motor Rain yang melaju dengan kecepatan diatas rata-rata. Bara nggak mau Rain salah paham. Dia sangat kesal sama Mona. Bisa-bisanya mengatakan jika sudah bertemu tiga kali. Padahal pertemuan itu nggak sengaja dan nggak membuat Bara peduli. Monanya aja yang terlalu percaya diri.

"Sial!" Bara memukul stir mobilnya karena kejebak macet.

Kalau sudah begini, Bara bisa apa? Dia hanya bisa menunggu sampai jalanan lancar. Sambil mengutak-atik ponsel dan mengirim sesuatu kepada seseorang. Bara tidak sabar mendapatkan balasan dari orang yang baru saja dia kirimkan pesan.

Apapun akan bara lakukan demi mendapatkan Rain kembali. Dapatnya susah banget, giliran udah dapat mau nikah malah ada aja halangannya.

"Ayo jalan! Lama banget!" protes Bara yang sudah frustasi.

Bara melirik ponselnya yang ada di dashboard mobil. Membuka chatt dari seseorang dan tersenyum bahagia karena ada secercah harapan.

*

Rain sudah duduk di ruang kerjanya dan menatap layar laptop. Ada banyak kerjaan yang harus dia kerjakan sambil menikmati jus jeruk buatan Bi Marni, salah satu asisten yang bekerja di rumah Rain. Ada dua orang satu nya Pak Slamet, suami Bi Marni.

Mereka bekerja sudah lama sejak Rain di tinggal di kota itu sebulan setelahnya. Rain butuh orang untuk beres-beres dan juga memasak karena dia nggak sempet ngurusin semua itu dan lagi itu juga perintah dari Rean.

Rean nggak mau kalau Rain beli makan di luar terus menerus. Harus jaga kesehatan dan akhirnya Rean lah yang mencari orang untuk bersedia bekerja di rumah Rain. Mendapatkan tempat tinggal juga di sana. Ada beberapa kamar yang memang khusus untuk Art.

Rain cocok dengan kinerja Bibi Marni dan juga Pak Slamet. Mereka juga senang bekerja di rumah Rain karena gadis itu sangat ramah dan selalu memperlakukan mereka dengan baik. Tidak seperti majikan sebelumnya yang selalu memperlakukan mereka semena-mena.

Rain yang sedang fokus pada pekerjaan itu harus terhenti karena suara ketukan pintu.

"Masuk!" titah Rain.

"Non, ada tamu," kata Bi Marni yang baru saja membuka pintu ruang kerja Rain.

"Siapa?" tanya Rain. Sebab selama ini nggak ada yang tahu tempat tinggal Rain.

Hanya Maila yang tahu dan itupun baru semalam dia tahu. Biasanya Rain akan menghabiskan waktu di bengkel dan juga markas.

"Si Mail? Suruh kesini aja, Bi," kata Rain.

Bibi Marni juga sudah kenal Maila semalam. Agak terkejut dengan namanya karena Rain memanggil Mail, seperti nama cowok.

"Bukan, Non. Ini laki-laki yang datang. Ganteng lagi," ucap Bibi Marni.

Kedua mata Rain membulat, dia langsung berlari menuruni tangga dan menuju ruang tamu. Degup jantungnya semakin bertalu-talu kala langkahnya semakin dekat dengan ruang tamu itu.

Benar dugaannya bahwa Bara datang ke rumahnya. Wajah Rain berubah tenang agar tidak membuat laki-laki itu bangga jika Rain terkejut.

"Ngapain lo di sini!" tanya Rain sinis. Dia melipat kedua tangannya di dada.

"Mau ketemu sama calon___"

"Lo tahu nggak pintu ada dimana?" Rain memotong ucapan Bara.

Bara mengangguk. "Coba deh lihat di pintu ada apaan!" titah Rain.

Bara pun menuruti kemauan Rain karena berpikir jika Rain butuh bantuan. Saat berdiri di depan pintu, Rain langsung mendorong tubuh laki-laki itu hingga terhuyung keluar. Dengan begitu Rain bisa menutup pintu dan menguncinya.

"Rain, buka! Kok di tutup sih!" protes Bara.

Laki-laki itu terus menggedor pintu rumah Rain. Seakan ingin mendobraknya sekarang juga.

"Kalau dia datang lagi jangan boleh masuk ya, Bi. Bilang Pak Slamet suruh usir!" titah Rain.

Bibi Marni yang bingung pun hanya bisa mengangguk saja. Menuruti perintah Rain untuk memberitahu kepada suaminya kalau suruh ngusir Bara.

"Gak! Saya nggak akan pergi sampai Rain keluar dari rumah," tolak Bara.

Dia akan berusaha apapun caranya agar Rain mau memaafkan dan kembali ke dalam pelukannya. Meski tidak semudah itu karena hati Rain sudah mati dan tatapan Rain kepadanya sudah berbeda. Bara tahu jika Rain sangat terluka tapi di sini Bara ingin menjelaskan kepada Rain yang selalu tidak mau mendengarnya sedikitpun.

"Nona meminta saya untuk mengusir anda, Tuan muda."

Bara mengeluarkan beberapa lembar uang dan memberikannya kepada Pak Slamet tapi laki-laki berusia empat puluh lima tahun itu menolaknya.

"Saya tidak menerima suap. Anda bisa mengganggu kenyamanan majikan saya. Mau pergi sekarang atau saya lapor polisi karena mengganggu kenyamanan orang lain!" ancam Pak Slamet.

Bara garuk-garuk kepala yang gatal. Mungkin banyak kutu atau ketombe. Dia milih pergi saja dan menunggu Rain di dalam mobil yang terparkir tidak jauh dari rumah Rain. Bara menatap sekitar dan matanya menatap pada rumah disebelah Rain yang rupanya digunakan untuk kost laki-laki.

"Aha ... Gue ngekost aja di situ!"

Bersambung....

Haiii Jangan lupa like dan komen yaaa biar Ala semakin semangat menulisnya.

Salam sayang dari Alaish Karenina 😊

Terpopuler

Comments

Rusmini Rusmini

Rusmini Rusmini

akhirnya ktmu jg yg seson 2 ini
/Heart//Heart/

2024-10-10

1

Noey Aprilia

Noey Aprilia

Hai kk....
stlh skian lma mnghlang y,akhrnya nongol lg.....
D tnggu up'ny lg kk....smngttt....

2024-05-31

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
Episodes

Updated 130 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!