"Cinta?" Rain tersenyum miring saat melihat foto dirinya dengan Bara memakai seragam SMA.
Dulu Rain percaya jika Bara adalah laki-laki yang pantas dicintai karena selalu menjaganya. Bahkan lulus SMA pun Bara langsung melamarnya. Awal yang sulit tapi pada akhirnya Bara diterima dengan baik. Tanggal pernikahan telah ditetapkan setelah mereka bisa masuk ke universitas ternama dengan jurusan yang sama. Otomotif!
Hal yang sama-sama mereka sukai. Bisa dibilang jika Bara dan Rain satu frekuensi. Mereka pasangan yang cocok dan serasi.
Sayangnya semua hancur karena ada seseorang yang masuk ke dalam hubungan mereka. Hati yang patah tidak akan pernah bisa diperbaiki kembali. Itulah yang Rain rasakan saat ini. Ketika melihat Bara memang ada rasa rindu dengan laki-laki itu tapi kebencian lebih dominan dari rasa rindu.
Membuat Rain malas bertemu lagi. Malas untuk membahas tentang sesuatu yang baginya sudah selesai. Semua sudah jelas jika Bara telah melakukan hal tak senonoh dengan gadis lain yang Rain tahu itu adalah cinta pertama Bara alias mantan kekasih Bara untuk pertama kalinya.
"Bulsyit bukan?" gumamnya.
"Kata siapa Bulsyit? Cinta itu indah kok!" sambung seseorang.
Plaaaak!
Kaleng soda yang telah kosong itu mendarat tepat dikepala orang yang mengagetkan Rain.
"Sakit, bego!" keluhnya. Sambil memegangi kepalanya yang terkena botol tadi.
"Masa? Cuma kena kaleng soda doang sakit!" ledek Rain.
"Yee, serius gue!" Dia duduk di sebelah Rain dan menatap gadis tomboy itu. "Eh tadi tuh cowok siapa?" tanyanya.
Rain mengedarkan pandangan di sekitar taman. Sejak tadi dia belum pulang dan malah enggan beranjak dari sana. Begitulah Rain jika suasana hatinya sedang tidak karuan dia akan menenangkan diri dengan menyendiri dimana saja.
"Mana, Il?" tanya Rain karena tidak menemukan cowok disekitar mereka. Rain takut saja jika Bara mengikutinya.
"Yee ... Itu yang di foto! Dasar pele!" Gadis yang dipanggil Il itu menoyor kepala Rain. Hal yang sudah biasa terjadi dan memang mereka seperti Tom and Jerry. Percayalah persahabatan seperti ini justru akan awet.
Namanya Maila tapi Rain selalu memanggilnya Mail. Padahal nama panggilannya Lala. Cuma ya Maila terima saja lah daripada menyuruh lidah Rain untuk memanggilnya Lala. Ujungnya tetap Mail juga.
"Bilang kek!" Rain membalas perbuatan Maila. Menoyor kepalanya juga.
Maila tertawa lepas. "Gue baru tahu kalau lo bisa jatuh cinta. Punya pacar lagi. Lo kenapa sih main rahasiaan sama gue?" ucap Maila sedikit kecewa.
Maila tadi tidak sengaja melihat layar ponsel Rain yang menampilkan foto Rain dengan seorang laki-laki. Mereka memakai seragam sekolah yang sama. Rain tidak menyadari kehadiran Maila, sebab Maila sengaja untuk memperhatikan gerak-gerik Rain saat menatap foto itu. Maila kira bakal di peluk dan dicium. Rupanya malah mengungkapkan kekesalan.
"Mantan tunangan. Harusnya kita udah nikah satu tahun yang lalu!" jelas Rain santai.
Rain memang selalu terang-terangan dengan Maila, sahabat yang pertama kali dikenal saat masuk ke universitas di kota itu. Menurut Rain mereka satu frekuensi dan cocok. Saat masih SMA dulu Rain tidak bisa menemukan sahabat yang pas sebab mereka selalu bermuka dua karena tahu siapa Rain yang sebenarnya.
Maila jarang sekali bertanya tentang kehidupan pribadi Rain. Jadi dia tidak banyak tahu tentang siapa Rain. Bagi Maila berteman itu tidak perlu tahu darimana keluarganya berasal. Maila tidak pernah pilih-pilih dalam berteman.
"Ha? Terus kenapa lo nggak jadi nikah?" Maila nampak tertarik dengan cerita kehidupan Rain yang menurutnya misterius.
"Dia selingkuh sama mantan pacar pertamanya. Sakit hati gue, ya udah gue buang aja tuh cincin terus gue kabur ke sini!"
"Bentar deh, maksud lo ... Lo itu baru di sini? Jadi lo punya keluarga? Itu lo nggak di jodohin kan?" tanya Maila penasaran.
Rain memutar kedua bola mata malas. "Pusing gue sama pertanyaan lo!"
Rain mengambil air mineral dari kantung plastik minimarket. Tadi dia membeli beberapa minuman botol, kaleng dan juga camilan. Niat hati mau buat stok kulkas.
"Ih, jawab kek!" Maila memanyunkan bibirnya.
Jika dilihat-lihat Maila ini cewek cantik yang feminim sedangkan Rain tomboy dan mereka selalu menjadi bahan ghibah anak-anak kampus kalau mereka pasangan nggak normal. Sebab mereka tidak pernah terlihat menjalin kasih dengan cowok. Padahal mereka norma dan Maila punya pacar. Hanya saja sedang kuliah di luar negeri.
"Gue nggak di jodohin dan gue punya bokap sama kembaran gue namanya Rean. Dia udah nikah pas SMA gara-gara kepergok ciuman sama bokap jadi dinikahin. Sekarang punya anak satu usianya dua tahun kalau nggak salah!" jelas Rain. Dia jadi rindu sama Rean.
Laki-laki yang selalu menjaga dan melindunginya. Apalagi saat pertama kali mereka bertemu Rain tidak tahu jika mereka kembar. Ah, masa-masa itu ... Tiba-tiba membuat Rain ingin bertemu dengan Rean.
"Kembaran? Sumpah ya hidup lo tuh banyak teka-teki!"
Rain hanya tertawa. Lalu dia menggulir foto-foto dengan Rean saat-saat SMA dulu sebelum Rean menikah.
"Ih kok ganteng sih! Sayang suami orang!" ujar Maila.
"Eh, Mail! Inget tuh pacar yang di luar negeri!"
Maila meringis lalu dia kembali melihat layar ponsel Rain yang menampilkan foto-foto semasa Rain sekolah.
"Ini bokap lo?" tanya Maila.
Rain melirik sekilas dan hanya mengangguk.
"Jadi lo orang kaya? Kenapa lo mau kerja di bengkel sih. Mana jadi montir. Gue sih ogah mending menikmati hidup! Ih serius lo aneh!"
Maila heran dengan jalan pikiran Rain yang malah memilih hidup susah daripada hidup dengan orang tua. Maila baru tahu kalau Rain anak konglomerat karena saat foto bersama Damian itu berada di halaman depan rumah Rain. Jadi bisa terlihat bagaimana megahnya rumah tersebut. Bahkan Maila juga tidak asing dengan wajah Damian yang sepertinya sering muncul di televisi.
"Ini pengusaha sukses nomor dua di Indonesia, Anjir!" ucap Maila saat mengamati kembali wajah Damian.
Lagi dan lagi Rain bersikap santai malah cenderung tidak peduli.
"Lo kenapa malah kabur dan milih hidup gembel?"
"Gue bukan gembel, gue punya rumah punya pekerjaan. Lo nggak lihat penampilan gue sama motor gue?"
Maila mengangguk, "Iya maksud gue hidup susah. Kenapa lo tutupi semua ini dari kita? Lo orang tajir dan lo bisa nutup mulut mereka yang selalu ngehina lo!"
Rain dulu selalu dihina anak miskin dan hanya menjadi montir di bengkel saja, tapi Rain tidak peduli dengan semua ejekan itu. Mereka juga menyuruh Maila untuk jauhin Rain sebab Rain hanya mau morotin uang Maila. Maklum Maila dari orang berada tapi tidak sekaya Rain.
Itu awal-awal Rain menjadi mahasiswi di sana beberapa bulan dan ada yang melihat Rain sedang memperbaiki motor di salah satu bengkel ternama.
Tentu saja para senior kampus yang menebar gosip itu. Biasa lah sama mahasiswi baru apalagi merasa tersaingi karena Rain menjadi idola sejak pertama kali masuk ke universitas tersebut. Misterius, cantik dan tampan juga iya. Semua di borong sama Rain. Dilihat juga nggak ngebosenin membuat para mahasiswa pun tertarik.
"Biarin aja suka-suka mereka. Lagian yang kaya itu bokap gue, Abang gue juga sih dia udah sukses jadi apa yang mau gue banggain?" ucap Rain.
"Gue ya gue, kalau gue begini adanya. Gue nggak mau sombongin harta orang tua gue. Jadi terserah mereka mau nilai gue kayak apa. Biarin aja mereka menilai gue keliru dan gue nggak haus validasi juga."
Maila bertepuk tangan dia bangga sama Rain yang hidup apa adanya. Jarang ada anak muda yang seperti Rain. Mau hidup susah dan bekerja apa saja. Kebanyakan dari mereka yang anak konglomerat justru menghamburkan uang orang tuanya. Termasuk Maila juga sih.
Damian memang selalu mendidik anaknya untuk memulai segalanya dari nol. Rean pun memulai dari nol sebelum menjadi ahli waris perusahaannya. Rain tidak mau ikut campur karena dia malas terjun kedunia bisnis dan enggan berebut dengan Rean soal perusahaan. Namun, tetap Damian telah menyiapkan semuanya untuk Rain.
"Keren ... Ini baru sahabat gue yang apa adanya. Nggak sombong meski di sini lo paling kaya, Rain. Lo nggak nunjukin itu semua dan malah diem aja sama omongan miring tentang lo. Orang tua lo bangga deh pasti. Didikan mereka juga berhasil karena selama ini memang Damian Klopper itu nggak pernah nunjukin siapa keluarganya."
Rain mengangguk dan tersenyum. Membenarkan apa yang Maila katakan. Damian memang sangat privat. Tidak ada orang yang tahu dimana dia berasal dan seluk beluk keluarnya. Hanya beberapa mungkin yang tahu kedua anak kembar Damian itu.
"Hem ... Tugas lo tutup mulut aja!"
"Iya, siap!"
"Dah gue mau balik dulu lah!"
"Eh ikut!"
Maila mengejar langkah Rain yang lebar. Keduanya meninggalkan taman yang mulai sepi karena senja akan berganti malam. Masih banyak rahasia yang tidak Maila ketahui, Rain sengaja tidak menceritakan semuanya tentang kehidupan Rain yang sebenarnya. Biarlah nanti Maila tahu dengan sendirinya seperti sekarang. Toh Rain memang tidak suka membeberkan kehidupan pribadinya kepada siapapun.
Bersambung ....
Hai, aku kembali dengan cerita baru, masih ingat Rain kembaran Rean kan? Semoga bisa konsisten yaa..selamat baca dan jangan lupa like dan komen 😊
Salam sayang dari Alaish Karenina
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Zachary
bukannya anaknya rean 2 ya? kembar? Vano Vanya? jd g sinkron sm cerita sebelumnya
2024-12-21
0